Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya sangat banyak, namun diantara jutaan penduduk tersebut kita hanya mengenal nama Habibie yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Adalah sesuatu yang tidak mungkin apabila diantara jutaan penduduk itu tidak ada seorangpun yang memiliki kemampuan setara dengan Habibie. Oleh karena itu Pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional mengeluarkan panduan bagi orang tua dan guru untuk memberikan pelayanan kepada siswa yang memiliki kecerdasan istimewa.
Lantas siapa saja siswa yang dianggap sebagai siswa cerdas istimewa? berdasarkan berbagai literatur yang membahas tentang kecerdasan istimewa menunjukkan bahwa siswa cerdas istimewa adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual yang jauh melampaui kemampuan siswa lain seusianya yang menunjukkan karakteristik belajar yang unik sehingga membutuhkan stimulasi khusus agar potensi kecerdasannya dapat terwujud menjadi kinerja yang optimal (Gagne, 1985, 1990, 1995, 1999, 2004; Marland, 1972; Piirto, 1999, 2007; Renzulli, 2002).
Piirto (1994, 1999, 2007) menekankan bahwa seorang yang cerdas istimewa dengan karakteristik belajarnya yang unik (seperti ingatan yang luar biasa, pengamat yang detil, rasa ingin tahu yang mendalam, kreativitas, dan kemampuan memelajari bahan ajar dengan cepat dan tepat dengan hanya sedikit latihan dan repetisi) berhak untuk mendapatkan pendidikan yang didiferensiasi sesuai dengan kebutuhannya. Piirto memandang siswa cerdas istimewa sebagai seseorang yang unik yang membutuhkan tempat yang tepat agar bakat-bakatnya dapat berkembang optimal melalui pengalaman pendidikan dan pengalaman perkembangan khusus.
Terkait dengan konsep kecerdasan istimewa dan/atau bakat istimewa yang diusulkan Gagne (1985, 1995, 1999, 2004), tampak bahwa seorang yang cerdas istimewa memiliki giftedness yaitu kemampuan alamiah yang luar biasa dalam domain intelektual (berada pada posisi 10% tertinggi dalam populasinya) yang akan berkembang menjadi talent. Talent merupakan hasil interaksi antara kemampuan alamiah dalam domain intelektual dengan katalis intrapersonal (kondisi fisik, dan psikis seperti manajemen diri, motivasi, kemauan, dan kepribadian), katalis lingkungan (millieu, orang-orang di sekitarnya, intervensi pendidikan, dan peristiwa penting dalam hidupnya), dan faktor kesempatan serta telah dikembangkan secara sistematis melalui pendidikan dan latihan. Gagne memetakan beberapa bidang talent (berada pada posisi 10% tertinggi dalam penguasaan keterampilan yang telah ditunjukkan), meliputi bidang akademik, teknik, seni, interpersonal, dan atletik. Siswa cerdas istimewa berkemampuan intelektual alamiah yang luar biasa. Setelah mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan belajarnya ia akan menguasai keterampilan yang sangat mahir dalam bidang akademik tertentu. Jadi Gagne secara tersirat juga menjelaskan bahwa tanpa adanya intervensi pendidikan yang tepat, maka giftedness tidak akan berkembang menjadi talent. Atau dengan kata lain, kemampuan alamiah yang luar biasa yang dimiliki seseorang tidak akan terwujud menjadi kinerja yang luar biasa.
Renzulli (1978, 1986) dalam teorinya the three rings conception of giftedness menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki perilaku cerdas istimewa/berbakat istimewa memiliki gabungan dari kemampuan umum dan/atau khusus di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan komitmen terhadap tugas yang tinggi serta mampu menerapkannya pada berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada teori Renzulli, awalnya tidak terlalu dikupas tentang bagaimana mewujudkan potensi kecerdasan istimewa/bakat istimewa seseorang menjadi suatu karya yang dapat dikontribusikan kepada masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir Renzulli (2002) memerluas teorinya tentang kecerdasan istimewa/bakat istimewa untuk memasukkan beberapa komponen tambahan disamping ketiga komponen kecerdasan istimewa/bakat istimewa yang sudah ada. Beberapa komponen baru tersebut disebutnya sebagai “houndstooth”. Dalam pengembangan teorinya
Renzulli menyebutkan adanya serangkaian komponen yang melatarbelakangi seseorang untuk mengubah potensi kecerdasan istimewanya menjadi tindakan yang konstruktif sehingga dapat berkontribusi dalam masyarakat (Renzulli, 2002). Komponen tersebut mencakup: 1) Optimism merupakan keyakinan akan adanya masa depan yang baik yang ditandai oleh adanya harapan dan kemauan untuk bekerja keras; 2) Courage merupakan kemampuan untuk menghadapi kesulitan atau bahaya ketika menghadapi berbagai ketakutan fisik, psikologis dan moral yang ditandai dengan integritas dan kekuatan karakter pribadi; 3) Romance with a topic or discipline merupakan hasrat mendalami suatu topik atau bidang studi yang ditandai dengan adanya perasaan dan keinginan yang kuat. Komponen ini menjadi sumber motivasi untuk terikat pada suatu komitmen jangka panjang dalam melakukan suatu tindakan; 4) Sensitivity to human concerns mencakup berbagai kemampuan untuk memahami dunia afektif orang lain dan mengkomunikasikan pemahamannya secara peka dan akurat melalui tindakan. Komponen ini ditandai dengan altruisme dan empati; 5) Physical/mental energy yaitu energi yang diinvestasikan untuk mencapai suatu tujuan; 6) Vision/sense of destiny merupakan gabungan dari internal locus of control, motivasi, kemauan dan self-efficacy. Ketika seseorang memiliki visi terkait kegiatan, peristiwa dan keterlibatannya di masa mendatang, visi berfungsi mendorongnya untuk membuat perencanaan dan mengarahkan perilaku.
Agar potensi kecerdasan istimewa dapat teraktualisasi sehingga seseorang dapat secara produktif memberikan kontribusi pada masyarakat diperlukan campur tangan sekolah untuk mengembangkan keenam komponen tersebut . Keenam komponen tersebut tidak dapat dikembangkan dengan pendekatan pembelajaran direct teaching karena terbentuknya keenam komponen tersebut menuntut proses internalisasi keyakinan, perilaku dan komitmen untuk bertindak sesuai visi. Oleh karena itu perlu disediakan pendekatan khusus untuk menumbuhkannya.
Download Panduannya Disini.
Dari ketiga teori tentang kecerdasan istimewa/bakat istimewa yang telah diuraikan di atas tampak bahwa siswa cerdas istimewa membutuhkan layanan pendidikan khusus karena mereka memiliki karakteristik unik yang membuatnya tidak dapat berkembang optimal tanpa adanya stimulasi yang tepat.
Belum ada tanggapan untuk "Kategori Anak Yang disebut Siswa Cerdas Istimewa"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung