Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Dimana ada pihak yang bertindak sebagai sumber, dan dari sumber itu akan menyampaikan pesan kepada penerima. Kemudian dari penerima pesan akan memberikan reaksi pada pesan tersebut disebut efek komunikasi. Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara orang tua dengan anak maupun antar anggota keluarga memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak ataupun anggota keluarga itu sendiri. Dalam proses komunikasi tersebut, setiap anggota keluarga akan belajar mengenal dirinya serta memahami perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain.
Pola komunikasi keluarga terdiri dari tiga pola, yaitu: pola otoriter, permisif, dan otoritatif atau demokratis. Ketiga pola ini sering diterapkan secara situasional. artinya pada saat-saat tertentu salah satu pola komunikasi bisa lebih dominan daripada pola komunikasi yang lain.
Dalam hal ini, proses komunikasi senantiasa bergantung pada konteks ruang dan waktu. Ketika anak berusia dini, pola komunikasi otoriter masih dipandang efektif diterapkan dengan tujuan menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Selanjutnya, pola komunikasi demokratis menjadi tuntutan untuk diterapkan dengan tujuan menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Seiring dengan bertambahnya usia anak, pola komunikasi demokratis menjadi tuntutan untuk diterapkan dalam keluarga dengan tujuan melatih kemandirian, keberanian berpendapat, mengasah kemampuan menyelesaikan permasalahan antar pribadi, keberanian mengungkapkan perasaan, dan tanggung jawab.
Apakah setiap keluarga memiliki pola komunikasi keluarga yang sama? tentu saja tidak, karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi keluarga yaitu faktor sosial ekonomi keluarga yang terdiri atas: (1) Faktor tingkat pendidikan orang tua, (2) Jenis pekerjaan, (3) Status sosial keluarga, (4) Lingkungan tempat tinggal, serta (5) keyakinan dan budaya yang dianut.
Pola komunikasi keluarga tentu mempunyai pola tersendiri dan yang terpenting adalah meminimalisir terjadinya kesalahan pengertian yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Bentuk-bentuk Pola Komunikasi dalam Keluarga
Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses sosialisasinya. Menurut Devito (1986 : 157). Ada empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti yaitu:
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada kesetaraan.
b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang dilihat sebagai ahli dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga normal/tradisional, suami dipercaya dalam urusan bisnis atau politik. Istri dipercaya untuk urusan perawatan anak dan memasak. Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih bersifat fleksibel. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendiri-sendiri.
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya. Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada seseorang tersebut, membiarkan orang yang mendominasi itu untuk memenangkan argumen dan pengambilan keputusan sendiri.
d. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya meminta izin, meminta pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut.
Pembedaan pola komunikasi ini menggambarkan pembagian peran dan kedudukan masing-masing individu dalam sebuah keluarga. Pola komunikasi keluarga turut berperan dalam penerimaan pesan dan umpan balik yang terjadi antar anggota keluarga. Sebagai contoh dalam pola komunikasi monopoli, hanya satu orang yang berhak mengambil keputusan dalam keluarga.
Hal ini menyebabkan anggota keluarga yang lain tidak berhak menyuarakan pendapat atau turut berperan dalam pengambilan keputusan, yang mengakibatkan komunikasi keluarga cenderung menjadi komunikasi satu arah saja.
Demikian juga dalam penanaman dan pengembangan nilai-nilai yang ditanamkan oleh pemegang kekuasaan mutlak diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya karena komunikasi yang berlangsung hanya bersifat instruksi atau suruhan.
Keluarga sangat besar peranannya dalam mengajarkan, membimbing, menentukan perilaku, dan membentuk cara pandang anak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga layaknya memberikan penanaman nilai-nilai yang dibutuhkan anak melalui suatu pola komunikasi yang sesuai sehingga komunikasi berjalan dengan baik, tercipta hubungan yang harmonis, serta pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat diterima dan diamalkan dengan baik.
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Pola Komunikasi dan Bentuknya"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung