Penelitian komunikasi melalui studi eksplorasi, mengembangkan konsep-konsep, menentukan prioritas, dan berakhir memperbaiki desain penelitian. Penelitian demikian dilakukan sebagai suatu feasibility study, artinya untuk meneliti apakah penelitian itu dapat dilakukan dilihat dari segi adanya atau dapat diperolehnya data yang diperlukan, tenaga, dan keuangan.
Melalui studi penjajakan dapat diketahui mengenai permasalahan yang dihadapi, variabel-variabel penting yang belum terdefinisikan dan agar menjadi yakin bahwa memang layak untuk melakukan penelitian dalam bidang tersebut (Ulber; 2009 : 26).
Tujuan pengumpulan data tipe penelitian eksploratori adalah untuk memahami tentang apa yang terjadi misal dalam program dan hasil apa yang mungkin penting, kemudian mengidentifikasi variabel kunci yang mungkin secara kuantitatif dioperasionalisasikan.
Penelitian eksploratori tergantung pada penelitian naturalistik, pengumpulan data kualitatif, dan analisis induktif karena informasi yang cukup tidak memungkinkan untuk mengijinkan penggunaan pengukuran kuantitatif dan rancangan eksperimental. Ini akan datang kemudian, sebagai pemberian hasil penelitian eksploratori (Patton; 2006).
Penelitian tipe eksplorasi disebut penelitian formulasi, dilakukan bilamana peneliti belum memiliki pengetahuan atau gambaran yang jelas tentang situasi masalah atau kurang memiliki atau tak ada sama sekali informasi mengenai masalah yang terjadi. Penelitian bertolak dari suatu permasalahan tertentu yang hanya samar-samar dipahami secara teoritis (Vredenbregt; 1985).
Masalah penelitian belum secara dalam dan terperinci menyinggung gejala yang akan diteliti, dan hanya mengetahui garis besarnya saja. Peneliti belum menyusun klasifikasi-klasifikasi dari segala aspek dari suatu gejala. Masalah yang hanya samar-samar dipahami secara teoritis sebagai pangkal tolak, perlu dicari bahan-bahan baru dengan tujuan menemukan kaitan-kaitan yang dapat diubah menjadi hipotesis-hipotesis.
Dua orientasi dalam penelitian eksporatif dalam melihat fenomena
Pertama fleksibilitas dalam melihat data dan keterbukaan cara berpikir dalam menemukan data (Given; 2008 : 327) . Dalam pengumpulan data sifat aktifitas tertumpu pada dua orientasi pertama, fleksibilitas. Artinya, semua alat pengumpulan data, sumber data, narasumber sebisa mungkin bersamaan, bergantian, dan tidak dalam suatu hirarki tertentu ataupun dalam suatu penjelasan dalam aturan yang rigid tertentu. Dengan kata lain, tidak pada cakupan prinsip apriori.
Kedua, keterbukaan cara berpikir. Peneliti tidak bisa dengan sangat mudahnya mengikuti alur teori dan memenjara dirinya dalam kolom alur teoritis tertentu. Peneliti harus berpedoman pada berfikir bebas dan merambah semua bagian dari fenomena. Karena ini bukan suatu sesi reduksi tetapi ini suatu sesi yang menjelaskan secara khusus, secara induktif tanpa ada reduksi untuk menemukan potongan-potongan atau penjelasan fenomena secara keseluruhan guna membangun suatu preposisi yang diuji atau guna membangun sebuah model yang akan dipakai secara berulangulang dan mengeneralisasasikan fenomena atau penjelasan fenomena pada akhirnya.
Contoh studi yang menggunakan penelitian jenis eksploratory adalah penelitian yang dilakukan oleh (Papacharissi dan Rubbin; 2000) tentang penggunaan internet dan prediktornya, penelitian ini menemukan 5 (lima) motif penggunaan internet, information seeking, convinence dan passing team serta interpersonal utility. Kelima motif ini bisa dijadikan sebuah model atau preposisi bagi pengujian hipotesis berdasar fenomena penggunaan internet di masa mendatang. Penelitian ini tidak menguji motif tersebut tetapi penelitian ini atau dari penelitian ini terlahir motif prediktor untuk penggunaan internet tersebut.
Belum ada tanggapan untuk "Penelitian Tipe Eksploratif Disebut Penelitian Formulasi"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung