Kalau di masa lalu kita sering mendengar istilah “Banyak anak banyak rejeki” yang sangat populer di masyarakat, kini istilah tersebut tidak dapat dipakai lagi. Banyak anak akan membawa masalah, mulai masalah ekonomi, sosial bahkan masalah pendidikan. Banyak anak banyak rejeki terjadi karena pada waktu itu jumlah angkatan kerja lebih rendah dibandingkan dengan jumlah lapangan pekerjaan.
Saya masih ingat dengan cerita orang tua saya, ketika dia menyelesaikan pendidikannya di SPG, langsung ada permintaan dari pemerintah agar dia memasukkan berkasnya untuk diangkat menjadi PNS. Mereka tidak melalui tahapan seleksi CPNS tetapi langsung diangkat bahkan apabila ada alumni yang tinggal di pedesaan dicari untuk diangkat menjadi PNS. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan tidak seketat sekarang ini. Hal ini memicu para orang tua untuk mencetak anak sebanyak-banyaknya, pertimbangannya adalah luasnya lapangan pekerjaan. Ketika anak mendapatkan pekerjaan maka rejeki pun akan mengalir kepada orang tuanya.
Kondisi dimasa lalu sangat berbeda dengan kondisi pada saat ini dimana persaingan semakin ketat. Dimana-mana berbicara tentang kompetensi, siapa yang tidak kompeten dibidangnya pastilah dia akan tersingkir dari persaingan. Untuk mendapatkan pekerjaan tidak semudah dimasa lalu yang langsung diangkat seperti yang dialami oleh orang tuaku. Saat ini mendapatkan pekerjaan harus melalui tahapan-tahapan ujian seperti penerimaan CPNS atau harus melalui proses pemagangan untuk perusahaan-perusahaan swasta. Bahkan ada banyak perusahaan mensyaratkan calon pegawainya dengan pengalaman kerja minimal dua tahun.
Yang terjadi saat ini adalah “banyak teman banyak rejeki”, siapa saja yang memiliki jaringan pertemanan lebih luas dan banyak akan lebih cepat mendapatkan informasi sebagai jembatan untuk mendapatkan rejeki. Misalnya anda ingin menjadi caleg maka pada saat itu anda membutuhkan teman untuk mensosialisasikan diri anda, atau anda ingin mencari pekerjaan pastilah bukan keluarga yang ditanya tetapi anda mencari informasi tentang lowongan kerja melalui teman. Menjadi salesman atau marketing yang sukses tentu membutuhkan jaringan pertemanan untuk mengetahui kondisi pasar yang sebenarnya. Seorang marketing perusahaan asuransi sangat bergantung pada berapa banyak teman atau orang yang anda kenal karena biasanya konsumen yang paling mudah dipengaruhi adalah teman atau orang yang kita kenal.
Ada juga teman yang tidak sengaja mendapatkan informasi pekerjaan, tentunya belumlah orang lain yang dicarinya melainkan anda apabila dilingkungan keluarganya tidak ada yang memenuhi syarat sesuai yang dibutuhkan.
Sementara itu, banyak anak justru menambah masalah. Ketika ekonomi rumah tangga tidak stabil maka kemungkinan anak-anak anda akan kehilangan kesempatan menempuh pendidikan, mendapatkan jaminan kesehatan sehingga berakibat pada sulitnya mendapatkan pekerjaan walaupun hanya sebatas buruh kasar.
Dengan demikian, dogma yang terjadi dimasyarakat “banyak anak banyak rejeki” harus ditinggalkan dan mulailah untuk memperluas jaringan pertemanan tanpa membeda-bedakan latar belakangnya karena kesempatan dan informasi datangnya tidak memilih siapa sebagai apa tetapi siapa saja dan sebagai apa saja.
Belum ada tanggapan untuk "Alasan Banyak Anak Banyak Rejeki Harus di Tinggalkan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung