Banyak kota kehilangan identitasnya, ini disebabkan oleh pemetaan tata ruang tidak mengenal sejarah kota itu dengan baik. Pembangunan kota semata-mata berdasarkan pada aspek ketersediaan lokasi, sehingga berdampak pada lingkungan yang tentu saja dapat berimbas pada kerusakan ekosistem yang berujung terganggunya siklus kehidupan.
Beberapa kota tampak modern tetapi tidak memiliki aura yang menyatu dengan manusianya, psikologis manusianya cenderung gelisah dan tidak tenang. Tindak kriminalitas cukup tinggi, persaingan hidup menjurus tidak sehat, moral dan kejiwaan manusianya menjadi beringas dan liar.
Sementara bagi kota yang memperhatikan sejarah dan budaya sebagai bagian dari pembangunannya, walaupun terbelakang dalam segala aspek namun selalu memancarkan energi positif yang menyelimuti kota sehingga membentuk psikologis masyarakat kota menjadi hidup tenang, rukun, damai, tindak kriminalitas sangat rendah. Bagi wisatawan atau orang yang hanya transit di kota tersebut melahirkan kenangan yang tidak terlupakan. Bukan karena kemewahannya, bukan pula karena gemerlapnya malam dengan warna warni lampu hias, bukan pula karena kecantikan wajah-wajah gadis kotanya namun karena terjadinya penyatuan hati manusia dengan energi murni yang terbentuk oleh karena tata ruang kota yang sesuai dengan karakteristik wilayah serta peradaban sejarah masa lalu kota tersebut.
Misalnya saja kota Baubau. Kantor walikota dibangun diatas bukit yang sebenarnya jauh dari pusat kota dan pemerintahan. Merujuk pada sejarahnya kota Baubau, walikota Amirul Tamim pada saat itu membangun kantor walikota dibukit tersebut, walau dengan bangunan yang biasa dan sederhana ternyata kini bangunan tersebut tampak megah dan berwibawa. Bukit itu ternyata merupakan lokasi pusat sekaligus gerbang utama pertahanan Kesultanan Buton dalam menangkal serangan musuh, dipercaya bahwa daerah itu memancarkan aura dan energi yang membuat musuh menjadi takut dan tunduk. Kemudian dipesisir pantai Kota Baubau dikenal dengan pusat penyebaran agama Islam yang dalam sejarahnya dikenal dengan kotamara, maka dilakukanlah reklamasi pantai yang kini menjadi pusat kajian budaya dan keagamaan serta pusat segala kegiatan seremonial pemerintahan. Bagi yang sudah pernah ke Kota Baubau selalu merindukannya dan ingin kembali mengunjungi kota ini, terbukti banyaknya wisatawan baik domestik maupun manca negara telah beberapa kali mengunjungi kota ini. Mungkin hanya Kota Baubau yang wisatawannya tidak memiliki tenaga guide atau penerjemah sebab rata-rata yang datang ke kota ini sudah mengenal lebih jauh tentang kondisi dan lokasi yang wajib dikunjungi.
Selain Kota Baubau yang dikenal dengan kota seribu benteng, lihat pula Bali, Ternate, Kutai dan beberapa daerah lainnya. Bandingkan dengan kota-kota yang telah melupakan sejarah kotanya seperti Jakarta. Jakarta bermula dari sunda kelapa yang dulunya bernama Jayakarta. Kini daerah ini sudah tidak diperhatikan lagi, beberapa situs sejarah dirobohkan dan digantikan dengan mall-mall atau bangunan megah lainnya yang fungsinya tidak bersinergi dengan peruntukannya dimasa lalu. Akibatnya Jakarta lebih dominan energi negatif ketimbang energi positif, materi lebih mulia ketimbang unsur kemanusiaannya. Dan banyak kota mengalami hal serupa Jakarta, sebab sistem kapitalis menguasai seluruh sendi kehidupan masyarakat kota dan dalam proses pembangunannya tidak memperhatikan sejarah masa lampau, sejarah dimana wilayah sudah terpetakan oleh berbagai sumpah dan keyakinan masyarakat dulu.
Belum ada tanggapan untuk "Merancang pemetaan kota, kenalilah sejarahnya"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung