Pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut tidak ada aktivitas untuk mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan dibahas. Padahal informasi ini sangat diperlukan untuk menyiapkan siswa memasuki materi yang akan dipelajari. Oleh karena itu perlu dimunculkan aktivitas pretest.
Di samping itu karena tujuan tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut adalah untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa dari suatu tingkat ke satu tingkat lebih tinggi, maka tes untuk mengetahui tingkat berpikir siswa dalam geometri sebelum mengikuti pembelajaran adalah sangat diperlukan. Oleh karena itu tes tingkat perkembangan berpikir siswa dalam geometri harus dilakukan juga.
Fase informasi pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele merupakan fase dengan tujuan guru mempelajari pengetahuan awal apa yang dimiliki siswa tentang topik yang dipelajari dan siswa mempelajari apa arah studi selanjutnya yang akan diambil. Fase tersebut mengantarkan materi/pokok bahasan yang akan dipelajari, tetapi fase tersebut tidak memuat atau tidak menginformasi-kan tentang apa tujuan pembelajaran (TPU/TPK) yang akan dicapai, isi pelajaran hubungannya dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya; dan tidak me-nyediakan informasi tentang prosedur atau aktivitas yang berbeda dan tanggung jawab siswa selama aktivitas tersebut. Hal ini urgen karena informasi tersebut akan mengarahkan siswa kepada apa yang akan dicapai, materi apa yang akan dipelajari, dan pengetahuan apa yang diperlukan, serta aktivitas apa yang berbeda yang harus dilakukan. Oleh karena itu perlu dimunculkan fase orientasi pembel-ajaran yang memuat aktivitas tersebut.
Aktivitas-aktivitas dalam fase-fase informasi, orientasi terarah, dan uraian pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hile, dapat digabungkan menjadi satu fase. Ketiga fase tersebut aktivitasnya sama, hanya tingkatan sajian materi yang berbeda. Oleh karena itu cukup dimunculkan satu fase saja yang isinya memuat aktivitas ketiga fase tersebut dan diberi nama fase diskusi kelompok homogen.
Berdasarkan tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele, tidak terdapat aktivitas guru yang menegaskan apakah materi yang dipelajari siswa sudah benar atau belum. Di samping itu van Hiele (1999:311) berkeyakinan bahwa pencapaian tingkat berpikir yang lebih tinggi diperoleh siswa tidak lewat ceramah guru, tetapi melalui pemilihan latihan-latihan yang tepat. Untuk situasi siswa di Indonesia ceramah guru masih diperlukan. Oleh karena itu tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut perlu ditambahkan tahap diskusi kelas yang sebagian kegiatannya adalah penegasan materi. Tahap ini digunakan untuk konsolidasi dan refleksi siswa tentang apa yang telah dikerjakan. Aktivitas ini dapat digunakan guru untuk memberi umpan balik pada respons siswa, untuk memberi penguatan respons siswa yang akurat, dan untuk mengoreksi atau mem-benarkan yang salah. Aktivitas guru tersebut akan meningkatkan pemantapan siswa dan keyakinan diri dari apa yang telah dikerjakan, serta dapat memotivasi siswa. Di samping itu aktivitas dalam diskusi kelas akan membangun interaksi antar kelompok dan antar tingkat. Aktivitas inilah yang menjanjikan tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut dapat diimplementasikan kedalam kelas yang heterogen tingkat berpikirnya.
Pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tidak terdapat aktivi-tas yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, padahal aktivitas tersebut sangat penting. Oleh karena itu perlu dimunculkan aktivitas evaluasi dan posttest. Evaluasi merupakan aktivitas untuk mengetahui pemahaman kelompok homogen terhadap materi yang telah didiskusikan. Di samping itu karena tujuan tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut adalah untuk meningkat-kan tingkat berpikir siswa dari suatu tingkat ke satu tingkat lebih tinggi, maka tes untuk mengetahui tingkat berpikir siswa dalam geometri setelah mengikuti pem-belajaran adalah sangat diperlukan. Oleh karena itu tes tingkat perkembangan berpikir siswa dalam geometri harus dilakukan juga.
Pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele hanya menekankan isi akademis, padahal dalam pembelajaran masih diperlukan manajemen kelas. Oleh karena itu perlu dimunculkan aktivitas guru maupun siswa yang menyangkut manajemen kelas. Aktivitas ini tidak berdiri sendiri dalam satu fase akan tetapi masuk kedalam fase-fase yang ada.
Tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut digunakan untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa dari suatu tingkat ke satu tingkat lebih tinggi dan hanya untuk siswa atau kelompok siswa dalam tingkat berpikir yang sama. Padahal fakta dilapangan menunjukkan bahwa secara umum suatu kelas tingkat berpikir siswa bervariasi (Sunardi, 2000a). Hal ini berarti tahap-tahap belajar tersebut kurang sesuai untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa atau kelompok siswa dalam satu kelas yang memiliki tingkat berpikir yang berbeda. Hal inilah yang merupakan titik lemah dari tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele. Berdasarkan hal itu maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, tetapi di dalam satu kelas memiliki beberapa kelompok siswa yang tingkat berpikirnya berbeda, misalnya tingkat visualisasi, analisis, dan de-duksi informal dengan dilengkapi manajemen kelas.
Berdasarkan kekurangan aktivitas pada tahap-tahap belajar geometri menurut van Hiele tersebut, maka sangat beralasan untuk dilengkapi sedemikian hingga menjadi suatu model pembelajaran baru. Model pembelajaran baru ini disebut model pembelajaran geometri berbasis teori van Hiele dan disingkat PBH. Model PBH disini sifatnya masih hipotetik dan teoritis. Artinya model PBH terse-but masih mungkin akan berubah setelah dilakukan uji coba untuk mendapat du-kungan data/informasi empiris.
Belum ada tanggapan untuk "Kajian Terhadap Tahap-tahap Belajar Geometri Menurut van Hiele"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung