Suka atau tidak suka, prilaku manusia pada umumnya tidak sesuai dengan yang tampak. Kelihatan baik ternyata justru membahayakan, ada juga kelihatan kurang baik tetapi justru memiliki hati yang dapat dipercaya. Sikap dan prilaku demikian sudah banyak menggambarkan situasi saat ini, dimana perkataan tidak sama dengan perbuatan, penampilan tidak sama dengan watak aslinya.
Yang ironis, kita lebih banyak percaya dengan tampilan luarnya saja, hanya berdasarkan apa yang dilihat, kita sudah memutuskan bahwa sesuatu baik atau tidak baik, kita pun langsung meng-generalisasi semua dari tampilan luarnya.
Sebagai contoh; ada orang yang mengaku dirinya paling pintar padahal kenyataanya orang yang paling pintar tidak akan pernah mengakui dirinya sebagai orang yang pintar. Orang pintar selalu sibuk untuk memperdalam ilmunya sehingga tidak ada kesempatan untuk mengunggulkan dirinya terhadap yang lain. Ada yang menjelaskan bahwa semakin orang pintar semakin merasa dirinya paling bodoh karena dia semakin banyak menemukan kelemahan dan kekurangannya. Selain itu, kebanyakan orang memiliki idealisme dan ego atas privasi pribadinya, idealisme dan ego ini mempengaruhi sikap dan prilakunya untuk terus menambah wawasan keilmuannya agar selalu unggul dari yang lain, mereka akan merasa malu ketika ada celah yang membuat statusnya terganggu oleh karena ketidaktahuannya terhadap sesuatu, dengan demikian mereka tidak akan berani untuk mengakui dirinya sebagai orang pintar, orang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih dari yang lain. Sementara itu, kebiasaan yang paling lazim terjadi di lingkungan masyarakat adalah usaha untuk menyembunyikan kelemahan dan kekuarangan melalui ketidaktahuan orang lain, artinya ketika ada orang mengaku dirinya bahwa dia yang paling pintar maka sesungguhnya dia tidak memiliki ilmu pengetahuan seperti yang dikatakannya.
Orang jujur tidak akan pernah mengatakan dirinya sebagai orang jujur, mereka hanya menunjukkannya melalui perbuatan. Yang terjadi saat ini, dengan berbagai cara berusaha meyakinkan orang lain bahwa dia adalah orang yang jujur. Seorang penipu akan menunjukkan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, karena memang tidak ada penipu yang memperkenalkan dirinya sebagai penipu. Jadi kalau ada yang mengatakan dirinya sebagai orang jujur maka jangan langsung dipercaya sebab selalu berlaku hukum kebalikan.
Hukum kebalikan berlaku kepada siapa saja, tidak miskin, tidak kaya, pegawai rendahan, yang berpangkat, pejabat bahkan pemimpin termasuk yang mengaku dirinya adalah tokoh agama. Semuanya tetap berlaku hukum kebalikan.
Olehnya itu, kita harus tahu pada situasi kapan hukum kebalikan terjadi? pada kesempatan ini saya mencoba untuk berbagi kepada anda semua.
1. Komunikasi
Pada saat inilah yang paling sering terjadi hukum kebalikan, komunikasi menjadi wadah penyampaian pesan yang paling tepat, cepat dan efektif, maka jangan heran semua perusahaan melatih khusus tim pemasarannya dengan keterampilan berkomunikasi.
Komunikasi mampu merubah situasi beku menjadi cair, juga mampu membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Artinya komunikasi menjadi faktor penting untuk merubah pandangan dan pemahaman seseorang mengikuti keinginan komunikator. Namun yang perlu diperhatikan adalah tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui tingkat kejujuran seseorang hanya dengan mendengar apa yang disampaikan, apalagi penyampaiannya dilakukan dengan cara-cara menarik, cara-cara yang mampu mengikat hati seseorang.
2. Penampilan
Pakaian kemeja lengan panjang, disetrika dengan rapi dan kemudian dilengkapi dengan dasi yang melingkar di leher, pada kantungnya terselip sebuah pulpen yang berharga mahal, disamping kanan terdapat tempat HP yang juga bernilai mahal. Dengan penampilan seperti ini, seseorang sudah dapat digambarkan sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang yang memiliki ilmu pengetahuan, seorang yang mengedepankan profesionalisme kerja. Ada harapan perubahan hidup bila bekerja sama dengan orang seperti ini. Kalau anda langsung terpikat dengan orang seperti ini maka anda kemungkinan terjebak dengan hukum kebalikan.
Jangan salah sangka dulu, penampilan bisa menipu, banyak penipu berpenampilan demikian, koruptor juga penampilannya lebih hebat lagi karena ada jas. Sebagaian pakar komunikasi justru menempatkan penampilan sebagai salah satu bentuk komunikasi.
3. Sikap dan prilaku
Ada banyak cara untuk mengambil hati orang lain, selain melalui komunikasi langsung, penampilan juga melalui perbuatan. Sikap dan prilaku yang ditunjukkan seseorang dengan cara-cara yang baik dapat menjebak orang lain, justru inilah yang mengikat karena mengandung unsur kemanusiaan. Orang lain akan sulit ketika sudah jatuh cinta pada sikap dan prilaku seseorang untuk merubah penilaiannya, disinilah kelemahan yang sering dimanfaatkan dan pada situasi ini lebih banyak berhasilnya menerapkan hukum kebalikan ketimbang poin satu dan dua di atas.
4. Hadiah atau bantuan
Baik hadiah maupun bantuan di jaman sekarang tidak ada yang gratis, semuanya mengandung tujuan terselubung. Hadiah atau bantuan merupakan serangan untuk menghancurkan psikologi orang lain, walaupun nilainya sangat kecil tetapi orang biasanya menilai dari unsur kemuliaannya.
Dengan memperhatikan keempat situasi di atas, marilah kita tingkatkan kewaspadaan menghadapi hukum kebalikan. Tetapi harus pula kita akui bahwa selain sisi negatif, hukum kebalikan juga mengandung sisi positif, karena hukum kebalikan adalah kebalikan dari keadaan sebenarnya maka sisi positif dari hukum kebalikan adalah keadaan atau situasi kebalikan dari sisi negatifnya.
Belum ada tanggapan untuk "Belajar memahami hukum kebalikan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung