Komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk membangun hubungan dengan diri sendiri, dengan sang pencipta, serta dengan sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri dan lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-Nya (Hefni: 2015, 14).
Hussain et.al (1990:1) memberikan defenisi komunikasi Islam sebagai suatu proses menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan prinsip dan kaedah komunikasi yang terdapat dalam Alquran dan Hadis.
Mahyuddin Abd. Halim (1985: 43) menulis bahwa komunikasi Islam adalah proses penyampaian atau pengoperan hakikat kebenaran agama Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus menerus dengan berpedoman kepada Alquran dan Hadis baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui perantaraan media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan hakikat kebenaran agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek aqidah, ibadah dan muamalah (dalam Syukur : 2007, 2).
Dari pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa komunikasi Islam baik secarai teoritis dan praktis sangat berbeda dengan komunikasi secara umum.
Komunikasi Islam berpedoman kepada Alquran dan Hadis memiliki prinsip free flow of information, sedangkan prinsip komunikasi secara umum free and balance flow of information (Syukur : 2007, 14).
1. Qaulan Ma’rufa
Ma’rufa artinya kebaikan dunia maupun akhirat (Hefni : 2015, 82). Sementara Qawlan ma’rufa difahami sebagai ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa secara etimologis adalah al-khair atau alihsan, yang berarti yang baik baik. Jadi qawlan ma’rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas. Dalam Q.S. al-Baqarah/2 : 263 Dalam ayat ini Allah memperingatkan bahwa perkataan yang baik dan pantas dan pemberian maaf lebih baik daripada pemberian sedekah yang diiringi dengan perkataan yang menyakitkan hati penerima.Ungkapan tersebut terdapat empat kali dalam Alquran dengan menampilkan empat peristiwa yang berbeda-beda, diantaranya adalah;
- Surah al-Baqarah ayat 235 menyatakan tentang, Allah memerintahkan supaya berkata dengan bahasa yang tidak vulgar untuk meminang wanita yang ditinggal mati suaminya atau dicerai oleh suaminya.
- Surah an-Nisa ayat 5 menyatakan tentang peristiwa anak yang belum dewasa atau sudah dewasa tetapi tidak mampu mengelola uang yang ditinggalkan oleh ahli warisnya. Kalau mereka mau mengambil harta mereka yang dititipkan kepada wali mereka, diprediksi harta itu akan habis sia-sia. Dalam kondisi seperti itulah diperintahkan untuk para wali untuk berkata makruf terhadap mereka.
- An-Nisa ayat 8 menyatakan tentang pembagian harta warisan kepada anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu dengan ucapan kepada mereka perkataan yang baik.
- Al-ahzab ayat 32 menyatakan tentang istri-istri Nabi supaya berbicara dengan makruf, supaya tidak menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
Konsep komunikasi yang baik dapat dilakukan oleh pustakwan dalam membina dan membimbing pengunjung perpustakaan. Dengan komunikasi yang baik akan terjadi interaksi yang baik pula antara pustakawan dan pengunjung perpustakaan.
2. Qaulan Karima
Perkataan yang mulia adalah ucapan yang dituturkan kepada orang dengan kata-kata yang baik dan santun. Banyak orang yang gagal karena kata-kata yang dituturkan tidak baik dan santun bahkan secara sengaja atau tidak disengaja tutur kata yang disampaikan berpotensi merendahkan orang lain. Tutur kata yang diucapkan tidak boleh dianggap ringan, karena berhubungan dengan status social di dalam masyarakat, jika seseorang tidak mampu berinteraksi di dalam masyarakat berarti seseorang tersebut sudah dianggap gagal di dalam berkomunikasi. Dalam Q.S. al-Isra’/17: 23 disebutkan bahwa supaya manusia berbakti kepada kedua orang tua, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
3. Qaulan Masyuran
Qaulan Masyuran merupakan tutur kata dari seorang komunikator yang mudah difahami oleh komunikannya, baik itu lisan maupun tulisan, sangat diharapkan untuk mempergunakan tutur kata yang mudah, ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Seperti dalam surah al-Isra’/17 ayat 28 sebagai berikut: Artinya : Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.Maisura seperti yang terlihat pada ayat di atas sebenarnya berakar pada Kata yusran, yang secara etimologi berarti mudah atau pantas (Yunus : 1989, 428). Sedangkan qawlan maisura menurut Jalaluddin Rakhmat sebenarnya lebih tepat diartikan ”ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Bila qawlan ma’rufa berisi petunjuk diiringi dengan perkataan yang baik, qawlan maisura berisi hal hal yang menggembirakan dengan perkataan yang mudah dan pantas
4. Qaulan Balighan
Kata qaulan balighan terdapat dalam Alquran surat an Nisa/4 ayat 63 sebaga berikut:Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari pada mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka ((Depag, 1986 : 129).Kata ”balighan” dalam bahasa Arab artinya yang fasih dalam berkata-kata (Yunus: 1989, 361). Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan), ”balighan” berarti kata kata yang fasih dalam mengucapkan kata-kata, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki.
5. Qaulan Layyina
Layyina berarti yang lembut, yang senang di ajar, jadi
qawlan layyina berati perkataan yang lembut (Yunus : 1989,
480). Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut
ini terdapat dalam Q.S. Taha/20 ayat 44 sebagai
berikut:Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia
ingat atau takut.
6. Qaulan Sadidan
Qaulan sadidan terdiri dari dua suku kata qaulan artinya perkataan atau percakapan (Yunus : 1989, 361). Sedangkan sadidan berarti yang betul atau yang benar. Dapat difahami bahwa qaulan sadidan itu adalah perkataan yang benar, tidak mengandung kedustaan, apabila seorang komunikator atau seorang pustawan/petugas pustaka berbicara, maka pembicaraannya yang benar, jujur, berbicara dengan lurus, tidak bohong, tidak berbelit belit.
Dalam Alquran dijelaskan dalam surah an-Nisa ayat 9 sebagai berikut: Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawair terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Depag, 1986 : 116).
Belum ada tanggapan untuk "Prinsip prinsip Komunikasi dalam Alquran"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung