Sejarah
Di abad pertengahan tepatnya di benua Eropa, bagi pekerja yang ingin menjadi anggota asosiasi pekerja harus membuktikan keahliannya dengan menghasilkan suatu karya, yang disebut masterpiece. Karya ini kemudian diperiksa oleh para pengurus asosiasi dan, kalau yang bersangkutan dinyatakan lulus, ia diberi gelar Master (ahli) di bidangnya dan diterima menjadi anggota asosiasi.
Pada saat perguruan tinggi mulai didirikan, sistem pendidikannya langsung menetapkan syarat bagi mahasiswa yang ingin meraih gelar sarjana, master maupun doktor harus membuat karya ilmiah. Karya tersebut berfungsi sebagai masterprice dan dasar pertimbangan bagi kalangan profesional atas keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sebelum diterima bekerja.
Sebab
Berdasarkan sejarah awal mula skripsi, dapat diketahui sebab sistem wajibnya hasil karya bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi:
- Tuntutan dunia kerja yang menginginkan pekerja yang profesional dan ahli dibidangnya yang dibuktikan dengan karya
- Kebutuhan dunia kerja bagi pekerja yang kreatif, inovatif dan solutif
- Tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif
- Banyaknya masalah yang membutuhkan kajian dan penelitian agar menghasilkan keputusan yang tepat, efektif, dan sistematis
- Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap pola pikir dan metode kerja bagi pekerja
Dampak
Kemampuan melakukan pengamatan, analisis, dan kajian terhadap kebutuhan dan masalah yang berkembang di masyarakat membutuhkan pengetahuan dan keahlian. Tanpanya akan berdampak pada:
- Kualitas pekerja rendah dan kurang kompetitif
- Kurangnya pekerja inovatif yang mampu menjawab kebutuhan konsumen dengan karya baru
- Terlambatnya regenerasi kepempinan sebagai akibat tidak adanya kader yang berkualitas
- Pekerja yang terampil tanpa memiliki ilmu pengetahuan, pekerjaannya tidak akan berkembang
Solusi
Mengingat betapa pentingnya kebutuhan pekerja yang menguasai keterampilan dan ilmu pengetahuan maka perguruan tinggi ditantang untuk melahirkan alumni-alumni yang memiliki potensi dan kompetensi yang sesuai dengan standar profesionalisme kerja dan kebutuhan dunia kerja. Sehingga kewajiban membuat karya ilmiah menjadi salah satu syarat mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.
Ketahuilah bahwa karya ilmiah berupa skripsi, tesis maupun disertasi merupakan pembuktian kemampuan mahasiswa menggunakan ilmu pengetahuannya yang diberikan secara terpisah dalam bentuk mata kuliah yang disatu padukan kedalam kegiatan penelitiannya. Karya ilmiah adalah susunan hasil penelitian yang memuat point-point solusi atas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat maupun berupa inovasi atau media yang berguna dalam membantu pekerjaan manusia. Melalui karya ilmiah pula, keberhasilan mahasiswa menguasai materi kuliah dapat diukur karena karya ilmiah pada prinsipnya adalah kolaborasi semua ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh mahasiswa.
Hingga kini, banyak perusahaan ataupun dunia kerja mengembangkan bisnisnya merujuk pada hasil karya ilmiah mahasiswa. Bahkan diwujudkan dengan bekerja sama melakukan penelitian atau riset bersama terkait dengan bidang usaha atau menemukan produk terbaru yang memiliki nilai dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Secara bebas dapat dipahami berdasarkan narasi jika mahasiswa tidak diwajibkan membuat karya ilmiah seperti skripsi, tesis maupun disertasi maka apa bedanya dengan siswa. Karya ilmiahlah yang membedakan antara mahasiswa dan siswa. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila ada pikiran-pikiran yang ingin menghilangkan karya ilmiah bagi mahasiswa. Apalagi perguruan tinggi identik dengan tempat lahirnya pengetahuan baru yang dipicu oleh sifat perguruan tinggi sebagai wilayah untuk menguji ide, pendapat, gagasan, termasuk hasil-hasil penelitian.
Belum ada tanggapan untuk "Mahasiswa tidak perlu menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi?"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung