Serial animasi 2 Dimensi atau yang lebih sering disebut sebagai “film kartun” di masyarakat luas, adalah salah satu media hiburan yang mudah dijumpai dan sangat sering beredar di televisi. Animasi sendiri memiliki arti gambar yang bergerak, dengan memanfaatkan perubahan garis, warna, dan komposisi dari 1 gambar ke gambar lainnya, membuat gambar animasi terasa bergerak meskipun sebenarnya hanyalah sekumpulan gambar yang mengalami transisi. Menurut Sumarno (1996:1), Secara umum animasi merupakan suatu proses menggambar dengan memodifikasi gambar dari tiap-tiap frame yang diekspos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak. Animasi adalah menghidupkan gambar, sehingga perlu mengetahui dengan pasti setiap detail karakter, mulai dari tampak depan, belakang, dan samping, dan detail muka karakter dalam berbagai ekspresi. Arti animasi intinya adalah membuat gambar lebih kelihatan hidup, sehingga bisa mempengaruhi emosi penonton, turut menjadi sedih, ikut menangis, jatuh cinta, kesal, gembira, bahkan tertawa.
Ada film animasi yang dibuat secara serial, dimana serial animasi ini merupakan film yang terbagi menjadi banyak episode dan ditayangkan secara berkala dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Di Jepang, pada umumnya kurun waktu tayang suatu serial animasi ditentukan berdasar pada season (musim) yang ada di sana. Contohnya di season summer, atau bisa disebut sebagai musim panas, terjadi kurang lebih selama 3 bulan di Jepang. Jika suatu serial animasi tayang 1 episode untuk satu minggu, maka jumlah episode yang diproduksi untuk mengisi shift tayang pada musim panas tersebut kurang lebihnya adalah 12 episode (Yegulalp,2017:1). Namun tetap tidak menutup kemungkinan suatu serial animasi untuk tayang lebih dari 12 episode atau untuk satu musim saja, bisa jadi 50 episode atau bahkan lebih.
Di sisi lain, film merupakan bentuk seni kompleks dan media komunikasi unik yang pengaruhnya dapat menjangkau seluruh segmen sosial masyarakat. Film tidak hanya merupakan media hiburan menarik bagi penontonnya, tetapi film juga mampu memberikan rasa kehadiran dan kedekatan dengan suatu dunia yang mungkin tidak pernah terbayang sebelumnya. Film dapat memberikan perasaan yang berbeda dan melibatkan orang secara langsung dan nyata dengan dunia “di dalamnya maupun di kehidupan orang lain (Kusmawati,2016:1).
Menonton film membawa penonton keluar dari kehidupan mereka sehari-hari dan serasa berada di dunia yang berbeda. Penonton tenggelam ke dalam kehidupan karakter fiksi, pikiran mereka pun mulai mengembangkan opini tentang kejadian-kejadian yang berkesan dalam film, dan terus terpikat oleh kombinasi warna, cahaya dan suara yang artistik. Film mengikat penonton secara emosional dan memiliki kekuatan yang besar dari segi estetika. Beberapa orang mengkritik film sebagai semacam hiburan untuk pelarian diri. Tetapi ada juga yang memujinya sebagai bentuk seni imajinatif yang mengizinkan orang untuk sadar akan mimpi dan fantasi mereka (Kusmawati,2016:1).
Jika dilihat dari sudut pandang yang sama, seri animasi 2 dimensi juga memiliki unsur maupun elemen yang tidak jauh berbeda dengan film. Menurut Sumarno (1996:1), Film animasi berasal dari dua unsur, yaitu film yang berakar pada dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Animasi 2 dimensi hanyalah salah satu medium yang digunakan oleh kreator untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun curahan hati, melalui elemen visual yang mungkin tidak bisa atau sulit direalisasikan ke dalam wujud nyata. Film animasi itu sendiri adalah sebuah karya seni yang mengandung unsur pesan moral, ekspresi diri, komentar sosial maupun kritik.
Di awal tahun ’90-an, industri serial animasi di Jepang terus mengalami perkembangan baik dari segi cerita maupun visual. Salah satu serial animasi di Jepang yang pada saat itu cukup fenomenal di per-televisi-an Jepang hingga pertengahan ’90-an adalah “SHINSEIKI EVANGELION”, atau jika diterjemahkan ke dalam judul internasionalnya adalah “Neon Genesis Evangelion”.
Neon Genesis Evangelion adalah salah satu judul dari sekian banyak serial kartun yang beredar di Jepang di tahun 1994 – 1995 dan cukup populer di zamannya. Dengan mengusung genre fiksi ilmiah disertai bumbu action dan militer, Neon Genesis Evangelion adalah serial fiksi yang tayang sebanyak 26 episode, bercerita tentang seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang dipaksa ayahnya untuk mengendalikan robot, guna membinasakan monster-monster raksasa yang mengancam keselamatan dunia. Sepintas memang terdengar sederhana, namun ketika serinya semakin berlanjut, ceritanya menjadi semakin kompleks.
ASPEK FILM SECARA UMUM
Secara etimologis, film berarti moving image, gambar bergerak. Awalnya, film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. Ia ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Thomas Edison yang untuk pertama kalinya mengembangkan kamera citra bergerak pada tahun 1888 ketika ia membuat film sepanjang 15 detik yang merekam salah seorang asistennya ketika sedang bersin. Segera sesudah itu, Lumiere bersaudara memberikan pertunjukkan film sinematik kepada umum di sebuah kafe di Paris (Danesi,2010:132).
Film dibuat representasinya oleh pembuat film dengan cara melakukan pengamatan terhadap masyarakat, melakukan seleksi realitas yang bisa diangkat menjadi film dan menyingkirkan yang tidak perlu, dan direkonstruksi yang dimulai saat menulis skenario hingga film selesai di buat. Meski demikian, realitas yang tampil dalam film bukanlah realitas sebenarnya. Film menjadi imitasi kehidupan nyata (Irwansyah,2009:12), yang merupakan hasil karya seni, di mana di dalamnya di warnai dengan nilai estetis dan pesan-pesan tentang nilai yang terkemas rapi (Al-Malaky,2004:139).
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain:
1) Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu adalah elemenelemennya. Mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan, serta terikat dengan sebuah aturan yaitu hukum kausalitas (logika sebab akibat).
2) Unsur Sinematik
Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Terdiri dari : (a) Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok: setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make-up, (b) Sinematografi, (c) editing, yaitu transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya, dan (d) Suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran (Pratista,2009:1).
TINJAUAN UMUM ANIMASI
Animasi diambil dari bahasa latin, “anima” yang artinya jiwa, hidup, nyawa, dan semangat. Animasi adalah gambar 2 dimensi yang seolah-olah bergerak, karena kemampuan otak untuk selalu menyimpan/mengingat gambar sebelumnya (Cinemags, 2004). Animasi merupakan serangkaian gambar gerak cepat yang countine atau terus-menerus yang memiliki hubungan satu dengan lainnya. Animasi yang awalnya hanya beruapa rangkaian dari potongan-potongan gambar yang digerakkan sehingga terlihat hidup (Adinda, Adjie, 2011).
Dunia film sebetulnya berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi dan wujud lain di dalam Film Live dan animasi. Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua konvensi atau disiplin, yaitu film dan gambar. Untuk dapat mengerti dan memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti.
Animasi dijelaskan sebagai seni dasar dalam mempelajari gerak suatu objek, gerakan merupakan pondasi utama agar suatu karakter terlihat nyata. Gerakan memiliki hubungan yang erat dalam pengaturan waktu dalam animasi (Maestri, Adindha, 2006). Animasi dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian yang sudah dijelaskan bahwa, merupakan suatu teknik dalam pembuatan karya audio visual yang berdasarkan terhadap pengaturan waktu dalam gambar. Gambar yang telah dirangkai dari beberapa potongan gambar yang bergerak sehingga terlihat nyata.
Demikian juga dengan hal yang harus diketahui di dalam animasi, yaitu masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan teknik animasi. Sering perkataan ’teknik berkomunikasi’ lebih akrap dikatakan ’seni berkomunikasi’.
Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai bidang kegiatan seni, baik seni rupa (visual), maupun suara (musik), hingga keindahan verbal atau seni teaterikal. Bagi seorang perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting di mengerti. Seorang pembuat film akan menghadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat film.
SIFAT DAN PSIKOLOGI WARNA
Warna merupakan sebuah sensasi, diproduksi dalam otak, dengan cahaya yang memasuki mata dan bahwa sementara sensasi warna tertentu biasanya dipicu oleh mata yang menerima cahaya dari komposisi tertentu, yang dipengaruhi faktor fisiologis dan ada juga faktor psikologis yang berkontribusi. Faktor psikologis dan fisiologis ini ketika terbuka saat interpretasi, maka akan mempengaruhi persepsi akhir mengenai warna (Rossotti, 1983).
Setiap warna (Dra. Sulasmi Darma Prawira, dalam bukunya Warna sebagai salah satu unsur Seni dan Desain, PT. Depdikbud, 18 Jakarta,1989. hal.50) memiliki karakteristik tertentu yang dimaksudkan dengan karakteristik dalam hal ini adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna. Secara garis besarnya sifat khas yang dimiliki oleh warna ada dua golongan besar, yaitu : warna panas dan warna dingin. Di antara keduanya ada yang disebut warna antara atau intermediates. Mengapa warna-warna digolongkan menjadi dua golongan besar tersebut, ada dua alasan yang didasarkan pada arti simboliknya, yaitu pertama karena keluarga warna merah sering diasosiasikan dengan matahari, darah, api, warna-warna yang termasuk golongan ini melingkupi mulai dari merah, jingga, kuning, mungkin sampai kuning kehijauan, merah keunguan. Warna–warna langit, gunung dikehijauan atau warna air dingin pada umumnya membiru atau menghijau.
Maka dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa warna memiliki arti, perlambangan yang tidak dapat dikesampingkan dalam hubungannya dengan penggunaannya. Dalam kehidupan moderen dewasa ini warna masih tetap dipergunakan, walaupun sudah ada pergeseran dalam nilai simboliknya.
ASPEK PENOKOHAN DAN KARAKTER
Sebuah fiksi sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan. Watak, perwatakan menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
Menurut Nursisto (2000:105), watak merupakan sikap batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Watak biasanya dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan, dan pendidikan. Watak merupakan unsur penting dalam “menghidupkan” tokoh pelaku. Tokoh cerita harus hidup, bernapas, dan berdarah daging. Ia mengalami dan melakukan tindakan dalam peristiwa yang terdapat dalam alur. Ia berbuat dan bertindak karena didorong oleh wataknya, sesuai dengan keinginan pengarang cerita. Setiap tokoh dalam cerita fiksi pasti mempunyai watak yang berbeda-beda (Nursisto,2000:105).
Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan meliputi suatu tokoh yang ada dalam cerita bersambung. Tokoh dalam cerita bersambung memiliki perwatakan yang berbeda-beda. Perwatakan tersebut dapat memberikan keunikan dalam sebuah cerita. Keunikan tersebut dapat berupa permasalahan antar tokoh yang kemudian menimbulkan suatu jalan cerita yang menarik dalam sebuah cerita.
Tokoh cerita menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro,1995:165). Tokoh biasanya ditampilkan secara lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, sifat dan kebiasaan, termasuk hubungan antar tokoh baik dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung. Ciri-ciri yang ditampilkan didalam cerita bersambung tentu saja akan memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan para tokoh.
STRUKTUR NARASI DALAM FIKSI
Karya sastra merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. (Pradopo 1995: 141). Hal yang harus diketahui sebelum menganalisis naskah film adalah unsur-unsur struktural yang membentuknya menjadi satu kesatuan utuh.
Unsur tersebut meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Bagian dari unsur instrinsik di antaranya adalah cerita, plot, peristiwa, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur- unsur yang berada diluar karya sastra, yang secara tidak langsung mempengaruhi bangunan dan sistem yang terdapat dalam karya sastra. Unsur tersebut adalah biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan sosial juga berpengaruh terhadap karya, selain itu pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni lain turut mempengaruhinya. (Nurgiyantoro, 1995:23).
Umumnya unsur narasi dalam fiksi meliputi: (1) alur, (2) karakter dan penokohan, (3) latar, (4) tema, (5) sudut pandang, (6) amanat.
Belum ada tanggapan untuk "Aspek-aspek Pembuatan Film Animasi seperti Film Kartun"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung