Sampai dengan saat ini saya merasa baru mampu melaksanakan tugas seorang guru. Walaupun jika saya hitung-hitung masa kerjaku yang sudah lumayan lama yakni 10 tahunan tetapi ternyata saya masih menganggap bahwa saya harus banyak belajar lagi untuk menjadi seorang guru. Sejujurnya saya mengakui bahwa untuk menjadi seorang guru tidaklah seperti yang saya bayangkan sebelumnya yakni mengajar, mendidik, memotivasi, mengarahkan dan membina.
Secara umum guru dapat diartikan sebagai orang yang mentransfer ilmunya kepada anak didik, sedangkan secara filosofi guru adalah teladan bagi semua. Setiap perkataan guru harus mengandung kebenaran, setiap sikap dan prilakunya harus menjadi contoh bagi yang lain. Pada intinya baik perkataan maupun perbuatan haruslah sama, jangan karena sudah menjadi guru lantas yang diutamakan hanyalah perkataannya, janganlah menganggap bahwa perbuatan guru bukan bagian terpadu dari guru itu sendiri.
Pada saat ini, untuk menjadi guru sangat mudah, kita tinggal sekolah di kependidikan kemudian ikut seleksi CPNS dan setelah lulus dengan bermodalkan SK penempatan maka kitapun sudah dapat dikatakan guru. Apakah guru dapat dimaknai seperti demikian? Ternyata tidak! Sebab guru merupakan cahaya penerang kegelapan, disaat semua orang tidak dapat melihat makna kehidupan maka gurulah yang harus mengajarkannya. Disaat ada orang bimbang maka guru harus memberi petunjuk, disaat orang bertanya maka guru harus menjawabnya , disaat orang menanti derma berupa ilmu maka guru harus memberi. Apakah dengan sistem penerimaan guru di atas dapat mencetak figur guru sebenarnya? Yang jelasnya saya adalah salah seorang produk dari sistem tersebut.
Tanggung jawab yang begitu besar yang dipikul oleh seorang guru membuat hatiku merasa berdosa, berdosa karena sampai dengan saat ini saya masih sebatas menjalankan tugas guru secara formal saja tetapi secara non formal ternyata semakin saya memperbaiki diri mencapai arti guru sebenarnya semakin saya menemukan banyak kekurangan yang kumiliki. Kekurangan-kekurangan itu datang seperti badai, walaupun saya terus belajar tetapi tetaplah membuatku menemukan kekurangan-kekurangan lainnya. Yang satu belum selesai, ribuan datang kepadaku untuk diselesaikan.
Kesibukanku kini menjadi bertambah padat, saya harus belajar materi yang akan diajarkan kepada anak didik, saya juga harus belajar untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas diri. Disisi yang lain saya juga harus belajar memperbaiki diri baik sikap maupun prilaku selama disekolah maupun diluar sekolah.
Akhirnya jika kurenungkan maka untuk menjadi guru, kita harus menjadi pribadi yang lain, pribadi yang diharapkan oleh semua orang. Secara kasarnya dapat saya katakan bahwa menjadi guru harus siap hidup seperti robot, insan yang kehilangan kemerdekaan, dikelilingi oleh protokoler sosial karena hampir semua pandangan mata tertuju pada kita.
Diujung jalan, apabila kita mengikuti panduan untuk menjadi seorang guru maka kita akan menemukan kemuliaan yang tidak dapat diraih oleh profesi lain. Ternyata perasaan seperti robot dan kehilangan kemerdekaan hanyalah merupakan cobaan yang semestinya harus dihadapi oleh seorang guru demi mendapatkan kemuliaan tersebut.
Belum ada tanggapan untuk "Semakin Saya Belajar Menjadi Seorang Guru Semakin Banyak Kekuranganku"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung