Kita semua sepakat bahwa demokrasi langsung telah memberi kesempatan kepada semua orang untuk menjadi pemimpin, menjadi wakil rakyat yang menyuarakan aspirasi rakyat berdasarkan daerah pemilihannya. Demokrasi langsung telah merubah pola pikir masyarakat tentang kebebasan berpendapat, berkumpul dalam satu organisasi, tentunya dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara umum.
Akan tetapi dalam prakteknya, harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Pemimpin yang amanah yang merupakan harapan semua orang justru melahirkan para pemimpin yang ambisius, atau wakil rakyat yang hanya memikirkan periuknya sendiri. Hal ini harus kita pahami akibat dari biaya demokrasi yang cukup mahal, untuk menjadi pemimpin membutuhkan modal besar untuk membiayai pergerakan tim, makanya hanya pemimpin yang ambisiuslah yang mampu menjalani proses demokrasi langsung saat ini.
Mudah saja membedakan pemimpin yang amanah dengan pemimpin yang ambisius, pemimpin yang amanah umumnya maju karena atas desakan masyarakat, bagi mereka jabatan adalah hukuman yang membelenggu kebebasannya sedangkan pemimpin yang ambisius adalah mereka yang maju atas kemauannya sendiri, berusaha menciptakan citra positif dimasyarakat, melakukan proses sosialisasi diri secara maraton agar dikenal dan disenangi. Padahal apa yang mereka lakukan hanyalah untuk mengambil hati rakyat. Pemimpin ambisius sangat muda memposisikan dirinya sebagai yang terbaik misalnya “saya adalah pemimpin yang amanah”, “Hanya bekerja untuk rakyat”, “hidup sederhana dan merakyat” dan lain sebagainya.
Pemimpin yang ambisius dapat pula dikenali melalui gencarnya kampanye atau sosialisasi dirinya. Mereka paham bahwa hanya dengan jalan ini, mereka akan dikenal oleh masyarakat. Berapapun besarnya biaya yang dikeluarkannya yang penting tujuan tercapai. Mengapa demikian? Karena selama hidupnya tidak pernah membangun komunikasi dan silaturahmi dengan orang lain. Bandingkan dengan pemimpin yang amanah, walaupun kurang sosialisasi tetapi karena selama hidupnya, komunikasi dan silaturahmi terus berjalan dengan baik. Sifatnya yang selalu membantu dan menjadi orang yang dipercaya sehingga masyarakat lebih mudah mengenalnya.
Kenyataan sekarang, pemimpin yang ambisius mendominasi proses demokrasi langsung. Hal ini karena jembatan untuk menjadi pemimpin juga dikuasai oleh orang-orang yang ambisius pula, orang yang hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, orang yang tidak memiliki kepribadian dan hati nurani. Pemimpin yang amanah akan bertolak belakang dengan praktek-praktek seperti yang terjadi selama ini karena hati dan tujuan mereka hanya untuk mencari keselamatan dunia dan akhirat ketika jabatan tersebut berada dipundaknya.
Jadi, pada intinya masyarakat saat ini tidak memiliki pilihan selain memilih pemimpin yang ambisius, sebab para calon pemimpin dikuasai oleh orang-orang yang ambisius. Sikap dan prilaku, akhlak dan moral bahkan agamanya tidak menjadi pertimbangan lagi, kekuatan uang telah menguasai semua aspek kehidupan, apalagi masyarakatnya juga menjadi bagian dari ketidaksadaran akan pentingnya kehadiran pemimpin yang amanah.
Belum ada tanggapan untuk "Dampak negatif dari demokrasi langsung"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung