Di dalam memilih materi tersebut sudah harus dipikirkan juga tentang pengalaman belajar yang lalu dan yang akan disajikan kepada anak. Proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya bila anak ikut berpartisipasi dengan aktif. Pemilihan jenis pengalaman belajar cenderung kepada bagaimana mengaktifkan siswa di dalam mempelajari materi matematika.
Disebutkan oleh Hudojo ( 1979 ),
’....bahwa pengalaman belajar yang lampau sangat mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami siswa. Kalau pengalaman belajar yang lampau hanya sekedar berlatih ketrampilan memanipulasi simbol-simbol tanpa pengertian, dikhawatirkan proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru tidak tercapai.’
Kerangka konstruktivisme dari Vygostky (Wilson, 1993) sehubungan dengan pengalaman belajar untuk membangun pengetahuan yang dirinci di dalam desain instruksional sebagai berikut.
1. Knowledge is constructed from experience
2. Learning is an active process in which meaning is developed on the basis of experience
3. Learning is collaborative with meaning negotiated from multiple perspectives
4. Learning should occur in realistic settings.
Jadi menurut pemikiran dari konstruktivisme pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman. belajar adalah proses aktif, dalam arti belajar dikembangkan berdasarkan pengalaman dan merupakan kolaborasi dengan negosiasi arti dari beberapa perspektif. Belajar harus dalam situasi yang realistik. Dari pemikiran konstruktivisme ini, penglaman ( pengalaman belajar ) siswa dan situasi belajar yang realistik merupakan basis yang sangat penting dalam pembentukan pengetahuan siswa itu sendiri di dalam belajarnya.
Agar pengalaman belajar yang disajikan di dalam pembelajaran efektif, maka pemilihan pengalaman belajar perlu memperhatikan kriteria sebagai berikut: validitas, variasi, dan kesiapan.
Validitas, pengalaman belajar yang kita pilih haruslah yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat mengubah tingkah laku yang sesuai dengan yang kita harapkan.
Variasi, pengalaman belajar yang kita berikan kepada siswa untuk satu konsep harus bervariasi, dalam bentuk situasi yang bermacam-macam untuk satu konsep matematika.
Kesiapan, pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Seperti apa yang diungkapkan oleh Hudojo ( 1979 ) berikut:
’...faktor-faktor tahap berpikir yang dikemukakan oleh para ahli psikologi kognitif dan pengalaman belajar yang lampau menentukan kesiapan anak untuk menerima pengalaman–pengalaman belajar yang baru’.
Ide lain dari Vygotsky (Nur, 2000) yang berkenaan dengan komponen kesiapan adalah ’’Scaffolding’’. Scaffolding mengacu kepada bantuan yang diberikan kepada siswa pada saat bekerja di dalam daerah proksimal (perkembangan terdekat). Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk dan peringatan terhadap pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa sebagai pengetahuan prasyarat (materi terkait) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri.
Demikian juga pendapat berikut yang masih terkait dengan komponen kesiapan, menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (Suparno, 1997) belajar bermakna (meaningful learning) adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Si pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan konsep yang telah dipunyai si pelajar.
Menurut Hudojo (1998), pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik antara lain dicirikan sebagai berikut. Siswa terlibat akif dalam belajarnya. Siswa belajar materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) kompleks terjadi. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah penemuan. Sebagai implikasi dari ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivistik terhadap pembelajaran matematika, maka lingkungan belajar perlu diupayakan antara lain sebagai berikut.
1. Menyediakan pengalaman belajar sehingga tercipta kondisi siswa terlibat akif dalam belajarnya. Siswa belajar materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir.
2. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan ( konstruksi pengetahuan ).
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistis dan relevan dengan melibatkan pengalaman kongkret, misalnya untuk memahami suatu konsep matematika melalui kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
Dengan demikian dengan menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa akan sangat bermakna bagi kognitif siswa sehingga dapat melibatkan siswa di dalam pembelajaran secara emosional (bahkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa) dan meningkatkan interaksi sosial siswa. Terlibatnya siswa secara emsional dan sosial dalam pembelajaran matematika akan memberikan dampak matematika menjadi menarik dan siswa mau belajar. Bila pengalaman belajar yang disajikan itu cocok dengan pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa, menurut pandangan konstruktivistik akan terjadi proses asimilasi dan bila memerlukan penstrukturan kembali pengalaman belajar itu, terjadi proses akomodasi.
Dari uraian di atas dapat dibuat ringkasan yang terkandung di dalam aspek-aspek kriteria pemilihan rincian pengalaman belajar sebagai pedoman untuk merinci dan menetapakan pengalaman belajar matematika sebagi berikut.
Validitas,butir-butirnya meliputi: 1. isi kegiatan mendukung ter- capainya kompetensi dasar peserta didik melalui ter- wujudnya indikator-indika- tor pembelajaran. 2. uraian kegiatan mendukung kemampuan untuk meng- konstruksi atau menemu- kan. | Variasi, butir-butirnya Meliputi: 1. pembahasan satu konsep melalui bermacam-macam situasi. 2. kegiatan memberikan alter- natif pemecahan terhadap suatu masalah. 3. kegiatan berupa kerja ke- lompok dan kerja individu. | Kesiapan,butir- butirnya meliputi: 1. isi kegiatan sesuai dengan pengala - man yang telah telah dimiliki pe- serta didik. 2. isi kegiatan sesuai dengan tingkat per- kembangan kogni- tif dan emosional peserta didik. |
Belum ada tanggapan untuk "Kriteria Pemilihan Pengalaman Belajar."
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung