Novel Osakat Anak Asmat (selanjutnya disingkat OAA) dapat disebut sebagai novel etnografis karena di dalamnya banyak mendeskripsikan atau menggambarkan kebudayaan suku Asmat di Papua. Dengan membaca novel ini, pembaca seolah-olah diajak berwisata budaya ke tanah Papua, khususnya ke suku Asmat. Tidak hanya mengenalkan berbagai aturan adat dan budaya suku Asmat, novel itu pun memberikan deskripsi tentang pola pikir dan pola tingkah laku masyarakat setempat sebagai bentuk ekspresi mereka terhadap kehidupan.
Singkatnya, novel OAA dapat menjadi “jendela” bagi siapa saja yang ingin mengenali suku Asmat di Papua. Salah satu kekuatan dari novel ini adalah konstruksi penceritaannya yang mampu merepresentasikan kehidupan masyarakat Asmat dari sudut pandang pengarang atau narator orang luar (outsider). Sebagaimana diketahui bahwa pengarang/narator yaitu Ani Sekarningsih merupakan orang luar Asmat yang hanya melakukan perjalanan ke Asmat Papua. Berbagai pengalaman dan pengamatannya terhadap pola kebudayaan suku Asmat ditransformasikan salah satunya ke dalam novel OAA.
Harus diakui bahwa tidaklah mudah mentransformasikan peristiwa-peristiwa realistis yang didasarkan pada pengalaman dan pengamatan visual menjadi peristiwa-peristiwa imajinatif melalui cerita. Dalam hal ini, perlu kepiawaian dan kreativitas khusus dalam merekonstruksi peristiwa nyata ke dalam konstruksi naratif imajinatif. Aspek naratif (narrative) atau penceritaan menjadi salah satu aspek terpenting dalam sebuah novel. Naratif menjadi kekuatan utama dari novel sehingga mampu menarik perhatian pembacanya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa tidaklah mungkin sebuah novel ada tanpa unsur naratif di dalamnya.
Dengan hadirnya unsur-unsur naratif, sebuah novel menjadi lebih hidup. Peristiwa-peristiwa (events) nyata dalam kehidupan tidak akan mungkin dapat tersaji menjadi peristiwa-peristiwa imajinatif, jika pengarang tidak kreatif dalam meyusunnya ke dalam bentuk naratif.
Struktur naratif, menurut Genette (1980), terdiri atas lima kategori utama, yaitu
1. Urutan Naratif (order)
Urutan naratif (order) mengacu pada hubungan antara urutan kejadian dalam cerita dan pengaturannya dalam cerita. Urutan penyajian cerita dapat secara kronologis atau berurutan maju (prolepsis), dan dapat pula secara non-kronologis atau kilas balik flashback (analepsis).
2. Durasi naratif (duration)
Durasi naratif (duration) yang menggambarkan perbedaan antara waktu yang sebenarnya dari suatu peristiwa (discourse time) dan waktu yang dibutuhkan narator untuk menceritakan peristiwa tersebut (narrative time).
3. Frekuensi naratif (frequency)
Frekuensi naratif (frequency) berhubungan dengan keseringan sebuah peristiwa terjadi dalam cerita dan seberapa sering peristiwa tersebut disebutkan dalam cerita.
4. Modus naratif (mood)
Modus naratif (mood) yang memfokuskan pada konsep ‘jarak’ (distance) dan ‘perspektif’ (perspective) atau fokalisasi (focalization).
5. Suara naratif (voice)
Suara naratif (voice) berhubungan dengan siapa yang bercerita, dan dari mana ia bercerita.
Belum ada tanggapan untuk "Novel Osakat Anak Asmat karya Ani Sekarningsih, novel etnografis Indonesia"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung