Inilah dua hal yang saling membunuh, harga diri merupakan identitas manusia yang mesti dipupuk dan dirawat. Manusia tanpa harga diri, mudah diinjak-injak, dipandang rendah, hak hidupnya tergadai, tidak memiliki nilai karena dirinya sudah terjual. Sedangkan materi merupakan kebutuhan, ada materi yang bersifat wajib dan ada materi yang bersifat tidak wajib, materi tidak selalu harus dipenuhi.
Manusia yang sayang dan cinta pada dirinya adalah manusia yang selalu menjaga harga dirinya, kehilangan harga diri sama saja dengan terlepasnya status kita sebagai manusia. Ketika manusia memandang materi sebagai tujuan hidup, maka hilanglah harga diri manusia itu. Harga diri dapat memancing datangnya rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan materi mendekatkan kita pada godaan setan jika tidak dikelola dengan baik, menutup mata kita pada kebaikan, mengaburkan pola pikir rasional, bahkan mendorong kita menjadi beringas, jauh dari kata sopan, santun, ramah sehingga dalam bertutur kata menjadi kasar, tidak beretika, serta membawa kita berada diluar derajat manusia normal.
Harga diri dan materi sebenarnya merupakan nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya, keduanya mesti saling melengkapi dan saling memperkuat, kedudukan keduanya sama karena memiliki peran masing-masing. Namun karena kelemahan manusia, sifat ambisi dan ego serta naluri bertahan hidup telah menciptakan budaya baru dalam kehidupan manusia, materi dipandang sebagai sesuatu yang menempatkan manusia lebih bernilai. Lahirnya pola pikir manusia demikian sebagai dampak dari kurangnya pemahaman manusia terhadap konsep keberadaan manusia itu sendiri.
Masalah sosial yang berujung pada ketimpangan prilaku manusia adalah sedikit hal yang membawa manusia jauh dari kodratnya. Kehidupan yang mengedepankan logika manusia, telah melahirkan perilaku liberal yang menghargai kebebasan dalam bertindak dan berpendapat. Definisi kebenaran mulai mengalami pergeseran, tidak ada lagi batasan jelas antara kebenaran dan ketidakbenaran. Semua menjadi buram, masing-masing manusia hanya berpedoman pada logikanya sendiri, padahal jika mau jujur, logika manusia memiliki keterbatasan yang sulit menembus segala rahasia alam.
Manusia liberal telah menjadikan dirinya menjadi ajang pertarungan antara harga diri dan materi, materi selalu lebih dominan karena dijembatani oleh pola pikir kritis tanpa dasar kebenaran. Ke-aku-an membawa manusia memandang rendah orang lain, mereka seringkali meneriakkan “demokrasi” namun mereka pulalah yang keluar dari semangat demokrasi itu sendiri. Mereka merupakan manusia-manusia yang tidak memiliki tiang penyanggah, sehingga hidupnya lebih dekat dengan kenistaan. Mereka tidak pernah sadar bahwa logika berpikir manusia sangat gampang dipatahkan.
Harga diri bertindak sebagai filter bagi manusia, hal-hal yang baik menjadi input bagi prilaku manusia sedangkan hal-hal buruk menjadi pelajaran berharga guna pendewasaan berpikir manusia sehingga menjadi lebih bijak dalam membaca keadaan dalam proses pengambilan keputusan. Manusia juga membutuhkan dorongan semangat dan motivasi untuk bertahan hidup, dengan demikian kehadiran materi dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tentunya harus dalam pengendalian dan pengawasan serta selalu berdasarkan tuntunan pedoman. Kebebasan merupakan simbol kemerdekaan sebagai manusia, kebebasan merupakan penghargaan atas harga diri manusia bukan kemampuan beragumentasi dengan mantik dan logika.
Belum ada tanggapan untuk "Antara harga diri dan materi"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung