Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia dapat diartikan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani & Wibowo 2008, h. 37).
Anemia terjadi akibat kadar hemoglobin atau ertrosit lebih rendah daripada nilai normal. Anemia umumnya disebabkan karena ada perdarahan kronik atau malnutrisi (kurang gizi) (Rusilanti 2007, h. 59).
Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap masalah gizi salah satunya adalah defisiensi zat besi, dapat mengenai semua kelompok status sosial-ekonomi, terutama yang berstatus sosisal-ekonomi rendah. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik, psikis, perilaku dan etos kerja seseorang.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu peningkatan status gizi masyarakat. Suatu status gizi yang baik akan mempengaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang. Masalah gizi perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Akhmadi 2008, h. 1).
Remaja putri berisiko menderita anemia lebih tinggi daripada remaja putra. Hal ini didasarkan pada kenyataan remaja putri sering melakukan diet agar tubuh tetap langsing, tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan tubuh akan zat gizi, baik makro maupun mikro. Anemia terjadi karena kekurangan zat besi dan asam folat. Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia tahun 2006, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Public Health Problem).
Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9% diderita oleh Wanita Usia Subur (WUS) dan 40,1% diderita oleh ibu hamil (Dyah, 2008) Penyebab utama anemia gizi di Indonesia adalah rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia masih cukup tinggi, yaitu pada remaja wanita 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1%, dan anak balita 47,0% yang dilaporkan oleh Depkes RI (2005).
Kekurangan zat besi adalah Jenis anemia yang paling sering ditemui, yang terjadi bila kita kehilangan banyak darah dari tubuh, (baik karena pendarahan luka maupun karena menstruasi) ataupun karena makanan yang kita konsumsi kurang mengandung zat besi. Infeksi cacing tambang, malaria ataupun disentri juga bisa menyebabkan kekurangan darah yang parah. Ada beberapa tahap sampai tubuh kita kekurangan zat besi. Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun. Dengan menurunnya zat besi, produksi hemoglobin dan sel darah merah pun berkurang. Anemia gizi besi dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik, produktivitas kerja, dan kemampuan berpikir.
Selain itu anemia gizi juga dapat menyebabkan penurunan antibodi sehingga mudah sakit karena terserang infeksi (Utamadi dan Muljono, 2007). Remaja putri (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia dari pada remaja laki-laki. Karena setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi selain itu remaja putri seringkali menjaga penampilan ingin kurus sehingga melakukan diet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat penting seperti zat besi. Dampak anemia gizi besi pada remaja adalah menurunkan produktivitas kerja dan juga menurunkan kemampuan akademis di sekolah.
Oleh karena itu, sasaran program perbaikan gizi pada kelompok remaja wanita dianggap strategis dalam upaya memutus simpul siklus masalah gizi (Briawan, 2008). Berdasarkan data dari Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2007, tentang pengetahuan remaja mengenai Anemia, didapatkan 87,3% remaja pernah mendengar tentang anemia, sedangkan yang tidak pernah mendengar penyakit anemia sebesar 12,7%.
Diantara tanda penyakit anemia jawaban tertinggi menjawab muka pucat sebesar 52,8% selanjutnya mata berkunang-kunang sebesar 46,5%. Sesuai hasil survey masih perlu dilakukan sosialisasi mengenai pengetahuan remaja tentang anemia karena masih banyak yang belum diketahui remaja tentang bagaimana cara pencegahan dan penanganan anemia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007).
Daftar Pustaka
- Akhmadi, 2008, Masalah kekurangan zat besi, Diakses 8 Maret 2009, http://multiplay.com/jurnal/i tem.
- Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007, Pengetahuan remaja tantang KKR, diakses 21 Maret 2009, http:// pengetahuan ramaja tantang anemia.com.
- Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi, 2008, Buku Ajar Asuhan Kepeawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Jakarta, Salemba Medika
- Rusilanti, 2007, Sehat dengan Jus Buah, Jakarta, Agromedia Pustaka.
- Utamadi, G & Mulyono P, 2007, remaja dan anemia, diakses 5 Maret 2009, http:// anemia dan remaja.com.
Belum ada tanggapan untuk "Penyakit yang paling menghantui remaja putri Indonesia"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung