Dalam sebagian besar situasi nyata, manajemen persediaan biasanya melibatkan sejumlah besar barang dengan harga yang bervariasi dari yang relatif tidak mahal sampai barang-barang yang sangat mahal.
Karena persediaan pada kenyataannya mewakili modal yang menganggur, maka adalah logis jika pengendaliaannya harus dilakukan utamanya terhadap persediaan barang-barang yang secara berarti bertanggung jawab atas kenaikan biaya modal. Jadi barang-barang rutin seperti baut dan sekrup, memiliki arti yang lebih kecil dalam hal biaya modal ketika dibandingkan dengan barang-barang yang melibatkan suku cadang yang mahal. Karena itu, menurut Moore dan Hendrick (1989:230), menyediakan secukupnya barang-barang yang murah seperti itu dan memperkenankan karyawan yang memerlukannya untuk mengambil sendiri dipandang lebih baik.
Metode analisis persediaan ABC merupakan suatu sistem atau prosedur sederhana yang dapat dipergunakan untuk mengisolasi barang-barang yang memerlukan perhatian khusus dalam hal pengendalian persediaan. Prosedur analisis ini mengharuskan pembuatan diagram persentase barang-barang persediaan berdasarkan persentase nilai total untuk satu periode tertentu.
Dalam sistem ini perusahaan menganalisis setiap barang persediaan berdasarkan biayanya, frekuensi penggunaan, parahnya masalah yang diakibatkan oleh habisnya persediaan, waktu tunggu pesanan, dan kriteria lainnya. Barang-barang mahal, yang seringkali digunakan, dan mempunyai waktu tunggu pesanan yang panjang dimasukkan dalam kategori A; barang-barang yang kurang penting dimasukkan dalam kategori B dan barang-barang yang paling kurang penting dimasukkan dalam kategori C. Peninjauan atas persediaan kategori A cukup sering harus dilakukan, misalnya sekali sebulan. Hal-hal yang ditinjau bisa berupa tingkat penggunaan terakhir, posisi persediaan, dan situasi pada waktu pengiriman, dan selanjutnya EOQ akan disesuaikan kalau diperlukan. Persediaan kategori B ditinjau dan disesuaikan dalam tempo yang relatif lebih lama (misal setiap 3 bulan), dan kategori C diperiksa mungkin secara tahunan.
Metode analisis atau klasifikasi ABC adalah umum digunakan dalam pengendalian persedian (inventory control) bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai berbagai jenis/macam bahan dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang berbeda-beda. (Gaspersz, 2001:273 ; Assauri, 1999:204).
Analisis ABC mengikuti prinsip 80-20, atau hukum pareto dimana sekitar 80% dari nilai total persediaan material diwakili oleh 20% material persediaan.
Penggunaan analisis ABC adalah untuk menetapkan (Gaspersz, Ibid.) :
- Frekensi perhitungan inventory (cycle counting), di mana material-material kelas A harus ditinjau lebih sering dalam hal akurasi catatan inventory dibandingkan dengan material-material kelas B dan C.
- Perioritas rekayasa (engineering), di mana material-material kelas A dan B memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam meningkatkan program reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu difokuskan.
- Perioritas pembelian (perolehan), di mana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan pada bahan-bahan bernilai tinggi (high cost) dan penggunaan dalam jumlah tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan negosiasi.
- Keamanan; meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh digunakan sebagai indikator dari material-material mana (Kelas A dan B) yang seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian.
- Sistem pengisian kembali (replenishment systems), dimana klasifikasi ABC akan membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan. Akan lebih ekonomis apabila pengendalian material-material kelas C dengan simple two-bin system of replenishment, dan metode-metode yang lebih canggih untuk material-material kelas A dan B.
- Keputusan investasi; karena material-material kelas A menggambarkan investasi yang lebih besar dalam inventori, maka perlu lebih berhati-hati dalam membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stok pengaman terhadap material-material kelas A, dibandingkan dengan material-material kelas B dan C.
Adapun teknik prosedur untuk mengelompokkan material-material persediaan ke dalam kelas A, B, dan C, yaitu antara lain (Gaspersz, Ibid.:274) :
- Tentukan volume penggunaan per periode waktu (biasanya per tahun) dari material-material persediaan yang ingin diklasifikasikan.
- Perkalian volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari setiap material persediaan dengan biaya per unitnya untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu (per tahun) untuk setiap material persediaan itu.
- Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material persediaan itu untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya agregat (keseluruhan).
- Bagi nilai total penggunaan biaya dari semua material itu dengan nilai total penggunaan biaya agregat, untuk menentukan persentase nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu.
- Daftarkan material-material itu dalam bentuk ranking persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.
- Klasifikasikan material-material persediaan itu ke dalam kelas A, B, dan C dengan kriteria: 20% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas A, 30% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas B, dan 50% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C.
Belum ada tanggapan untuk "Teknik Analisis ABC dalam Pengendalian Persediaan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung