Sikap manusia yang memandang sesuatu dari sudut pandang pribadi, ternyata tindakan tersebut banyak mengantarkan kita pada sikap yang salah. Membuat kita menjadi arogan apabila tidak segera menyadarinya.
Ada banyak manusia terjebak pada situasi ini, anda merasa benar saja maka anda telah salah, sebab keputusan anda tersebut dipandang berdasarkan subyektifitas anda. Disisi lain pastilah orang lain akan melakukan hal serupa, kalau anda ingin dibenarkan maka anda pun harus bersedia untuk membenarkan orang lain. Artinya, tempatkanlah diri kita pada posisi bukan anda dan juga bukan orang lain. Niscaya anda akan menemukan jawabannya.
Orang yang perkataannya dapat didengar dan selalu menjadi solusi atas masalah, menempatkan dirinya pada posisi netral. Selalu berdasarkan aturan pasti bukan mengedapankan logika karena logika banyak dipengaruhi oleh subyektifitas individu. Kalau dalam tiap aktifitas anda, posisi anda tidak mewakili siapapun termasuk diri anda sendiri, akan mudah mengambil sikap benar setiap anda melangkah apalagi sikap anda selalu taat pada aturan, norma dan hukum serta adab yang baik.
Masihkah kita menemukan prilaku demikian?
Saya optimis bahwa anda termasuk orang-orang yang dapat dipercaya, orang yang senantiasa memandang kebenaran sebagai tujuan hidup dan kehidupan anda. Buktinya anda masih menyempatkan diri untuk membaca ini. Dorongan untuk menjadi lebih baiklah yang membuat kita mencari informasi bagaimana agar bisa berubah.
Di awal saya sudah katakan bahwa benar pun belum tentu benar. Bila ini menjadi pegangan hidup maka tiap langkah, sikap maupun perkataan akan di timbang baik dan buruknya sebelum dilaksanakan. Inilah yang perlu dibiasakan, bukan membiasakan yang diperlukan.
Luasnya pengaruh tujuan yang harus dicapai, mendorong seseorang untuk bekerja keras, membuka peluang-peluang untuk dijadikan sebagai landasan bertindak walaupun bertolak belakang dengan kebenaran sesungguhnya sehingga hilanglah nurani, segala cara di tempuh, merubah persepsi untuk membenarkan langkah kita. Jadilah yang salah menjadi benar, seolah-olah kebenaran milik kita.
Akibatnya, bukannya kita sadar melainkan semakin membiasakan kita pada kesalahan yang di benarkan. Pemilik ilmu hitam menjadi keterusan apabila berhasil membuat tujuannya menjadi tidak berkutik.
Karena ruang kebenaran begitu sempit sehingga membutuhkan pengetahuan dan kontrol diri secara maksimal. Tanpa itu, bisa jadi kebenaran yang kita pahami merupakan kesalahan yang di paksakan agar dibenarkan. Bila ini adalah sifat para pemimpin maka pertanda kehancuran, bila ada pada rakyat biasa pertanda tidak ada pemimpin. Bila menjangkiti hukum maka hukum menjadi alat untuk menindas, bila menjangkiti ekonomi pertanda kemelaratan bakal merajalela, bila menjangkiti pendidikan pertanda moral menjadi buruk. Pada akhirnya dunia hanya sandiwara pemilik kekuasaan, rakyat akan terus terjajah oleh saudaranya sendiri.
Belum ada tanggapan untuk "Cara menemukan kebenaran; Benar pun ternyata salah"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung