Beberapa nilai dan ideologi tersembunyi jika mengkaji kehidupan tokoh Batman di antaranya:
1. Kemunculan Batman menunjukkan status sosial ekonominya yaitu kelas atas (upper class).
Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa elemen yaitu: Pakaian. Menggunakan pakaian tertentu memiliki beberapa alasan, sama halnya saat kita berbicara. Beberapa alasannya di antaranya, „untuk membuat hidup lebih mudah, untuk menunjukkan maupun menyembunyikan identitas kita, dan untuk menarik perhatian lawan jenis‟ (Kuruc, tt:198). Pada Batman, kostum yang digunakan memiliki fungsi untuk menunjukkan identitasnya sebagai seorang superhero sekaligus menyembunyikan identitas aslinya sebagai Bruce Wayne melalui topeng yang ia gunakan. Pakaianpakaian yang dikenakan oleh Batman, Penguin, dan Max memiliki fungsi secara denotatif yang sama, yaitu sebagai sumber perlindungan tubuh dalam bertahan hidup yang berupa tambahan bagi rambut (topi) dan ketebalan kulit (baju dan celana) pada tubuh yang berfungsi melindungi. Namun, seperti halnya semua sistem buatan manusia, pakaian akan selalu memperoleh selingkupan konotasi dalam latar sosial (Danesi,2010:257). Pakaian digunakan untuk melegitimasi posisi pemakainya dalam identifikasi simbolik dengan tradisi yang ada pada masyarakat mereka. Kaum elit perkotaan berpakaian berbeda dari yang lainnya dalam fungsinya sebagai simbol kelas atau peringkat (Kawamura, 2005:24). Dari beberapa pakaian yang dikenakan Bruce seperti tuxedo, setelan jas, kemeja, dan dasi juga pada koleksi kostumnya sebagai Batman yang melimpah menunjukkan Bruce/Batman sebagai seseorang dengan status ekonomi yang tinggi. Menurut pandangan Spencer, fashion adalah simbol manifestasi dari hubungan antara superior dan inferior yang berfungsi sebagai kontrol sosial. Fashion juga merupakan simbol dari peringkat sosial dan status (Spencer 1966[1896] dalam Kawamura,2005:22).
2. Batman adalah sosok yang berkuasa dan pro-kapitalis.
Sebagai tokoh utama dalam film, hampir keseluruhan alur cerita tentu didominasi dengan kemunculan Batman/Bruce. Ditemukan beberapa aspek yang memunculkan tanda yang menegaskan bahwa Batman merupakan sosok yang memiliki kekuasaan di Gotham namun sekaligus sosok yang pro-kapitalis, di antaranya: Aspek kamera. Penggunaan beberapa teknik dalam kamera mengandung beberapa tanda yang kemudian dapat saling terkait dengan aspek-aspek lain hingga menemukan sebuah ideologi tertentu. Penggunaan framing kamera long-shot pada Batman merupakan petanda yang memiliki makna sebagai sebuah konteks, ruang lingkup, dan jarak publik. Teknik low angle memaknai adanya kekuasaan (power) dan wibawa (authority) (Berger, 1982:27). Keterlibatan Batman dalam kebijakan pemerintah. Pada kelompok status sosial lapisan atas biasanya juga memiliki beberapa aspek lain yang juga dihargai dan diakui oleh masyarakat. Kekayaan tentu erat kaitannya dengan kekuasaan dan kehormatan dari lingkungan sosialnya. Bruce memegang peran sebagai pemilik Wayne Enterprises. Sebagai seseorang yang berpengaruh di Gotham, Bruce menunjukkan adanya hubungan dan keterlibatannya dengan pemerintah Gotham. Tanda tersebut dapat terbaca melalui potongan dialog Bruce yang mengungkapkan ketidaksetujuannya pada upaya Max membangun pembangkit listrik di Gotham melalui kalimat “I'll fight you. I've already spoken to the mayor and we agree.” (“Aku akan menentangmu. Aku sudah berbicara dengan Walikota dan kita menyepakati hal ini.”). Bruce menjadi sosok yang memiliki kekuasaan dan pengaruh bagi para kalangan elit Gotham. Meskipun tidak digambarkan secara langsung dalam film ini karena film ini merupakan sekuel kedua kisah Batman namun latar belakang keluarga Batman menyebutkan bahwa Bruce menjadi pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di Gotham yaitu Wayne Enterprises. Hal itu tentu saja secara otomatis membawa Bruce/Batman pada status sosial kelas atas melalui ascribed status, yaitu status sosial yang diberikan berdasarkan jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain-lain. Dapat juga merujuk pada posisi secara hierarki dan menandakan prestise seseorang (Bruce, 2006, 289).
3. Individualisme pada sosok Bruce/Batman.
Marx dalam menganalisis media juga meliputi hubungannya dengan figur heroik dalam suatu film, drama televisi, buku komik, dll. Bagi beberapa orang, sosok pahlawan dalam film dapat mencerminkan usia dan masyarakat mereka. Bagi yang lain, sosok pahlawan memberi dampak adanya imitasi yang dilakukan untuk mencapai identitaas. Konsep pahlawan yang borjuis dalam suatu tatanan masyarakat dianggap sebagai sebuah penyimpangan yang dapat mengganggu ekuilibrium masyarakat (Berger, 1982:47). Pahlawan borjuis memiliki fungsi utama untuk menjaga status quo dengan „menjajakan‟ ideologi kapitalis dalam berbagai bentuk. Kelas borjuis, secara hakiki berkepentingan untuk mempertahankan status quo, untuk menentang segala perubahan dalam struktur kekuasaan termasuk usaha perubahan yang dilakukan kelas proletar secara revolusioner. Salah satu konsep yang „dijajakan‟ pahlawan borjuis adalah indiviualisme, di mana hal tersebut juga dapat ditemui pada sosok Batman. Batman ditampilkan dalam lingkungan sosialnya sebagai sosok yang jarang bersosialisasi dengan rekan maupun sahabat terdekat. Hanya Alfred Pennyworth, sebagai pelayan dan orang kepercayaan keluarganya saja yang terlihat selalu menemani, melayani, dan membantu aktivitas Batman.
Belum ada tanggapan untuk "Analisis sintagmatik pada tokoh Batman"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung