Perubahan kurikulum hampir terjadi setiap ada pergantian pemerintahan, hal ini cukup berpengaruh besar pada dunia pendidikan khususnya di tingkat sekolah. Perencanaan jangka panjang yang telah disusun oleh sekolah harus kembali disesuakan, dampaknya sekolah seperti jalan di tempat, selalu kembali dari awal.
Dengan demikian misi kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sulit diwujudkan. Perubahan kurikulum patut diapresiasi dan didukung penuh oleh semua unsur namun apabila perubahan terjadi setiap pergantian pemerintahan bukan membawa kebaikan, tetapi akan berdampak pada penurunan kualitas pendidikan.
Sebaiknya para penyusun kurikulum perlu melakukan analisis sampai pada tingkat sekolah, barulah kemudian mengambil kesimpulan apakah kurikulum perlu dilakukan pergantian, jangan hanya mendasarkan pemetaan pendidikan pada nilai UN saja, atau lahir dari ketertarikan pada kurikulum yang berlaku di negara lain yang dianggap maju dalam dunia pendidikannya, sementara daya dukung dan kapasitas tidak mampu menopang pelaksanaan kurikulum tersebut.
Di Amerika Serikat tidak mengenal kurikulum pendidikan secara nasional, masing-masing negara bagian menyusun sendiri kurikulumnya, sehingga struktur kurikulumnya lebih mengedepankan kearifan lokal.
Itulah sebabnya sehingga pendidikan di negara adikuasa itu sangat kompetitif, walaupun negara lain dikenal dengan kualitas pendidikannya yang nomor wahid tetapi Amerika Serikat tetaplah menjadi kiblat pendidikan saat ini. Minat para pencari ilmu masih dominan ke Amerika ketimbang dengan negara lain di dunia ini, tentunya karena pendidikan di Amerika tidak mengenal pergantian kurikulum, pendidikan dinegara adikuasa hanya mengenal penyempurnaan kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing negara bagian.
Bandingkan dengan di negara kita, kurikulum yang sudah berjalan dengan baik diganti dengan yang baru, pergantian menuntut dunia pendidikan kembali memulai dari awal, program pendidikan yang telah direncanakan menjadi berantakan dan harus diganti menyesuaikan dengan kurukulum yang baru. Pada akhirnya, para pendidik atau guru harus belajar kembali, ilmu pendidikan yang diperoleh didunia pendidikan menjadi sia-sia karena tidak relevan dan linear dengan kurikulum yang baru.
Persoalan ini justru berimbas pada perguruan tinggi, fakultas ilmu keguruan dan kependidikan menjadi lembaga yang hanya melahirkan legalisasi seseorang untuk menjadi guru namun tidak dapat menjawab kondisi pendidikan sebenarnya, maka lahirlah program sertifikasi guru, program yang sebenarnya ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada guru-guru untuk dapat menyesuaikan ilmunya terhadap kurikulum pendidikan yang baru. Program sertifikasi guru merupakan indikasi ketidakmampuan perguruan tinggi menyediakan tenaga pendidik, apakah demikian? inilah yang seharusnya dievaluasi oleh perguruan tinggi di Indonesia.
Apakah tidak ada langkah-langkah perbaikan? Tentunya jelas ada, namun semua yang telah dirumuskan dipeti emaskan akibat perubahan kurikulum. Posisi perguruan tinggi hanya bisa menyesuaikan tanpa bisa melahirkan inovasi dan terobosan untuk memajukan dunia pendidikan. Inilah yang membuat alumni perguruan tinggi khususnya alumni FKIP kurang siap ketika masuk ke dunia pendidikan yang sebenarnya.
Belum ada tanggapan untuk "Perubahan kurikulum, penyebab menurunnya kualitas pendidikan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung