Pemilu Presiden tidak lama lagi, kedua pasangan kandidat yang akan memimpin Indonesia ke depan yakni Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta memilki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Andaikan bisa mungkin sebaiknya Indonesia dipimpin saja secara kolektif oleh kedua calon kandidat ini. Adapun sistem pengambilan keputusannya dilakukan dengan sistem kolektif kolegial. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing calon dapat menunjukkan kelebihannya masing-masing untuk kemajuan bangsa ini.
Karena Undang-Undang tidak mengatur hal ini, sehingga kita harus memilih salah satu pasangan calon yang kita anggap yang terbaik. Dari kedua pasangan calon, pasangan manakakah yang terbaik? Tentunya butuh telaah yang mendalam yang membutuhkan banyak informasi dari kedua pasangan calon tersebut. Saat ini informasi yang tersedia sudah tidak dapat dijadikan alat untuk menganalisis kelayakan kedua pasangan calon karena media sudah beralih fungsi bukan lagi sebagai pembawa informasi tetapi sudah menjadi alah advokasi masyarakat untuk kepentingan masing-masing kandidat. Misalnya saja; acara MetroTv sudah banyak disetting untuk kepentingan pasangan Jokowi-JK, TVOne walaupun masih malu-malu tetapi materi siarannya sudah menunjukkan keberpihakannya terhadap pasangan Prabowo-Hatta. Belum lagi media elektronik, media online dan media cetak lainnya, semuanya tergantung kemana arah sang pemilik media.
Sementara itu, cara sosialisasi yang dilakukan oleh tim sukses atau tim pemenangan kedua kandidat lebih tidak manusiawi dan tidak memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat. Entah dia intelektual partai atau bukan, materi yang mereka bawa selalu mengenai catatan hitam pasangan lawan yang belum tentu kebenarannya. Namun karena disampaikan dengan logika yang disusun secara sistematis sehingga seolah-olah yang disampaikan adalah sebuah fakta yang tidak terbantahkan.
Dengan memperhatikan isu politik saat ini, anggaplah semuanya benar maka dapatlah kita simpulkan bahwa kedua partai pengusung utama kandidat calon presiden yakni PDIP dan Gerindra adalah partai yang tidak dapat dipercaya, partai yang tidak layak memimpin negara ini karena keduanya pernah bergandengan tangan, misalnya pencapresan Megawati-Prabowo dan terakhir adalah pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Koalisi kedua partai ini seyogyanya menggambarkan bahwa keduanya tidak memiliki catatan buruk, ada kemauan untuk berkoalisi berarti tidak ada hal yang dapat memisahkan keduanya dan memiliki tujuan yang sama yakni demi bangsa Indonesia.
Pada moment Pilpres 2014 ini, kedua partai saling menyerang, saling memojokkan, saling membuka aib. Pertanyaannya kenapa pada waktu lalu mereka mau berkoalisi? Tentunya karena ada motivasi lain, motivasi inilah yang harus dipertanyakan. Apakah mereka benar-benar berjuang demi bangsa ini? Ataukah demi kepentingan kelompok tertentu? Ataukah karena ego masing-masing kandidat dan tim sukses atau tim pemenangannya? Yang jelasnya saat ini kedua kubu seakan kehilangan pola pikir rasional dan tidak ada lagi kedewasaan berpolitik.
Informasi-informasi yang sampai di masyarakat semuanya sangat subyektif tergantung siapa pembawa informasinya. Bukan lagi bagaimana meyakinkan masyarakat tentang visi dan misi tetapi sudah pada menghakimi lawannya. Memang harus kita akui bahwa politik itu kejam, kadang sejalan kadang berlawanan, kadang jadi teman kadang jadi musuh, akan tetapi sebagai manusia yang bermoral dan berakal sudah selayaknya kita menempatkan pertimbangan berdasarkan akal sehat bukan dengan jalan menjustifikasi seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah kita katakan bahwa Indonesia butuh presiden yang bermoral, presiden yang amanah, presiden yang berwibawa, presiden yang memiliki visi kepemimpinan sejati yang mampu mengendalikan semua eleman bangsa ini tetapi tidak memaksakan kehendaknya. Jangan sampai kita salah memilih karena selama lima tahun akan tergadai oleh kesalahan kita memilih yang hanya satu hari.
Catatan buat kita semua adalah, Jokowi bagus tetapi dia dikendalikan oleh kepentingan orang lain (megawati dan partai) sedangkan Prabowo orang yang tegas dan berani tetapi dia terlalu individual. Sekarang tinggal bagaimana kita memutuskan apakah memilih orang yang dikendalikan atau memilih orang yang individual. Sekali lagi saat ini Indonesia butuh pemimpin yang dapat mengembalikan kewibawaan negara Indonesia sehingga tidak ada lagi negara lain yang berani mengganggu kedaulatan negara kita. Pengalaman pahit seperti lepasnya pulau sipadan dan dicaploknya sebagian kebudayaan negara kita diharapkan tidak terjadi lagi, sehingga harapan kita ada pada pundak kedua kandidat ini. Siapa yang layak? Anda yang paling tahu!
Belum ada tanggapan untuk "Siapakah Yang Pantas Memimpin Indonesia?"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung