Pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek pengetahuan membuat siswa menjadi pasif, tidak ada motivasi untuk mengembangkan wawasan dan kompetensi sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Ketika menghadapi permasalahan yang membutuhkan pemecahan melalui analisis dan daya kritis, siswa pada umumnya kesulitan untuk berpikir melakukan diagnosa atas masalah-masalah yang dihadapi.
Olehnya itu, siswa harus diarahkan untuk mampu berpikir algoritmis, cara berpikir yang dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terstruktur untuk memecahkan masalah atau menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah itu harus dipahami oleh siswa, siswa yang tidak mampu berpikir secara terstruktur hanya akan menjadi robot, tetapi tidak memiliki daya kritis.
Pembiasaan siswa untuk berpikir secara terstruktur akan membawa siswa pada penumuan sesuatu, penemuan bisa berupa sesuatu yang baru (invention) atau yang sudah pernah ditemukan tetapi ditemukan kembali (discovery), oleh karena itu pembelajaran saintifik lebih menekankan kepada sesuatu yang bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya, dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai pembimbing bukan sumber informasi utama selama pembelajaran berlangsung.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas (Muhibbin, 2008). Untuk itu siswa sangat diperlukan dalam penguasaan terhadap konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Adapun langkah-langkah yang wajib dipahami oleh siswa untuk memecahkan suatu pertanyaan yang dikategorikan sebagai “masalah” dapat merujuk pada pendapat Polya, yaitu:
1. Memahami masalahnya. Dalam hal ini, pemecah masalah harus mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, antaranya adalah 1) apakah kita mengetahui arti semua kata yang digunakan? Jika tidak carilah di indeks, kamus, definisi; 2) apakah kita mengetahui yang dicari atau ditanya?; 3) apakah kita mampu menyajikan masalah dengan menggunakan kata-kata sendiri?; d) apakah masalah dapat disajikan dengan cara lain?; 4) apakah kita dapat menggambar sesuatu yang
dapat digunakan sebagai bantuan?; 5) apakah informasi cukup untuk menyelesaikan masalah?; 6) apakah informasi berlebihan?; dan 7) apakah ada yang perlu dicari sebelum mencari jawaban dari masalah?
2. Merencanakan cara penyelesaian, yang dapat di uraikan menjadi dua,yaitu: 1) jangan ragu-ragu untuk mencoba salah satu dari strategi untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; 2) pada umumnya, strategi yang berhasil ditemukan setelah beberapa kali mencoba strategi yang gagal. Kegagalan adalah satu langkah kecil untuk mencapai tujuan dalam pemecahan masalah.
3. Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana. Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Kadang sebuah persamaan tidaklah cukup.
4. Lihatlah kembali, kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari solusi yang didapatkan
Belum ada tanggapan untuk "Membiasakan siswa berfikir algoritmis"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung