Siapakah orang susah yang sebenarnya? Apakah perlambatan ekonomi atau krisis ekonomi berimbas pula pada orang susah? Apakah kenaikan harga sembako juga berimbas pada orang susah? Apakah menumpuknya utang negara juga berpengaruh pada orang susah? Apakah kenaikan harga BBM juga berpengaruh pada orang susah? Apakah pergantian para pemimpin di negara ini juga berpengaruh pada orang susah?
Semua pertanyaan di atas jawabannya adalah tidak ada pengaruhnya terhadap orang susah. Harga BBM melambung tinggi, harga beras meningkat, daging mahal, bawang dan cabai merah tidak terbeli karena mahalnya, bagi orang susah tidak berpengaruh.
Bagaimana mau berpengaruh pada orang susah, daging hanya dinikmati sekali dalam setahun yakni daging kurban, memasak pakai kayu bakar, makanan pokok dari ubi kayu yang ditanam sendiri, masak apapun hanya dibumbui dengan garam, tidak pernah goreng-gorengan apapun di dapur. Semua ini lantaran hidupnya susah, jangankan beli yang disebutkan di atas tadi, beli ikan saja susah. Artinya sebesar apapun kenaikan harga sembako, tetap tidak berpengaruh terhadap orang susah.
Para pemimpin berganti tetap tidak berpengaruh pada orang susah, para pemimpin itu hanya bisa dilihat di televisi, sementara dirumah orang susah tidak ada televisi. Para pemimpin hanya berbagi pada saat mau pemilihan, itupun tidak dapat merubah kehidupan orang susah. Lalu apa pengaruhnya bagi orang susah? Tidak ada, tetap saja susah.
Negara mengalami perlambatan ekonomi, bagi orang susah mau mengalami perlambatan atau bubar sekalian tetap hidupnya susah, uang hanya menjadi hiasan bantal tidur. Bagaimana jika negara mengalami peningkatan ekonominya? Bagi orang susah tetap saja uang diselip dibantal tidurnya. Kesejahteraan yang dialami oleh sebagian besar orang, hanya mimpi penghias tidur siangnya orang susah.
Selama ini kita mendengar bahasa media yang menyatakan bahwa “kenaikan harga BBM dan Mahalnya harga sembako semakin menyusahkan hidupnya orang susah”. Sebenarnya orang susah mana menurut media?
Untuk apa orang susah beli BBM? Memasak saja pakai kayu bakar. Lalu BBM untuk apa? Sekedar untuk diketahui bahwa orang susah tidak pernah bersentuhan dengan BBM. Jika ada orang susah yang meneriakkan harga BBM naik, itu bukan orang susah tetapi orang mampu yang mengalami pembengkakkan pengeluaran akibat kenaikan harga BBM.
Ada lagi yang lucu, ada orang yang menganggap dirinya sebagai orang susah tetapi mereka pakai pakaian yang bermerk, ikan digoreng, sayur ditumis, makanan pokoknya adalah nasi, eh…tidak ketinggalan ada HP di kantung baju atau celananya. Hanya karena susah beli daging dan minyak goreng, mereka digolongkan sebagai orang susah. Apa ini yang namanya orang susah?
Beberapa waktu lalu, media dihebohkan dengan berita tentang warungnya orang susah (miskin) yang ditutup paksa oleh Pol-PP. Entah dimana logika media dan orang-orang yang prihatin di taruh, orang miskin (susah) kok punya warung makan? Setahu saya, orang susah atau miskin beli makanan saja susah apalagi buka warung makan.
Intinya, berhentilah dengan sadar dan berdasar pada hati nurani anda untuk mengeksploitasi kehidupan orang susah (miskin) untuk kepentingan pribadi anda. Mengapa dengan sadar? Karena apapun yang anda lakukan tidak akan pernah diketahui oleh orang susah (miskin), televisi tidak ada, majalah dan Koran tidak pernah berlangganan. Ketika pulang dari kerja di kebun hanya makan dan istrahat tidur menunggu hari esoknya lagi.
Belum ada tanggapan untuk "Tingginya harga sembako tidak berpengaruh pada orang susah, mengapa demikian? Inilah jawabannya!"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung