Riki Martusa
(Ketua Program Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha dan Pengajar Bidang Ilmu Akuntansi)
Radar Bandung Rabu, 26 Oktober 2011
Bisnis merupakan suatu aktivitas perekonomian yang bertujuan menghasilkan profit. Mengelola suatu bisnis mempunyai cara-cara tertentu agar aktivitas bisnis dapat berlangsung dengan baik. Ketika suatu bisnis dibentuk dan dijalankan, maka bisnis tersebut akan memasuki suatu arena kompetisi dengan bisnis yang lain. Pada situasi kompetisi tersebut, bisnis memerlukan suatu pengendalian untuk tetap on the right track. Pengendalian bisnis bertujuan agar bisnis tersebut tetap mencapai profit yang maksimal.
Suatu sistem informasi yang handal diperlukan untuk dapat mengawasi dan mengendalikan bisnis dengan efektif dan efisien. Salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu bisnis adalah keuangan. Pengawasan dan pengendalian keuangan merupakan salah satu cara untuk menjalankan bisnis. Keuangan bisnis yang terkendali akan mengurangi risiko mengalami kebangkrutan bisnis atau pailit. Akuntansi merupakan suatu proses merekayasa (engineering) laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi akuntansi merupakan salah satu media untuk mengawasi dan mengendalikan bisnis dalam mencapai tujuannya.
Sistem informasi akuntansi akan menyusun suatu prosedur untuk mengolah suatu data menjadi sebuah laporan yang informatif. Apabila seorang pemilik bisnis ingin mempunyai suatu media untuk mengawasi dan mengendalikan bisnisnya, maka sistem informasi akuntansi akan menyusun data transaksi bisnis tersebut, memproses dan menyusun sebuah laporan pertanggungjawaban yang informatif.
Input sistem informasi akuntansi dari suatu bisnis adalah data transaksinya. Bisnis tersebut harus menyusun setiap data transaksi yang dilakukannya berdasarkan waktu terjadinya dan jumlah uang yang digunakan. Penyusunan data transaksi tersebut harus dilakukan dengan tepat dan akurat. Setiap data yang ada harus dilengkapi dokumen bukti transaksi yang sahih. Transaksi yang terjadi dalam bisnis mewakili aktivitas bisnis yang terjadi. Oleh sebab itu, data transaksi harus mewakili realitas bisnis yang terjadi. Dokumen bukti transaksi yang sahih menjadi syarat keberadaan dan keterjadian suatu transaksi. Jadi pada tahap input ini, pengelolaan data transaksi harus dilakukan dengan baik agar hasil informasi menjadi akurat.
Setelah kita memasukkan data transaksi sebagai input dalam sebuah sistem informasi akuntansi, maka kita melanjutkan ke tahap pemrosesan data transaksi tersebut menjadi informasi. Pada tahap pemrosesan, data transaksi harus dicatat, diklasifikasi sesuai dengan akunnya, diringkas dalam sebuah format, dianalisis setiap akun-akun yang mewakili transaksi dan dikelola kedalam format sebuah laporan pertanggungjawaban.
Langkah pertama, transaksi harus dicatat agar setiap kejadian dapat direkam sesuai dengan waktu terjadinya dan jumlah yang masuk atau keluar dari transaksi bisnis. Setiap data transaksi yang dicatat harus mempunyai dokumen bukti atas transaksi, sehingga keberadaan dan keterjadian transaksi tersebut menjadi sahih. Langkah kedua, transaksi harus dikelompokkan berdasarkan nama akun yang mewakilinya (contoh pengelompokan dalam akuntansi, yaitu aset, utang, modal, pendapatan, dan biaya). Apabila transaksi sudah dicatat berdasarkan nama akun yang mewakilinya, maka kita dapat meringkas semua transaksi tersebut kedalam format yang disebut neraca saldo. Langkah ketiga adalah kita harus melakukan peringkasan pada akun-akun yang sudah diklasifikasikan. Tujuan peringkasan tersebut adalah agar kita dapat melihat semua realitas yang terjadi selama satu perioda pada bisnis tersebut. Tahap keempat, kita harus melakukan analisis terhadap neraca saldo tersebut. Setiap akun-akun yang tercatat dalam neraca saldo disesuaikan jumlahnya dengan perubahan data-data terbaru akhir perioda agar akun-akun tersebut menggambarkan realitas bisnis yang sesungguhnya. Tahap kelima, akun-akun dalam neraca saldo yang sudah disesuaikan akan dikelola dalam format sebuah laporan pertanggungjawaban keuangan bisnis.
Laporan keuangan bisnis tersebut mempunyai tujuan untuk menggambarkan realitas aktivitas bisnis yang diwakili oleh simbol-simbol berupa akun-akun dalam laporan keuangan. Jadi laporan keuangan tersebut dapat memberitahu pemilik bisnis mengenai keadaan bisnisnya terakhir pada akhir perioda. Pemilik bisnis dapat membaca isi laporan keuangan untuk menentukan tindakan apa yang perlu ditindaklanjuti dari bisnisnya. Apakah pemilik harus menambah modalnya untuk melakukan ekspansi usaha atau menutup bisnis tersebut karena bisnis tersebut hasilnya rugi tiap perioda. Jadi laporan keuangan tersebut memberikan keleluasaan bagi pemiliknya untuk menentukan keputusan apa bagi bisnisnya tanpa harus melihat langsung semua aktivitas bisnis yang terjadi.
Laporan keuangan tersebut juga memberikan keleluasaan bagi pemiliknya untuk memprediksi mengenai masa depan bisnisnya. Misalnya, pendapatan perusahaan memang tinggi, tetapi mengapa labanya kecil. Pada gambaran tersebut, pemilik bisnis akan melakukan analisis apakah kemungkinan terjadi pengeluaran biaya yang cukup besar dari seharusnya atau terjadi penumpukan piutang akibat banyaknya terjadi transaksi kredit/non tunai. Pada kasus tersebut, pemilik bisnis akan melakukan konfirmasi kepada pihak manajemen mengenai hasil analisisnya. Setelah pemilik mengkonfirmasi analisisnya dan mendapatkan kejelasan yang terjadi pada bisnisnya, maka pemilik dapat dengan percaya diri menentukan keputusan apa yang perlu diambil berkaitan dengan bisnisnya.
Laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban dari pihak menajemen bisnis kepada pemiliknya. Dalam hal ini, institusi bisnis dianggap sebagai subyek sendiri yang mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Hubungan institusi bisnis terhadap pemilik merupakan dua belah pihak yang berbeda dan terdapat hubungan utang piutang. Jadi laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban dari institusi bisnis terhadap pemiliknya. Walaupun kenyataannya pada bisnis perseorangan, peran sebagai pemilik dirangkap dengan perannya sebagai manajemen. Tetapi pada laporan keuangan akuntansi, hubungan pemilik dan usaha bisnisnya tetap harus dianggap sebagai pihak yang terpisah. Melalui laporan ini, pemilik dapat mengendalikan bisnisnya dengan baik.
Belum ada tanggapan untuk "Mengelola Bisnis Perseorangan Dengan Smart "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung