Tulisan ini sebenarnya terinspirasi oleh kejadian yang menimpa seorang anak, dimana akhir hidupnya membuat kedua orang tuanya menyesali perbuatannya. Ceritanya kira-kira seperti ini!
Ada seorang anak sebutlah namanya adalah Fulan, umurnya sekitar 8 tahun. Yang namanya anak-anak, kerjanya banyak bermain bersama teman-temannya sepulang dari sekolah. Yang namanya anak-anak juga, biasanya memiliki kebiasaan meminta uang belanja pada orang tua, ya iya lah masa mintanya sama orang lain?
Hampir setiap hari Fulan minta uang belanja, kata ibunya mintanya hanya pada saat mau ke sekolah, yang diminta hanya seribu rupiah. Pada awalnya, ibu dan bapaknya selalu memenuhi permintaannya namun ketika orang tua Fulan mulai membangun rumah, uang jajan Fulan mulai tidak diberikan.
Suatu hari.....
Fulan : “bu, ibu.... uangnya seribu bu..”
Ibu : “minta uang terus, kamu kira uang itu gampang dicari? Lihat sana, kita masih mau bangun rumah, ibu masih mau beli semen dulu...”
Akhirnya Fulan ke sekolah tanpa uang jajan.
Keesokan harinya, Fulan kembali meminta uang pada Ibunya.
Fulan : “bu, ibu.... uangnya seribu bu..”
Ibu : “masih mau beli semen.....”
Ayah : ”sudah dikasih makan, minta uang lagi”
Akhirnya Fulan ke sekolah tanpa uang jajan lagi
Keesokan harinya juga seperti itu, Fulan tidak dapat uang jajan, jawaban ibu dan bapaknya hanya “masih beli semen”. Hal ini terus berlangsung sampai beberapa bulan.
Mulailah Fulan mengalami perubahan sikap dan prilaku, pergaulannya mulai berkurang, dia seringkali menyendiri, prestasinya di sekolah menurun drastis. Dapat dikatakan Fulan sedang menghadapi masalah serius, mungkin karena dampak dari perasaannya yang tidak pernah mendapatkan uang jajan, sementara teman-temannya sering jajan atau pengaruh lain. Yang jelasnya Fulan mengalami perubahan, tidak ada lagi wajah ceria, dia menjadi pemurung, penyendiri, bahkan berprilaku tidak selayaknya anak seusianya.
Hingga suatu waktu, Fulan jatuh sakit, kedua orang tuanya panik sebab mata Fulan tinggal warna putihnya. Nafasnya mulai tersendat-sendat, dan benar saja ternyata Fulan sedang berjuang menanti akhir hidupnya. Sebelum Fulan menemui ajalnya, sempat Ibu dan Bapaknya melarikan Fulan ke rumah sakit. Tiba di Rumah Sakit, mungkin karena takut kehilangan anaknya, Ibu Fulan berkata penuh khawatir.
Ibu Fulan : “Nak, Kamu mau beli apa, nak ? Apa saja Ibu akan belikan, nak?”
Ayah Fulan: “Iya Nak, Ayah siap carikan”
Fulan : “Bu, Ayah, maafkan Fulan”
Ibu Fulan : “katakanlah nak, kamu mau beli apa?”
Fulan : “tidak usah repot-repot bu”
Ayah Fulan :” Nak, kita tidak merasa repot nak?”
Fulan : “Pa, Bu, makanan yang Fulan makan selama ini sudah lebih dari cukup”
Sebelum nafas terakhirnya, Fulan sempat bilang pada ibu dan bapaknya.
Fulan : “pak, ibu, simpan saja uangnya buat beli semen”.
Akhirnya, Fulan menghembuskan nafas terakhirnya.
Tiap rejeki yang diperoleh orang tua terdapat rejeki anak, maka berikanlah karena anak tidak akan pernah meminta melebihi rejekinya sendiri. Janganlah bertindak aniaya kepada anak sendiri, karena akan membuat kita bertindak aniaya pula kepada orang lain. Kemudian berlaku adillah kepada setiap orang termasuk anak sendiri karena boleh jadi kesempatan itu tertutup untuk selamanya.
Belum ada tanggapan untuk "Inilah Pelajaran yang harus dipahami Orang Tua agar tidak menyesal seumur hidup."
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung