Siswa merupakan harapan dan kebanggaan
dari setiap orang yang diharapkan dapat berhasil di sekolah dengan baik. Oleh
karena itu, untuk mewujudkan harapan tersebut orang tua yang bijaksana akan
selalu mengikuti perkembangan serta berusaha mengetahui taraf kemampuan yang
dimiliki anaknya. Bagi orang tua yang tingkat pendidikannya rendah atau terlalu
sibuk dengan pekerjaannya, mungkin hal tersebut amat sulit dilakukan. Tetapi
apabila orang tua yang menyadari akan pentingnya partisipasi mereka terhadap
keberhasilan anaknya, akan dengan berbagai cara untuk mewujudkan tanggung
jawabnya dalam membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat belajar dengan baik.
Orang tua tetap perlu memberikan kasih
sayang dan penghargaan agar dapat membentuk mental yang sehat supaya semangat
belajar anak tetap ada. Sebaliknya, orang tua yang kurang memberikan kasih
sayang akan menimbulkan rasa emosional pada anak dan akhirnya akan timbul rasa
malas belajar. Kasih sayang orang tua dapat diwujudkan dalam bentuk berusaha
meluangkan waktunya untuk berdialog, bergurau, berkomunikasi serta dapat
memenuhi kebutuhan lainnya selain kebutuhan sekolah (Mardanu, 1992).
Hasil penelitian Baker dan Stevenson
menunjukkan bahwa, peran atau partisipasi orang tua memberikan pengaruh baik
dan penilaian guru terhadap siswa. Orang tua mempunyai peran serta untuk ikut
menentukan inisiatif, aktivitas terstruktur di rumah untuk melengkapi
program-program pendidikan di sekolah sebagaimana yang terjadi di Indonesia.
Selain itu, juga dinyatakan bahwa jaringan komunikasi yang dibangun oleh orang
tua sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa di masyarakat.
Partisipasi orang tua besar pengaruhnya
terhadap proses belajar anak dan prestasi belajar yang akan dicapai. Hal ini
dipertegas oleh pernyataan Slameto (1995) yang mengemukakan bahwa: ”Keluarga
adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia”.
Orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap proses belajar
anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau
melengkapi alat belajar, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya,
kesulitan-kesulitan yang dialami anaknya dalam belajar dan lain-lain dapat
menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil dalam belajarnya. Hasil yang
didapatkan, nilai atau prestasi belajarnya tidak akan memuaskan bahkan mungkin
gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua
orang tuanya memang tidak mencintai anaknya (Slameto, 1995).
Mendidik anak dengan cara memanjakan
adalah cara memperhatikan anak yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan
pada anaknya tidak akan sampai hati memaksa anaknya untuk belajar, bahkan
mungkin membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan adalah
tindakan yang tidak benar. Karena jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut,
anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi
kacau.
Sebaliknya, mendidik anak dengan cara
memperlakukan secara keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar
adalah cara memperhatikan anak yang juga salah. Dengan demikian, anak tersebut
diliputi ketakutan dan akhirnya benci dengan kegiatan belajar. Bahkan jika
ketakutan itu semakin serius, anak akan mengalami gangguan kejiwaan akibat dari
tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian, biasanya menginginkan
anaknya mencapai prestasi belajar yang sangat baik, atau mereka mengetahui
bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkannya, sehingga anak dikejar-kejar
untuk mengatasi kekurangannya.
Dalam kejadian seperti ini, di sinilah
guru bimbingan dan penyuluhan (BP) memegang peranan penting. Anak atau siswa
yang mengalami kesukaran-kesukaran seperti yang telah diuraikan di atas dapat
ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja
keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut
(Slameto, 1995).
Belum ada tanggapan untuk "Pentingnya Partisipasi Orang Tua Terhadap Siswa "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung