Umumnya wanita memberikan opini tentang dirinya adalah kaum tertindas pria, yang mau tidak mau dari tahun ke tahun harus mengikuti segala aturan yang seolah-olah mengkungkungnya adalah bersifat alamiah sesuai perbedaan jenis kelamin. Seolah-olah menjadi kodrat wanita untuk melakukan segala sesuatu sebagai tuntutan pria terhadap dirinya. Sebagian besar kaum wanita masih menerima kondisi ini, walaupun kesetaraan gender sering digaungkan oleh berbagai kelompok wanita melalui emansipasi wanita. Namun demikian anggapan bahwa wanita itu sendiri harus mengabdi pada pria (suami) masih sangat kuat tertanam dalam diri wanita, terutama di Indonesia pada umumnya.
Opini Wanita Tentang Masalah-Masalah Sosial
Kaum wanita sangatlah peka terhadap masalah-masalah sosial, kepekaan ini membawanya pada konteks pengembangan opini yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial tersebut. Kaum wanita kerapkali memikirkan nasib para wanita tuna susila yang beroperasi di berbagai tempat, ataupun memberi ide atau gagasan bagi solusinya. Tidak sedikit pula kaum wanita memberikan gagasan, ide ataupun opininya untuk memberikan nilai sosial tentang anak-anak terlantar. Dalam konteks kewanitaan tidak sedikit pula peran wanita dalam memberikan solusi melalui opini-opininya untuk memperjuangkan kaum wanita disektor pekerjaan, misalkan memperjuangkan hak-hak cuti hamil atau cuti haid bagi kaum wanita, ataupun memberikan solusi bagi pekerja wanita di bawah umur, bagi urusan Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar negeri, memperjuangkan kaum wanita teraniaya, ataupun dalam kasus-kasus kekerasan di dalam rumah tangga seringkali dikaji dan diteliti kaum wanita.
Dalam mengekspresikan opininya tersebut, tidak sedikit kaum wanita mendapatkan kecaman yang keras dari berbagai pihak ataupun hambatan-hambatan. Jika dalam konteks ini media massa memihaknya, maka mereka memberikan kontribusi bagi kelancaran perjuangannya, namun sebaliknya jika media massa turut pula memojokkan ide, gagasan ataupun opini-opininya dalam masalahmasalah sosial maka perjuangan akan sangat lambat dan berjalan panjang.
Opini Wanita Tentang Politik
Dunia politik diibaratkan dunia keras bagi kaum wanita, sehingga kontribusi kaum wanita di percaturan politik relatif diabaikan dan sering terjadi pelecehan-pelecehan terhadap wanita jika berkecimpung di dunia politik. Dalam konteks ini, kita sudah tidak asing lagi mendengar statement-statement yang disajikan di media massa yang memojokkan wanita jika berkiprah di dunia politik, sehingga seolah-olah dunia politik adalah dunia laki-laki. Kontroversi peran wanita sebagai seorang pemimpin seringkali kita kunyah melalui penyajian di media massa yang pada prinsipnya kehadiran wanita sebagai pemimpin secara politis tidaklah semulus kehadiran pria. Fenomena ini memunculkan opini wanita tentang politik merupakan dunia laki-laki yang sama sekali tidak berpihak pada kaum wanita.
Opini Wanita Tentang Bisnis
Akhir-akhir ini banyak bermunculan gaya hidup wanita yang sukses dalam bisnis tanpa proses. Budaya perusahaan dalam bisnis melalui cara mengekploitasi wanita kerap kita dengar. Banyak wanita pelaku bisnis banyak menggambarkan kehidupan yang mencerminkan keberhasilan dari segi materil, tanpa pernah memaparkan bagaimana keberhasilan itu dicapai. Yang tertangkap adalah bahwa wanita telah mengambil peran bagi keberhasilan yang harus diraih perusahaan. Dengan kata lain, proses mencapai sukses dalam bisnis melalui peran wanita, sementara ini digambarkan sebagai “kebudayaan instant” dari suatu gaya hidup.
Opini Wanita Tentang Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia seolah-olah adalah krisis yang dialami oleh kaum pria. Sepertinya krisis ini adalah krisis yang melanda pria. Jika kita perhatikan, pekerja wanita lebih banyak yang kehilangan pekerjaan, karena perusahaan menganggap bahwa prialah yang harus bertanggung jawab terhadap keluarga maka kebijakan untuk wanita kehilangan pekerjaannya lebih besar dibanding pria. Dengan demikian jelaslah bahwa ideologi pria lebih dominan dari wanita masih melekat pada masyarakat kita. Kondisi seperti ini telah memunculkan adanya opini wanita yang memandang dirinya harus lebih rela berkorban jika dihadapkan dengan pria dalam urusan pekerjaan. Dalam arti masih harus mengedepankan pria daripada diri dan kaumnya pada saat krisis ekonomi melanda perusahaannya, ialah yang harus toleran terhadap tanggung jawab pria bagi keluarganya.
Sementara itu, pada saat krisis menimpa negara kita, ternyata yang “panik” umumnya adalah kaum wanita, mereka terlihat antri untuk membeli makanan, baik dari kalangan wanita tua maupun muda, kaya ataupun miskin, berbusana kerja ataupun tidak, yang berdesak-desakan berebutan minyak, beras, gula, susu, dan sebagainya. Karena mereka merasa beertanggung jawab terhadap urusan pengelolaan ekonomi keluarga. Sedangkan suami dan anakanaknya seolah tidak berkepentingan dengan urusan itu.
Opini Wanita tentang Pendidikan
Peluang kesempatan untuk memperoleh pendidikan formal kebanyakan adalah kaum pria, sementara itu bagi kaum perempuan cukup mengikuti pendidikan informal. Ini merupakan ideologi gender yang telah mengakar lama pada masyarakat. Distribusi peran yang secara tidak sadar telah digariskan orang tua dan masyarakat kita, bahwa wanita tidak perlu sekolah tinggi masih tertanam kuat di dalam kehidupan masyarakat.
Opini Wanita tentang Produk
Berbagai produk iklan kian beragam melalui berbagai penawaran dalam kegiatan marketing. Apakah itu dalam bentuk periklanan, personal selling, direct marketing, PR, ataupun sales promotion. Oleh karena itu kegiatan pemasaran produk tersebut seringkali diperankan oleh wanita dan untuk wanita. Dalam konteks ini, wanita digambarkan sebagai makhluk yang sewajarnya mengurus kebutuhan keluarga. Dengan keanekaragaman penawaran produk yang berbeda ataupun produk sejenis menyebabkan wanita/ibu telah dipercaya oleh suami ataupun anak-anaknya untuk dapat memilih produk terbaik bagi anggota keluarga.
Dalam keadaan demikian opininya tentang satu produk ke produk yang lain berkembang melalui penilaiannya pada saat dihadapkan pada keputusan untuk memilih produk mana yang harus dikonsumsi. Ironisnya, jika pilihannya tidak cocok dengan selera suami ataupun anak-anaknya, ia harus rela hati diserang anggota keluarga atas ketidakbecusannya memilih produk bagi kebutuhan keluarganya.
Opini Wanita tentang Masa Depan
Opini wanita dituntut untuk sampai pada kiat-kiat yang dapat memprediksi dan mengantisipasi masa depan. Kondisi ini menjadikannya memilih alternatif dari sebuah gaya hidup yang harus dijalaninya untuk menentukan masa depan. Sebagai seorang wanita yang dipercaya anggota keluarga untuk mengelola keuangan keluarga, kaum wanita sebagai ibu rumah tangga dituntut hemat atau tidak boros, dapat mengatur keuangan secara efisien, dan memikirkan masa depan.
Opini Wanita Tentang Budaya
Isu gender muncul apabila keadaan ketimpangan gender diidentifikasi sebagai keadaan yang tidak adil karena merugikan wanita atau pria. Isu gender lebih sering terjadi apabila diskriminasi terhadap wanita berakar kuat dalam suatu budaya atau suatu perundang-undangan. Adapun akar struktural yang menimbulkan isu gender dan terdapat dalam kondisi obyektif gender mencakup :
- Adanya dikhotomi maskulin atau feminin peranan manusia sebagai akibat dari determinisme biologis yang sering kali menimbulkan marginalisasi perempuan.
- Adanya dikhotomi peran publik dalam bidang kemasyarakatan atau rumah tangga yang berakar dari kepercayaan bahwa tempat perempuan adalah di rumah yang kemudian menjadi landasan untuk melestarikan pembagian kerja (Pinky Saptandari, 1995:13).
Belum ada tanggapan untuk "Opini Wanita Tentang Diri Mereka Sendiri"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung