Setiap penelitian ilmiah ada tujuan karena dilatarbelakangi adanya masalah. Peneliti memiliki motivasi untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah prosedural ilmiah. Jenis masalah dan motivasi untuk memecahkan masalah menentukan metodologi apa yang akan dipakai. Metodologi hanya “pisau analisis”. Metodologi memiliki langkah-langkah baku yang berbeda satu sama lain.
Sebuah penelitian disusun menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif ataupun penggabungan antara keduanya dengan tipe eksploratif, tentu berbeda dengan penelitian yang disusun menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif atau penggabungan antara keduanya dengan tipe deskriptif atau eksplanatif. Keanekaragaman pengelompokan tipe-tipe penelitian terlihat jelas dalam pengelompokan penelitian berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Pembagian tipe penelitian antara satu ahli tertentu berbeda dengan ahli lainnya. Hal tersebut tergantung pada sudut pandang pakar yang bersangkutan.
Suatu jenis penelitian tertentu yang oleh seorang ahli dimasukkan dalam kelompok penelitian A, mungkin saja dimasukkan dalam kelompok penelitian B oleh pakar lain. Meski demikian, setidaknya jenis-jenis penelitian dapat dibedakan menjadi: penelitian menurut bidangnya, tempat, tujuan, pemakainya, tarafnya, pendekatannya. Tujuan penelitian tidak berbeda dengan tujuan dari semua kegiatan ilmiah, yaitu menjelajah (to explorate), menggambarkan (to description), dan menjelaskan (to explain).
Penelitian eksplorasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu gejala atau peristiwa. Metode eksploratori (penjajakan), deskripsi, menjelaskan bergantung pada taraf pengetahuan mengenai variabel-variabel atau hubungan-hubungannya yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Vredenbregt (1978) mengelompokan tipe penelitian berdasarkan tujuannya menjadi tiga kelompok, yaitu penelitian eksploratif, pengujian (testing research), dan deskriptif. Neuman (2000) mengemukakan perbedaan ketiga tipe penelitian (exploratory, descriptive, dan explanatory).
Manfaat bagi peneliti mengelompokan tipe penelitian bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian yang berhubungan dengan tingkat akurasi terhadap kebenaran ilmiah yang ditunjukkan oleh penelitian tersebut. Jenis atau tipe penelitian digunakan untuk mengukur manfaat penelitian bagi pengembangan konsep ilmiah, pengambilan keputusan, evaluasi kebijakan, atau kemajuan sebuah program. Nan Lin menamakan eksplorasi, deskripsi, dan eksplanasi sebagai tipe studi (type of study).
Pemilihan tipe penelitian apakah eksplorasi, deskripsi, ataukah eksplanasi sebagai cara pemecahan masalah bergantung pada hakekat masalah penelitian, ketersediaan sumber data, dan tingkat pengetahuan atau kemajuan pengetahuan tentang masalah atau bidang penelitian. Dalam urutan langkah-langah penelitian, pemilihan tipe penelitian ditempatkan sesudah tahap perumusan masalah penelitian, tetapi juga telah harus dijadikan sebagai pertimbangan dalam memformulasi pertanyaan penelitian spesifik.
Kultar Singh (2007) mengklasifikasikan penelitian kuantitatif menjadi dua kelompok, yakni penelitian eksploratif dan penelitian konklusif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang berupaya memaparkan atau menggambarkan fenomena dimana peneliti belum memiliki arah atau peta penjelasan tentang fenomena yang dihadapinya. Eksploratif adalah semacam pengumpulan data untuk menjawab persoalan yang menjadi minat peneliti. Penelitian eksploratif mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu.
Dalam penelitian ini belum diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis. Biasanya suatu riset dilakukan untuk menguji hipotesa-hipotesa. Hipotesa didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau atau teori yang telah dipelajari sebelumnya. Sering kali hipotesa tidak bisa dibuat berhubung tidak ada dasar yang kuat baik mengenai teori maupun pengalaman-pengalaman waktu lampau ataupun permasalahan masih baru.
Dalam hal ini tipe penelitian yang digunakan eksploratif. Peneliti menggunakan tipe penelitian penjelajahan atau penjajakan agar lebih mengenal dan mengetahui gambaran mengenai suatu gejala sosial. Tipe penelitian eksploratori atau eksploratif berhubungan dengan pertanyaan “Apa”. Tujuan: Untuk menjawab “Apa”, sehingga dapat memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu obyek. Penelitian eksploratif ditujukan kepada desain pengumpulan data yang luas, disengaja, dan sistematis, yang dimaksudkan untuk memaksimalisasi hasil temuan dari deskripsi berbasis generalisasi dan pemahaman langsung pada wilayah kehidupan sosial dan psikologi. (Given; 2008 : 327)
Tipe riset eksploratif bisa dianggap sebagai langkah pertama yang diharapkan bisa dipergunakan untuk merumuskan persoalan dimana pemecahan persoalan tersebut mungkin bisa dipecahkan dengan mempergunakan tipe atau jenis penelitian lain. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan mencari atau merumuskan masalah-masalah dari suatu fenomena.
Tujuan Penelitian Eksploratif
Penelitian dapat dibedakan menurut beberapa dimensi. Menurut tujuan, penelitian dibedakan menjadi penelitian eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif. Menurut manfaat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian dasar dan terapan. Berdasarkan waktu penelitian, penelitian dibedakan menjadi penelitian longitudinal dan cross sectional.
Menurut metode pengumpulan data, dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dimensi tujuan terkait dengan apa yang ingin diselesaikan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, apakah dengan maksud untuk melakukan eksplorasi (penjajakan) tentang suatu topik baru, mendeskripsikan kondisi/ gejala tertentu, atau menjelaskan kenapa sesuatu gejala/ fenomena terjadi. Dalam pelaksanaannya bisa saja terjadi kombinasi diantara jenis tersebut, meskipun selalu ada unsur dominan dalam suatu penelitian.
Penelitian eksplorasi diperlukan untuk mencari faktor-faktor yang penting sebagai faktor penyebab timbulnya kesukaran-kesukaran. Penelitian eksplorasi bisa dianggap sebagai langkah pertama yang diharapkan bisa dipergunakan untuk merumuskan persoalan dimana pemecahan persoalan tersebut mungkin bisa dipecahkan dengan mempergunakan jenis penelitian lain misalnya, deskriptif ataupun eksplanatif. Oleh karena penelitian eksplorasi itu hanya mencari ideide atau hubungan-hubungan baru, maka tidak ada suatu perencanaan yang formal untuk itu, sehingga pelaksanaannya tergantung pada kepandaian serta daya imaginasi dari research worker yang bersangkutan.
Tujuan dari penelitian eksploratif adalah untuk memproduksi generalisasi yang diturunkan dari proses induktif tentang grup, proses, aktivitas, atau situasi yang dipelajari. (Given; 2008: 327) Dalam penelitian eksploratif ini peneliti harus memiliki posisi tertentu dalam perspektif memandang data dan seluruh wahana penelitian. Riset jenis ini bergantung pada sebuah stand point yang diambil, terpisah dari verifikasi dan konfirmasi. Sangat bersifat perseptual bagi penelitinya.
(Given; 2008 : 327) Sehingga subyektifitas banyak mengarahkan peneliti dalam memilih dan menganalisa data. Ini karena belum terkerangkanya berbagai desain atau preposisi yang bisa dijadikan acuan utama untuk menjelaskan fenomena-fenomena karena pada dasarnya preposisi itu baru saja dibuat melalui penelitian yang dilakukan ini. Peneliti tidak mendekati objek dengan suatu set formula tertentu dia akan sangat pragmatis dan fleksibel (Jupp; 2006 : 110) posisi peneliti benar-benar mencari penjelasan seperti menguntai sebuah kain dari berbagai raw materials yang tersedia dari berbagai data yang kemudian secara sistematis menciptakan berbagai preposisi yang menjadi set formula baru.
Tipe penelitian eksplorasi dimaksudkan untuk menjajaki suatu fenomena baru yang mungkin belum ada pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang ‘masalah (problem)-nya’ belum pernah dijajaki, belum pernah diteliti orang lain. Kesulitan yang dihadapi peneliti adalah masih mencari-cari akar, meskipun peneliti dalam kondisi ‘kegelapan’ masalah, tetapi ia tetap berusaha menemukan permasalahan yang sedang atau akan diteliti tersebut.
Penelitian eksplorasi umumnya merupakan tahap awal untuk penelitian selanjutnya yang lebih sistematik. Penelitian eksplorasi jarang menghasilkan jawaban yang pasti, penelitian ini lebih menggali tentang apa sebenarnya yang terjadi dengan kondisi fenomena sosial tertentu (lebih menekankan pada pertanyaan “Apa/ What”).
Penelitian eksplorasi memerlukan kreativitas, fleksibilitas dengan rancangan penelitian yang bisa terus berubah mengingat belum ada panduan dalam menemukan data atau informasi yang penting, karena itu penelitian eksplorasi seringnya menggunakan teknik kualitatif dalam pengumpulan data serta tidak terlalu terpaku pada teori dan pertanyaan penelitian yang disusun sejak awal. Dengan pertanyaan “what”, peneliti memperoleh jawaban atau pertanyaan tersebut akan memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu obyek. Informasi yang terdapat dalam jenis riset eksploratif ini sifatnya sangat longgar, fleksibel dan tidak terstruktur. Jumlah sampelnya tidak perlu banyak, dan jika analisis dari data primer, ia lebih bersifat kualitatif.
Metode penelitian kualitatif lebih berorientasi pada eksplorasi dan penemuan (discovery oriented) dan tidak bermaksud untuk menguji teori. Discovery atau penemuan merupakan istilah yang lebih mengacu pada tataran filosofis bukan praktis pragmatis. Discovery merupakan kegiatan berfikir yang bergerak dari masalah yang dihadapi yang mendorong munculnya jawaban yang mungkin (possible answer) bisa berupa solusi, hipotesis atau teori yang memerlukan pembuktian dan pengembangan. Proses discovery terjadi bila kegiatan diawali dengan observasi hal-hal yang partikular untuk menemukan hal-hal yang bersifat umum/ general sehingga diperoleh jawaban yang mungkin benar atau salah.
Oleh karena itu, hasil dari discovery lebih bersifat hipotesis atau teori yang bersifat sementara (tentative theory). Ketika suatu masalah ditemukan kemudian dirasakan perlu pemecahan, manusia akan melakukan upaya untuk memahami dan mencoba menjawabnya dalam kategori umum yang dapat dipandang sebagai jawaban akan masalah yang dihadapi.
Proses berpikir dalam discovery merupakan upaya memberikan jawaban dan atau pemahaman akan fenomena yang secara selektif dipandang masalah yang perlu pemecahan dengan menggunakan pengetahuan a priori tentang keluasan serta kausalitas tanpa suatu kerangka teori tertentu. Oleh karena itu, aktivitas abduksi akan menghasilkan tebakan jawaban (educated guess) berdasarkan common sense atas apa yang dialami, dilihat, dan dipikirkan atas fenomena masalah.
Discovery/abduksi amat ditentukan oleh kreativitas dalam menghadapi fenomena masalah, dia bukan suatu proses mekanistik dengan seperangkat aturan dan atau prinsip serta teori tertentu dalam menghadapi fenomena masalah, namun kreativitas amat menentukan dalam memberikan perkiraan akan jawaban sementara diskoveri/ abduksi merupakan proses mendapatkan teori sementara atau juga disebut hipotesis yang mungkin salah atau benar, sehingga untuk mengetahui kondisi tersebut diperlukan kegiatan ilmiah lainnya, jadi abduksi menunjukkan proses ilmu yang belum lengkap, discovery/ abduksi hanyalah merupakan bagian dari suatu proses ilmu atau kegiatan ilmiah yang memerlukan kegiatan ilmiah lainnya agar diperoleh suatu keyakinan akan klaim kebenarannya, meskipun tahap kegiatan ini amat penting dan amat berperan dalam tumbuh dan berkembangnya ilmu sepanjang sejarah manuusia.
Oleh karena itu, penelitian kualitatif akan mencoba memahami fenomena atau gejala yang dilihatnya sebagaimana adanya. Analisis induktif dimulai dengan melakukan serangkaian observasi khusus, yang kemudian akan memunculkan tema-tema atau kategori-kategori, serta pola-pola hubungan di antara tema atau kategori yang telah dibuatnya. Analisis induktif ini digunakan juga karena proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda-realitas penelitian kualitatif bersifat jamak/ ganda-sebagaimana terdapat dalam data.
Penelitian eksploratif dapat dikatakan sebagai penelitian pendahuluan dikarenakan tipe penelitian ini mencoba menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Gejala tersebut belum pernah menjadi bahan kajian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta atau gejala sosial yang mendasar dan penelitian menunjukkan kepedulian didalamnya; (2) mengembangkan pengalaman mengenai gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat; (3) menghasilkan ide dan mengembangkan teori-teori tentatif yang mampu memprediksi terjadinya gejala sosial; (4) menentukan kelayakan untuk dapat melakukan riset tambahan atau lanjutan; (5) merumuskan pertanyaan dan menemukan masalahmasalah untuk dapat diselidiki secara lebih sistematis; dan (6) mengembangkan teknik dan arah bagi penelitian masa depan. (Martono; 2014:16) Ardial (2014 : 129-130) menyebutkan penelitian penjajakan berguna untuk mengetahui: (1) Apakah permasalahan yang akan diteliti dianggap masih relatif baru atau belum jelas?; (2) Apakah ada variabel-variabel penting yang mungkin belum diketahui atau belum terdefinisi dengan baik?; (3) Apakah penelitian yang akan dilakukan layak?; dan (4) Apakah penelitian mampu untuk melakukan penelitian yang demikian atau sebaliknya?. Jadi tipe riset eksploratif berguna apabila peneliti tidak banyak mengetahui atau sedikit sekali informasi mengenai suatu masalah.
Secara rinci, tujuan riset eksplorasi adalah: (1) memformulasikan (menyusun) suatu masalah secara lebih tepat; (2) menentukan alternatif tindakan yang akan dilakukan; (3) mengembangkan hipotesis; (4) menentukan variabel-variabel penelitian dan pengujian lebih lanjut; (5) memperoleh gambaran yang jelas mengenai suatu masalah; (6) menentukan prioritas untuk penelitian lebih lanjut. Mengenai hasil dari tipe penelitian eksploratif biasanya sangat tentatif dan pada umumnya dilanjutkan dengan penelitian yang bersifat konklusif. Jadi penelitian ini berguna apabila peneliti tidak banyak mengetahui atau sedikit sekali mengetahui informasi mengenai masalah penelitian.
Penelitian eksploratif artinya menjajaki dan menjelajahi permasalahan penelitian, untuk menemukan masalah utama yang seharusnya diteliti dalam penelitian lanjutan yang sifatnya konklusif, agar usaha melakukan perbaikan atau penyempurnaan suatu kondisi dapat dilakukan secara tuntas. Seringkali muncul ke permukaan kekurangan dan kesulitan menjajaki masalah yang akan diteliti. Peneliti eksploratif harus pandai menyisihkan permasalahan semu yang mengganggu peneliti dalam memunculkan masalah utamanya.
Untuk itu, semua gejala yang terlihat sebagai masalah harus diinventarisasi, dianalisis dan didiskusikan dengan berbagai pihak yang dianggap relevan. Hasilnya harus dibentuk masalah utama yang akan diteliti sampai tuntas.
Sasaran Penelitian Eksploratif
Sasaran tipe penelitian eksploratif adalah untuk memformulasi beberapa pertanyaan yang memiliki presisi yang penelitian akan datang dapat menjawab (Nauman; 2000). Penelitian eksplorasi berusaha menjelajah atau menggambarkan apa yang terjadi termasuk siapa, kapan, dimana, atau berhubungan dengan karakteristik satu gejala atau masalah sosial, baik pola, bentuk, ukuran, maupun distribusi. Pertanyaan-pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau peristiwa dengan melakukan penjajakan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan gejala tersebut.
Penjajakan dilakukan tidak secara sistematis dan terkontrol, dalam arti tidak didasarkan atas hipotesis dan sampel dalam jumlah yang pasti. Penjajakan dilakukan dengan teknik bola salju (snow ball sampling). Melalui informasi yang dikumpulkan, masalah sosial ataupun masalah komunikasi yang diselidiki akan semakin lebih jelas. Informasi yang diperlukan sangat longgar, fleksibel dan tidak terstruktur, sampel tidak terlalu banyak, analisis dari data primer lebih bersifat kualitatif, sehingga hasil/ output sangat tentatif, pada umumnya dilanjutkan dengan penelitian yang bersifat konklusif.
Dalam penelitian kualitatif komunikasi, biasanya peneliti memiliki sejumlah subjek (informan) yang terbatas. Dengan jumlah yang terbatas itu, peneliti akan bertanya kepada subyek yang terdahulu (yang sedang diwawancarai) tentang siapa saja yang dapat dimintai informasi terkait dengan tema yang ditelitinya misalnya tentang akses informasi apa saja yang dilakukan oleh masyarakat desa pantai di pulau terpencil.
Maksud teknik snow ball sampling adalah dari jumlah subyek yang sedikit, semakin lama berkembang menjadi banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi subyek akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi (jenuh). Pertimbangan keilmuan mutakhir yang lain dalam memutuskan apakah menggunakan metode kualitatif berkaitan dengan pengumpulan data awal adalah eksploratori yang dipertimbangkan.
Tujuan pengumpulan data eksploratori adalah untuk memahami tentang apa yang terjadi dalam program dan hasil apa yang mungkin penting, kemudian mengidentifikasi variabel kunci yang mungkin secara kuantitatif dioperasionalisasikan. Penelitian eksploratori tergantung pada penyelidikan naturalistik, pengumpulan data kualitatif, dan analisis induktif karena informasi yang cukup tidak memungkinkan untuk mengijinkan penggunaan pengukuran kuantitatif dan rancangan eksperimental. Ini akan datang kemudian, sebagai pemberian hasil penelitian eksploratori. (Patton; 2006 : 56-57)
Tujuan utama dari penelitian eksploratif secara mendasar adalah membangun teori (Jupp; 2006 : 110). Sehingga keluaran penelitian ini adalah sebuah preposisi baru atau model baru yang pada gilirannya akan menunjukkan arah generalisasi dari sebuah fenomena.
Belum ada tanggapan untuk "Tujuan dan Sasaran Penelitian Eksploratif"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung