Pacaran? Jangan pernah malu kalau anda belum punya pacar tetapi berbanggalah karena kebahagiaan pasti akan menjadi milik anda. Ketahuilah bahwa pacaran merupakan belenggu bagi diri anda. Perasaan anda tidak akan bisa menemukan kebebasan karena selalu menjaga diri, menjaga hubungan anda dengan orang lain. Ketika anda memutuskan untuk pacaran maka ketika itu pula anda telah memberi batas diri anda.
Mengapa saya menyarankan anda untuk tidak pacaran? Sebenarnya bukan saya yang melarang pacaran tetapi Tuhan melalui ajaran agama yang melarang kita berpacaran. Ayat dalam agama merupakan surat-surat yang ditulis oleh Tuhan kepada hambanya, Tuhan Maha Tahu atas segalanya, maka jangan pernah ragukan kebenarannya. Kalau Tuhan sudah melarang kita maka jangan pernah lakukan karena sesungguhnya Tuhan melarang kita demi kebahagiaan dan kenikmatan yang akan kita peroleh.
Ijinkan saya untuk mengilustrasikan soal pacaran. Pacaran ibarat membeli barang secara kredit, menikmati sedikit demi sedikit kenikmatannya, kalau belum lunas maka barang tersebut belum menjadi milik kita, kita akan terus terbebani dengan cicilannya, langkah kita terbatas karena merasa barang tersebut belum menjadi milik kita. Ketika barang tersebut telah lunas, jika dikaitkan dengan hukum ekonomi maka barang tersebut telah mengalami penyusutan nilai. Artinya pada saat anda memiliki penuh barang yang anda cicil, nilainya tidak lagi sempurna. Maka anda pun akan melirik barang baru sebab barang lama sudah tidak menarik lagi di mata anda. Nilainya sudah berkurang.
Suatu barang akan sangat menarik apabila terdapat kejutan, dampaknya terasa sekali dalam hidup kita walaupun barang itu di beli dari pasar loak. Barang yang diperoleh dengan jalan di cicil tidak memberi kejutan karena pikiran kita belum bebas menikmati barang tersebut karena masih tersangkut dengan cicilan. Bandingkan dengan barang yang anda beli secara lunas, pikiran anda terasa lepas, ringan dan bahkan menumbuhkan perasaan memiliki terhadap barang tersebut.
Kembali ke soal pacaran. Pacaran pada prinsipnya ibarat anda sedang membeli barang kredit, terlalu banyak batasan yang anda hadapi sehingga anda hanya bisa menikmati sedikit demi sedikit, pertama sebatas padangan mata, kemudian menebar senyum, dilanjutkan dengan sentuhan tangan, hari berikutnya mulai bertambah lagi dan seterusnya dan seterusnya. Sedikit demi sedikit anda peroleh, kalau sekiranya anda ditakdirkan berjodoh maka sesudah anda mengikrarkan janji pernikahan, tidak ada kejutan pada awal pernikahan anda. Tidak ada dorongan motivasi yang sedang tumbuh setelah pernikahan anda, akibatnya perjalanan pernikahan anda menjadi datar bahkan akan terasa hambar. Mengapa demikian? Karena nilainya telah mengalami penyusutan.
Sebagai catatan bahwa perceraian terjadi karena tidak adanya cinta, perceraian terjadi karena akibat dari kehidupan rumah tangga yang terasa hambar, perjalanan rumah tangga datar-datar saja. Bumbu-bumbu pernikahan tidak tumbuh bersemi selama menjalani pernikahan. Maka jangan heran pasangan yang bercerai di pengadilan di dominasi oleh pasangan yang didasarkan cinta yang tumbuh pada saat pacaran. Ketika mendapat tantangan berupa beban hidup, tekanan kebutuhan dan lain sebagainya berimbas pada menurunnya kualitas cinta yang dimiliki, lama kelamaan cinta semakin memudar, pertengkaran terus terjadi, kesalahpahaman menjadi masalah serius, bahkan mengungkit masa lalu. Semua itu akibat dari tidak adanya nilai kejutan yang anda rasakan mulai dari pacaran sampai dengan selama menjalani kehidupan berumah tangga.
Bagaimana dengan orang yang tidak melalui tahapan pacaran?
Barulah utusan keluarga berencana melamar, perasaan kita sudah deg-deg-gan, perasaan bahagia bercampur penasaran. Pikiran terus melayang, yang dipikirkan hanyalah sesuatu yang membahagiakan, suatu nikmat yang tidak terbatas. Khayalan sampai kesuatu tempat yang dipenuhi oleh segala macam kenikmatan.
Perasaan ini terus terjadi sampai detik-detik akad nikah, perasaan akan lega setelah akad nikah, berikutnya mulai tumbuh benih-benih cinta, pandangan pertama, sentuhan tangan dan seterusnya. Gugup, gemetar dan terjadi goncangan dari dalam diri sendiri, karena akan beroleh sesuatu yang tidak dibatas-batasi. Anda akan menikmatinya tanpa adanya beban, tekanan, perasaan takut dan lain sebagainya. Anda seperti melewati jalan tol yang tiada hambatan, semua bebas anda peroleh seketika itu pula secara penuh.
Benih-benih itu akan terus tumbuh seiring waktu dan kebersamaan anda, kejutan yang tidak terganggu oleh batasan terus berlanjut sehingga memabukkan anda, lupa bahwa ada beban hidup, tekanan hidup, tanggung jawab yang sangat berat di pundak anda. Mengapa? Karena anda sedang dimabuk cinta. Kehidupan rumah tangga anda akan penuh warna, semua warna bersatu padu membentuk satu kumparan yang akan selalu menyelimuti perjalanan rumah tangga anda.
Belumlah hilang candu cinta anda, lahirlah buah hati anda. Kehadirannya semakin menambah bundel-bundel kebahagiaan anda, menumpuk tinggi sampai anda tidak menemukan sedikitpun noda yang mengotori kebahagiaan itu.
Sekedar ingin tanya, bagaimana perasaan anda ketika pacaran? Seperti itulah yang dialami oleh orang yang menikah tanpa melewati tahap pacaran. Bedanya, orang pacaran dirasakan ketika belum menikah.
Mabuk cinta membuat orang bekerja keras demi menyenangkan orang yang dicintainya, kalau semangat ini terjadi pada saat pacaran tentu tidak memiliki nilai karena masih dibawah bayang-bayang orang tua, langkah masih terbatas sehingga dapat dikatakan hasilnya tidaklah sempurna. Sebaliknya apabila ini terjadi setelah anda menikah, semua yang anda peroleh sangat bernilai dan disinilah letaknya kesempurnaan hidup anak manusia.
Maka janganlah mendahului menikmati sesuatu karena tidak ada faedah dan manfaatnya kelak, cepat luntur dan pudar, kalau ini yang terjadi pertanda kehidupan anda tiadalah bahagia selamanya. Buah yang belum matang seenak apapun tidak akan kalah enaknya apabila buah tersebut dinikmati pada saat sudah matang. Lihatlah buah pepaya atau buah pisang, kalau seringkali anda menindihnya sekedar ingin tahu sudah masak atau belum maka pada saat masak, rasanya tidak akan seenak kalau dibiarkan sampai masak. Buah yang selalu diperiksa biasanya cepat habis, umumnya baru matang sedikit sudah dimakannya walau masih mengandung sedikit getah. Akan tetapi buah yang sudah masak selain rasanya nikmat, makan sedikit saja sudah memuaskan kita, dan kebiasaan kita kalau buah itu enak selalu dimakannya sedikit-sedikit sehingga lama baru habis.
Kesimpulannya, Tuhan tidak membuat aturan kalau itu tidak membawa kebahagian bagi hambanya. Setiap aturan yang diturunkan oleh Tuhan pasti akan membawa manusia atau hambanya merasakan nikmatnya hidup sebab Tuhan mencintai keindahan, kebahagiaan dan semua yang tidak menimbulkan keburukan bagi hambanya. Jadi, selagi anda masih disadarkan olehNya maka ikutilah segala petunjukNya dan jauhi semua yang dilarangNya. Hanya dengan jalan itulah kita bisa menemukan hamparan kenikmatan dunia dan akhirat.
Belum ada tanggapan untuk "Percayalah, jangan pernah pacaran demi kebahagiaanmu"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung