Kehidupan yang serba bebas, serba terpenuhi, menyenangkan bahkan setiap harinya saya lalui dengan penuh kebahagiaan membuat aku lupa akan waktu. Aku tidak pernah berhitung berapa usiaku sekarang?
Kesadaranku timbul takkala aku mau menikah, aku harus berhitung usia untuk mengisi kolom usia pada selembar formulir, ternyata usiaku sudah menginjak 34 tahun, bukanlah usia yang menguntungkan karena banyak tugas dan tanggung jawab menanti setelah menikah dimana membutuhkan kehadiranku sebagai kepala rumah tangga.
Kalau ada rejeki maka maksimal 2 tahun kedepan saya sudah punya anak, kemudian bila umur panjang maka sekitar 20 tahun kedepan anakku sudah menyelesaikan pendidikannya di SMA, 20 tahun kedepan usiaku sudah menjadi 54 tahun. Pada usia ini masihkah aku sanggup memenuhi kebutuhan rumah tanggaku?
Dalam hitunganku, pada usia 60 tahun ke atas, anakku baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, ini menunjukkan bahwa kalau aku PNS maka pada saat itu aku sudah masuk pada usia pensiun. Pertanyaannya! Bagaimanakah dengan anak kedua dan ketiga saya?
Ternyata kehidupan yang serba bebas selama bujang hanya menguntungkan takkala kita belum berumah tangga namun semuanya akan berbuah penyesalan apabila kita sudah berumah tangga. Terlalu banyak waktu terbuang percuma ke hal-hal yang sia-sia, sementara kesenangan, kebahagiaan dan kebebasan yang sebenarnya adalah pada saat kita sudah berumah tangga.
Apa yang kita cari selama bujang semuanya tersedia pada saat kita telah berumah tangga, mau cari perempuan atau laki-laki sudah ada yakni istri atau suami. Mau ingin dihibur, pasangan kita siap menghibur, mau ingin jalan-jalan maka pasangan siap menemani. Mau berbagi cerita suka dan duka, pasangan siap mendengar. Bahkan ada kebutuhan yang tidak dapat kita penuhi saat bujang dapat di peroleh setelah menikah. Lalu tunggu apalagi, menikahlah selagi usia kita belum terlambat.
Penyesalan datangnya belakangan, namun kita tidak pernah belajar dari orang-orang terdahulu, kita terjebak pada pengertian sesat bahwa nikmati masa mudamu dengan kesenangan. Kita tidak pernah tahu bahwa penderitaan lebih berat dialami masa tua ketimbang masa muda, banyak orang ingin kembali ke masa muda, namun itu tidaklah mungkin terjadi. Bagi yang masih muda, manfatkanlah masa muda mu untuk kenikmatan di masa tua.
Cobalah untuk di renungkan, fisik mulai lemah, tidak kuat lagi bekerja sementara anak membutuhkan berbagai kebutuhan yang harus di penuhi oleh kita sebagai orang tua. Lowongan kerja diprioritaskan untuk orang-orang yang masih energik, tampan atau cantik, cepat dan tanggap sementara kita datang dengan rambut beruban, keriput, mata rabun dan bahkan sudah mulai pikun. Apakah dengan kondisi ini kita diterima bekerja? Mungkin saja itu terjadi khusus pekerjaan yang berhubungan dengan kotoran atau sampah. Tetapi pekerjaan-pekerjaan yang meninggikan gengsi tidak akan menjadi milik kita sebagaimana kebiasaan di waktu muda, bersih, tampan atau cantik, dan lain sebagainya. Olehnya itu, sadarilah bahwa usia kita semakin hari semakin bertambah, untuk kemudian kita hanya berharap pada uluran tangan dari anak-anak kita kalau mereka masih mau merawat kita jika tidak maka sampai akhir hayat, derita menjadi selimut, tangisan sesal menjadi lagu mengiringi kematian kita yang juga belum tentu menjadi khusnul khatimah.
Belum ada tanggapan untuk "Ternyata usiaku tidak muda lagi"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung