Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti dikatakan Goleman, kita tidak boleh melupakan peran motivasi positif dalam upaya mencapai prestasi. Motivasi positif itu berupa kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri. Kesimpulan ini ditunjukkan oleh hasil berbagai studi terhadap para atlet Olimpiade, musikus kelas dunia, dan para grandmaster catur yang menunjukkan adanya ciri yang serupa pada mereka. Ciri yang serupa itu yakni kemampuan memotivasi diri dan ketekunan untuk tak henti-hentinya berlatih secara rutin.
Keuntungan tambahan atas sukses dalam kehidupan yang didorong oleh motivasi, selain karena kemampuan bawaan lainnya, dapat dilihat pada unjuk kerja yang menakjubkan oleh mahasiswa-mahasiswa Asia yang belajar di sekolah-sekolah Amerika serta di berbagai bidang pekerjaan (Efendi, 2005). Dikatakan oleh Goleman (1998) bahwa:
“... Kita termotivasi oleh perasaan antusiasme dan kepuasan pada apa yang kita kerjakan. Atau, bahkan kadar optimal kecemasan emosi-emosi itulah yang mendorong kita untuk berprestasi. Dalam artian inilah kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam mempengaruhi semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat kemampuan kemampuan itu,”
Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai jika kita mencapai keadaan flow, yaitu sebagai suatu neurobiologi keunggulan. Flow merupakan puncak pemanfaatan emosi demi performa dan pembelajaran. Dalam flow, emosi tak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, dan selaras dengan tugas yang sedang dihadapi. Flow adalah pengalaman yang hampir setiap orang seringkali mencapainya, terutama bila dapat menampilkan performa yang melampaui hasil yang dicapai sebelumnya. Sebuah pengalaman yang ketika hal itu terjadi orang merasa seperti di awang-awang. Suatu keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Ciri khas flow adalah perasaan kebahagiaan spontan, bahkan suatu perasaan keterpesonaan. Dalam keadaan flow, kerja keras pun akan tampak menyegarkan atau menguatkan semangat, bukan malah mengikisnya.
Dalam konteks pembelajaran, karena flow muncul di zona suatu kegiatan yang menantang orang hingga ke batas tertinggi kemampuannya, maka ketika keterampilannya meningkat dibutuhkan tantangan yang lebih berat untuk sampai kepada keadaan flow. Penguasaan keahlian atau keterampilan dipacu terus oleh pengalaman flow, yakni motivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi tentang suatu hal. Flow merupakan prasyarat penguasaan keahlian tertentu, profesi, atau seni. Proses belajar pun memprasyaratkannya. Mahasiswa-mahasiswa yang belajar saat memasuki keadaan, maka hasil prestasinya akan lebih baik, terlepas dan bagaimana potensi mereka diukur oleh tes-tes prestasi. Menurut Gardner, ahli psikologi Harvard, juga menganggap flow dan keadaan-keadaan positif yang mencirikannya sebagai salah satu cara paling sehat untuk mengajar anak-anak, memberi motivasi mereka dari dalam diri, bukan dengan ancaman atau iming-iming. Gardner mengatakan bahwa kita harus menggunakan keadaan positif anak-anak untuk membuat mereka tertarik mempelajani bidang-hidang di mana mereka dapat mengembangkan keahlian. Flow merupakan keadaan batin yang menandakan seseorang sedang tenggelam dan asyik dalam melaksanakan tugasnya yang dirasakan cocok.
Selanjutnya Nggermanto (2001) menyatakan bahwa berdasarkan penelitian mutakhir, otak manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel aktif dan sejak manusia lahir, minimal 100 miliyar sel otak yang aktif. Masing-masing sel dapat membuat jaringan sampai 20 000 sambungan tiap detik. Hal yang menakjubkan adalah saat awal kehidupan manusia, otak berkembang melalui proses belajar alamiah dengan kecepatan 3 milyar sambungan perdetik.
Sambungan-sambungan ini merupakan kunci kekuatan otak. Dalam kaitan inilah sehingga Dryden (1999) menyatakan bahwa “you’re the owner of the world’s most powerful computer” yang bermakna bahwa “Otak Anda adalah pemilik komputer paling hebat di dunia”. Dapat dibandingkan bahwa untuk 3 hari pertama tahun 1997, jutaan pengguna komputer membuat jaringan internet sebanyak 200 juta sambungan. Dengan demikian, otak manusia dalam 3 hari tersebut mampu membuat jaringan (3x24x60x60x3) milyar atau 777 600 milyar sambungan. Kemampuan otak manusia yang luar biasa itu antara lain adalah berpotensi menghafal seluruh atom yang ada di alam semesta yakni sekitar 10100 atom, sebab kemampuan memori otak tersebut sekitar 10800. Selain itu, otak manusia terdiri atas berbagai hal yang meliputi: bagian, fungsi, kemampuan, dan lain-lain. Pusat-pusat kecerdasan intelektual terletak pada dua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berpikir dengan cara urut, bagian perbagian, dan logis, sedangkan otak kanan berpikir dengan cara acak, holistik, dan kreatif. Pusat kecerdasan emosional terletak pada bagian otak lain yang disebut amigdala.
Pada lapisan paling bawah terdapat sistem pengamanan otak dengan pengendali utama adalah stem system atau otak reptil. Ia bekerja secara instinctive otomatis. Pada situasi aman ia bekerja secara normal, sedangkan dalam situasi berbahaya ia bekerja dengan cepat dan mengarahkan seluruh kekuatan untuk menghindari bahaya tersebut. Di sebelah luar lapisan otak reptil ini atau pada lapisan tengah terdapat lapisan otak manusia yakni lymbic system yang berfungsi mengendalikan emosi atau perasaan. Pada lapisan paling luar atau paling atas terdapat lapisan otak neokorteks yang hanya dimilki oleh manusia, tidak oleh mahluk lain, sehingga keberadaannya merupakan suatu keistimewaan. Dengan neokorteks, manusia mampu berpikir, membaca, menulis secara bermakna, menghitung yang rumit, menemukan dan menggunakan rumus-rumus dan lain-lain yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk lain seperti binatang. Otak neokorteks inilah yang menonjol dikembangkan oleh berbagai macam sekolah.
Penting digaris bawahi bahwa dalam kehidupan manusia, kerja sama yang harmonis di antara ketiga jenis lapisan otak tadi merupakan hal yang mutlak, guna mencapai hal-hal yang diinginkan dalam kehidupan ini. Neokorteks dapat berpikir dengan cemerlang, kreatif dan holistik, bilamana ditunjang oleh suasana perasaan atau emosi yang positif pada lapisan otak mamalia atau lymbic system misalnya bersemangat, termotivasi, senang, berminat, tenang, dan sebagainya. Selanjutnya tidak boleh disepelehkan otak reptil, sebab kedua jenis otak tadi tidak dapat bekerja dengan baik apabila otak reptil ini dalam keadaan terancam atau dalam situasi tidak aman.
Jadi untuk mengoptimalkan kerja sistem lapisan otak harus dibuat sedemikian hingga terjadi suasana aman (otak reptil) sehingga muncul minat, motivasi, gairah, dan rasa senang (otak mamalia), dan pada akhirnya otak neokorteks dapat melakukan fungsinya untuk berpikir dan belajar dengan baik.
Sebagai ilustrasi dalam pembelajaran matematika di sekolah, misalnya para siswa diberi tugas oleh guru untuk menentukan persamaan garis singgung pada elips 3x2 + 4y2 – 12 = 0 yang melalui titik .
Sudah barang tentu teori-teorinya telah diberikan. Pada saat siswa asyik mengerjakan soal ini tiba-tiba datang angin topan yang disertai hujan keras menimpa sekolah. Dalam kondisi ini seluruh individu merasa ketakutan dan panik atau dalam suasana tidak aman sebagai ekspresi dari terancamnya otak reptil. Secara otomatis otak reptil ini memberi sinyal kepada kedua lapisan otak yang lain untuk siap siaga. Pada otak mamalia (lymbic system) terjadi rasa takut tidak bergairah untuk belajar, tidak berminat, dan tidak termotivasi untuk terus duduk di tempat. Dalam waktu yang sama otak neokorteks tidak dapat berfungsi untuk berpikir dengan baik, sehingga tugas tersebut tidak mungkin dapat diselesaikan pada saat itu.
Oleh Goleman (2000) dikatakan bahwa otak manusia dengan berat kurang lebih satu setengah kilogram, terdiri atas sel-sel dan cairan saraf. Selama evolusi jutaan tahun, otak telah tumbuh dari bawah ke atas. Bagian otak yang paling bawah/primitif adalah batang otak yang mengelilingi ujung atas sama-sama tulang belakang. Akan mengatur fungsi-fungsi dasar kehidupan seperti bernapas dan metabolisme organ-organ lain, juga mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama otak primitif ini yang juga disebut otak reptil, tidak dapat berpikir atau belajar, tetapi merupakan serangkaian regulator yang telah diprogramkan untuk menjaga agar tubuh tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup.
Dari akar yang paling primitif ini, terbentuklah lapisan sistem lymbic (otak mamalia) yang berpusat pada amigdala, sistem dilengkapi dengan dua alat yang berdaya besar yaitu pembelajaran dan ingatan yang bersifat emosional. Bila pada diri seseorang timbul hasrat atau amarah yang membara atau sangat cemas, maka sistem limbik inilah yang sedang mencengkram. Selanjutnya timbul lapisan tipis sel-sel otak baru pada bagian atas yang berfungsi untuk merencanakan, memahami, mengatur gerakan yaitu lapisan neokorteks, lapisan ini memiliki keunggulan intelektual yang luar biasa. Neokorteks menyadarkan tetang hal-hal yang dirasakan dan mengakibatkan munculnya ide-ide, simbol-simbol, cita-cita, dan hayalan-hayalan. Demikian juga berpotensi untuk memunculkan strategi, perencanaan jangka panjang beserta kemampuan mental lainnya. Di sisi lain dapat pula menimbulkan nuansa-nuansa baru pada aspek emosional. Ikatan dan kerja sama antara sistem limbik dan neokorteks ini menimbulkan adanya saling mengasihani antara satu individu dengan individu lainnya, misalnya ikatan yang bersifat melindungi antara orang tua dengan anak, saling menghargai dan saling pengertian antara guru dan siswa.
Pada saat terjadi peristiwa-peristiwa penting mengenai perasaan, sistem limbiklah yang mengaturnya. Semua jaringan sel-sel otak yang tumbuh pada lapisan neokorteks berhubungan dengan sistem lembik ini yang sekali lagi jumlahnya milyaran. Hal ini memberi kekuatan yang luar biasa pada wilayah emosi dalam mempengaruhi berfungsinya pusat-pusat intelektual atau neokorteks sekaligus memainkan peranan penting dalam arsitektur persarafan.
Belum ada tanggapan untuk "Kecerdasan Emosional dan Otak Manusia"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung