Peranan perempuan dengan sosok sebagai pemimpin, seiring dengan berjalannya waktu sudah mulai menjadi hal yang lumrah, khususnya di Negara Indonesia. Hal ini diharapkan kepemimpinan perempuan akan berdampak pada usaha-usaha yang ada di Indonesia khususnya. Kepemimpinan perempuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja, dengan demikian perempuan menjadi seorang pemimpin adalah hal yang lumrah dan tetap akan mempengaruhi terhadap tujuan-tujuan atau target yang hendak dicapai.
Dunia bisnis saat ini bukanlah hal yang asing bagi kaum perempuan, sama halnya dengan bisnis keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Dhiman dan Kaur (2011) menyatakan bahwa, ada berbagai alasan dimana perempuan masuk kedalam bisnis keluarga, seperti membantu keluarga untuk menjadi sukses, lingkungan keluaga yang mendukung, memiliki jadwal yang lebih fleksibel, memiliki keamanan pekerjaan, untuk melewati waktu menganggur dan lain-lain. Jadi fakta-fakta ini memotivasi perempuan untuk memilih bisnis keluarga dari pada pekerjaan diluar.
Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai kesuksesan terutama dalam dunia bisnis atau usaha yaitu adanya strategi-strategi yang dapat mencapai tujuan perusahaan diantaranya adalah: bagaimana memulai usaha, mencari peluang usaha, memiliki modal dalam berwirausaha, strategi komunikasi yang efektif agar info dapat tersampaikan, strategi memilih lokasi usaha, strategi pemasaran, strategi keuangan yang baik, dan strategi bersaing. Adanya hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa perempuan juga bisa mengembangkan usaha atau bisnis yang sedang digeluti.
Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal. Gaya kepemimpinan akan muncul manakala berinteraksi dengan orang lain, berada dalam sebuah kelompok atau organisasi. Dan dalam diri pribadi pun akan muncul kepemimpinan seseorang untuk memfasilitasi dirinya tersebut, karena sebagai proses potensi pengendali dan mengarahkan jiwa untuk berfikir dan bergerak.
Berikut definisi Kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, untuk lebih memahami apa sebenarnya kepemimpinan. Menurut Yukl (Stogdill, 1994, 259) kepemimpinan diartikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran serta persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh. Sedang menurut Rivai dan Mulyadi (2010, 2) pengertian kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Pada saat ini belum ada pendapat ahli yang secara khusus mengkaji tentang kepemimpinan perempuan. Akan tetapi berdasarkan wacana yang timbul di masyarakat, bahwasanya pemimpin apapun jenis kelaminnya, yang penting membawa kemajuan bagi perempuan khususnya dan kemanusiaan pada umumnya. Dari seorang ahli yang meneliti tentang kepemimpinan perempuan mencoba untuk menjelaskan apa-apa saja yang dimiliki oleh seorang perempuan dalam memimpin. Menurut Kanter (1977: hal. 233-236) ada empat faktor yang berpengaruh dalam kepemimpinan perempuan, yaitu :
Pertama: Ibu (mother), seorang wanita kadang-kadang menemukan bahwa dirinya menjadi ibu dalam sebuah kelompok atau organisasi yang digelutinya dimana ia menjadi pemimpin dalam forum tersebut. Di asumsikan bahwa perempuan adalah seorang yang simpatik, pendengar yang baik, dan mudah untuk diajak berbicara tentang masalah pribadi. Namun, peran perempuan sebagai pemimpin tipe mother ini memiliki konsekuensi negatif bagi kinerja: (a) reward yang diberikan bukan atas hasil tindakan sendiri tetapi untuk organisasi yang dikelola, (b) aspek yang dominan, diharapkan sebagai “the good mother” dimana ibu adalah menjaga dirinya sebagai seorang yang tidak kritis.
Kedua: Penggoda (Seductress), peran kepemimpinan perempuan ini lebih dari peran ibu, yang cenderung memperkenalkan unsur persaingan dan kecemburuan. Sang ibu yang dapat memiliki banyak anak ini lebih sulit untuk menarik secara seksual. Persepsi bahwa peran the “sex object” adalah berpotensi sebagai penggoda seksual yang diinginkan, walaupun perempuan itu sendiri mungkin tidak sadar berperilaku menggoda atau bisa menjadi penyemangat bagi lingkungannya. Perilaku seductress ini juga dapat menimbulkan konflik dalam lingkungan.
Ketiga: Kesayangan (pet), karakter kesayangan diadopsi oleh karyawan sebagai hal yang dapat menghibur untuk menunjukkan kehebatan dalam kepemimpinan perempuan. Karakter ini juga diharapkan agar dapat mengagumi sosok laki-laki, namun tidak untuk berhubungan dengan mereka.
Keempat: Wanita Besi (Iron Maiden), the “iron maiden” adalah perubahan pada masa kini, peran dimana perempuan yang kuat ditempatkan. Berbanding jauh dengan tiga peran perempuan sebelumnya. Peran iron maiden ini ditunjukkan oleh seorang pemimpin perempuan dengan gaya kompetensi yang dimiliki dengan cara terus terang dan ingin memposisikan diri setara dengan siapa pun. Pemimpin dengan peran wanita besi ini dikenal sebagai seorang yang tangguh dan terjebak dalam sikap yang lebih militan dari pada yang seharusnya. Peranan iron maiden bagi seorang perempuan menjadi tidak diperhatikan, rekan-rekan pun jadi tidak bersimpati kepada mereka, ketika mereka memiliki masalah, berbeda dengan peran seductress dan pet.
Suprianingsih dan Tjahjono (2007, dalam Woman In Public Sector :558) menunjukkan bahwa manajer perempuan di Indonesia secara umum mempunyai nilai-nilai etika dalam menjalankan bisnisnya. Manajer perempuan Indonesia mengembangkan strategi-strategi secara rinci dan mereka juga memiliki keahlian komunikasi yang bagus dalam seluruh lini organisasi perusahaan. Para manajer perempuan dapat menyampaikan ide secara efektif dan mengelola hubungan yang baik dengan para pelanggan.
Disamping itu, manajer perempuan Indonesia juga sangat peduli pada tanggungjawab sosial dalam komunitas di dalam dan di luar organisasi perusahaan. Beberapa karakter manajer wanita di Indonesia, antara lain:
- kemampuan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan klien kemampuan menciptakan efisiensi,
- kemampuan dalam intuisi melibatkan fisik, mental dan emosi,
- kemampuan komunikasi,
- kemampuan untuk menangkap kesempatan,
- kemampuan untuk menyampaikan intensi dan maksud secara baik keinginan untuk mendengarkan,
- mempunyai penampilan menarik,
- rinci,
- menggunakan perasaan dalam seluruh kegiatan-simpati,
- kemampuan multi-tasking.
Belum ada tanggapan untuk "4 Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Perempuan "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung