Dari masa ke masa sains terus mengalami perkembangan, bahkan perkembangan yang terjadi mengalami perubahan yang sangat fundamental dari kondisi sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan para saintis berpikir maju dan selalu berusaha memecahkan permasalahan-permasalahan sains yang dihadapi oleh masyarakat dengan melakukan berbagai penemuan.
Banyak kemajuan sains didasari oleh perubahan pemikiran para saintis secara fundamental, yang melihat fenomena masyarakat saat itu memanfaatkan sains secara praktis. Perubahan pemikiran tersebut, oleh Kuhn (1962) disebut sebagai paradigma (paradigm) keilmuan.
Pergeseran paradigma menurut Kuhn (1962) adalah istilah untuk menggambarkan terjadinya pemikiran kreatif pikiran manusia dalam dimensi filsafat. Pergeseran paradigma merupakan letupan ide yang memicu lahirnya ide-ide yang lain, yang terjadi secara terusmenerus baik pada orang yang sama maupun orang yang berbeda. Reaksi berantai ini akhirnya menjadi kekuatan yang bisa merubah wajah dan tatanan dunia serta peradaban manusia ke arah suatu kemajuan.
Paradigma keilmuan erat kaitannya dengan sains normal, berarti riset yang didasari oleh satu atau lebih pencapaian ilmiah yang lalu, pencapaian yang oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi pondasi pada praktek selanjutnya. Kuhn (1962) di dalam bukunya mengemukakan bahwa sains yang normal adalah kegiatan pemecahan masalah yang sangat kumulatif, benar-benar berhasil dalam tujuannya, pengetahuan secara tetap ruang lingkup dan presisi pengetahuan sains. Sains yang normal tidak ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori, dan jika berhasil tidak menemukan hal tersebut.
Firman (2016) memperkuat bahwa akumulasi pengetahuan dalam sains normal mengokohkan paradigma yang didukung, sampai diperoleh fakta-fakta yang tidak berseuaian dengan teori-teori dominan yang diyakini banyak ilmuan, atau disebut anomali. Berbagai fenomena (anomali) bisa dijumpai oleh para saintis selama menjalankan riset dalam sains normal. Jika anomali semakin banyak, maka akan timbul krisis dan paradigma mulai dipertanyakan.
Penemuan baru diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni pengakuan bahwa alam dengan suatu cara telah melanggar pengharapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains normal. Kemudian ia berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas ke wilayah anomali dan hanya berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru. Hal tersebut selanjutnya dinamakan revolusi sains, oleh Kuhn (1962) dikatakan sebagai episode perkembangan non-kumulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang bertentangan.
Transformasi-transformasi paradigma yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang. Sejarah revolusi sains sejalan dengan terjadinya revolusi industri. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya revolusi industri adalah terjadinya revolusi sains pada abad ke 17 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
Revolusi sains yang mulai berkembang pesat diikuti juga dengan terjadinya revolusi industri pertama pada tahun 1784, yang ditandai dengan penemuan mesin uap. Revolusi industri kedua yang dimulai tahun 1870, ditemukan mesin-mesin yang menggunakan daya listrik untuk melangsungkan produksi masal. Revolusi industri ketiga yang terjadi sejak tahun 1969 atau dikatakan juga sebagai era digital, karena menggunakan kekuatan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi proses produksi (Tjandrawinata, 2016). Revolusi industri keempat akan segera hadir ke dalam kehidupan kita. Revolusi ini kemajuannya bergerak sangat cepat, oleh karenanya dikatakan sebagai revolusi eksponensial, karena kecepatan perkembangannya berlipatlipat.
Pemikiran Utama Revolusi Saintifik pada Era Eksponensial
Revolusi sains pada era eksponensial adalah perubahan secara mendasar tatanan hidup masyarakat dunia yang disebabkan oleh perkembangan penemuan sains yang bergerak sangat cepat (Modi, 2017). Prinsip revolusi sains pada era eksponensial adalah mempersatukan beberapa teknologi dari tiga disiplin ilmu independen, yaitu Fisika, Biologi, dan Digital (Tjandrawinata, 2016). Banyaknya penemuan-penemuan sains yang inovatif dan mutakhir dewasa ini telah memberikan “angin segar” bagi masyarakat, karena segala kebutuhan aktivitas hidupnya dapat terlayani dengan mudah dan nyaman oleh produk-produk sains tersebut.
Revolusi sains pada era eksponensial telah banyak menghasilkan produk sains yang dapat memanjakan masyarakat dunia karena dapat memanfaatkan internet dengan interkonektivitas yang begitu cepat, sehingga dapat menjelajah dengan mudah dalam dunia maya. Kita dapat merasakan seakan-akan berada pada tempat yang sama dengan orang yang diajak komunikasi, karena melalui kemajuan sains kita dapat berinteraksi, melakukan transaksi, mencari informasi, dan sebagainya. Kemajuan sains yang berkembang begitu pesat, dapat kita rasakan seperti menembus lorong waktu. Ungkapan tersebut tidaklah berlebihan, karena menurut Tjandrawinata (2016) ruang lingkup otomatisasi dapat ditingkatkan mengikuti hukum moore (suatu pengamatan bahwa jumlah transistor pada suatu sirkuit terpadu meningkat dua kali lipat setiap dua tahun), yang menghasilkan daya komputasi yang semakin besar yang memungkinkan terjadinya otomatisasi dari proses yang sangat kompleks sekalipun.
Pada era eksponensial kita dapat melihat berbagai otomatisasi terjadi pada pabrikpabrik yang memperoduksi barang secara masal, data pada setiap bagian suatu organisasi yang massif jumlahnya saat ini dikenal sebagai “big data”, serta sarana logistik yang terorganisasi dengan begitu baik. Tidak hanya itu, pada era ini telah banyak diciptakan artificial intelligence yang didorong oleh peningkatan eksponensial dalam daya komputasi dan oleh ketersediaan sejumlah besar data.
Diprediksikan pada tahun 2030, komputer akan lebih cerdas dari manusia (Modi, 2017). Tjandrawinata (2016) lebih lanjut mengemukakan bahwa revolusi eksponensial memberikan tawaran dan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Teknologi yang dihasilkan sains memungkinkan penjualan prosuk dan jasa secara cepat dan efisien, berfungsi sebagai sekretaris pribadi, pengatur kesehatan, mengelola investasi, mengatur keuangan, memesan makanan, tiket, kendaraan, dan sebagainya. Akan tetapi, sektor bioteknologi kesehatan adalah bidang yang sangat dirasakan dari perkembangan sains di era eksponensial.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena penggunaan bioteknologi dalam industri obat-obatan dan farmasi adalah perkembangan yang paling berpengaruh di dunia teknologi di abad ke-21 ini. Dalam upaya untuk memahami biologi, memberantas penyakit dan menjaga kesehatan dan kekuatan, bioteknologi telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam usaha menemukan rahasia kehidupan serta memanipulasi kehidupan. Untuk meraih apa yang dijanjikan bioteknologi dalam industri farmasi, alat-alat diperlukan untuk identifikasi struktur molekul, penciptaan molekul aktif dan pengembangan terapi yang novel dan komprehensif seperti immunotherapy, terapi seluler dan organisme dengan sel rekayasa genetika.
Bioteknologi modern menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika seperti Escherichia coli, ragi untuk produksi senyawa biologi seperti antibiotika dan insulin sintetis, maupun sel mamalia untuk memproduksi golongan antibodi monoklonal. Akhir-akhir ini, bioteknologi farmasi juga menggunakan hewan transgenik atau tanaman transgenik sebagai medium pembuatan obat. Selain itu, salah satu tekonologi terbaik yang dikembangkan baru-baru ini bernama clustered regularly interspaced shohrt palindromic repeat (CRISPR) atau CRISPR-associated protein (Cas) 9 system, yang telah berkembang pesat hanya dalam waktu yang sangat singkat. Teknologi ini dibuat untuk mengedit genom, ini dapat diterapkan untuk biologi sintetis, skrining genom fungsional, modulasi transkripsi, dan terapi gen. Melihat karakteristiknya, perkembangan bioteknologi lebih mengedepankan pendekatan biologi sintetis (syinthetic biology) sebagai metode penemuannya.
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Terjadinya Revolusi Saintifik dan Pemikiran Revolusi Era Eksponensial"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung