Penghargaan Adipura merupakan pengakuan keberhasilan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atas keberhasilannya menciptakan kota yang bersih dan sehat. Pemberian penghargaan Adipura didasari oleh banyaknya daerah yang mengabaikan kebersihan lingkungannya. Guna merangsang pemerintah daerah melakukan pembenahan lingkungan maka pemerintah pusat merancang terobosan-terobosan yang dapat memancing para kepala daerah untuk membuat kebijakan yang mengarah pada terciptanya kota yang bersih dan sehat. Salah satunya adalah pemberian penghargaan Adipura.
Selama ini sistem penilaian yang dilakukan oleh tim penilai adalah dengan mengunjungi daerah-daerah sasaran atau daerah yang mengajukan diri mengikuti lomba kebersihan. Untuk mendapatkan penghargaan Adipura, setiap daerah diharuskan mencapai indikator yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Beberapa waktu lalu daerah kami kehadiran tim penilai kebersihan tersebut, tim ini bekerja hanya dalam beberapa hari (tidak cukup satu minggu). Tempat-tempat yang dituju antara lain pasar, sekolah, rumah sakit, kelurahan, dan beberapa sarana publik dan pemerintahan. Sebelum daerah kami kehadiran tim penilai kebersihan, kegiatan pembenahan dan pembersihan lingkungan seakan menjadi menu sehari-sehari. Aparat pemerintah dikerahkan untuk mendukung target mendapatkan penghargaan piala adipura, semangat menciptakan kebersihan lingkungan menunjukkan arah yang positif. Pada awalnya masyarakat masa bodoh berubah menjadi aktif membersihkan lingkungannya.
Akan tetapi setelah tim penilai merampungkan tugasnya, semangat menciptakan daerah bersih dan sehat kembali luntur bahkan hilang. Kegiatan-kegiatan pembersihan lingkungan sirna bersamaan dengan kembalinya tim penilai, sampai disini saya merasa ada yang salah dengan sistem pemberian penghargaan piala adipura. Saya mencoba mengontak para sahabat saya didaerah lain tentang fenomena ini, oleh para sahabat rata-rata memberikan gambaran sama dengan daerah saya. Sehingga kami menyimpulkan bahwa kesalahan pemberian penghargaan piala adipura terletak pada proses penilaian.
Sistem penilaian yang dilakukan oleh tim penilai yang hanya memakan waktu kurang lebih satu minggu mengakibatkan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah hanya terfokus pada waktu satu minggu tersebut. Setelah waktu satu minggu yang merupakan waktu penilaian selesai, kebanyakan pemerintah daerah tidak berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan kebersihan lingkungannya. Durasi waktu penilaian inilah yang menjadi sumber penyebab nilai penghargaan piala adipura hanya berdampak pada saat penilaian berlangsung, lewat waktu penilaian semangat dan penampakan kebersihan kembali seperti semula yakni sebuah daerah yang tidak memenuhi indikator sebagai daerah peraih penghargaan piala adipura.
Untuk lebih mengoptimalkan efek penghargaan piala adipura, maka sebaiknya sistem penilaian yang selama ini diterapkan perlu ditinjau kembali. Penilaian yang awalnya hanya selama satu minggu dirubah menjadi selama satu tahun. Untuk mendapatkan penghargaan piala adipura, setiap daerah harus memiliki progres yang meningkat dari waktu ke waktu. Waktu satu tahun sudah cukup merubah kebiasaan dan karakter masyarakat dan pemerintah daerah menjadi cinta kebersihan lingkungan, cinta kesehatan dan pada gilirannya dapat menciptakan daerah yang kondusif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesehatan. Sehingga tidak ada lagi daerah yang hanya menjadikan piala adipura sebagai target tetapi kesehatan dan kebersihan lingkunganlah yang menjadi target.
Belum ada tanggapan untuk "Piala Adipura, Bentuk Penghargaan Palsu"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung