Saya terhentak ketika anakku mengatakan "aku yang belajar bukan kamu". Kenapa begitu mudahnya dia mengatakan demikian sementara saya sedang membimbingnya belajar mewarnai obyek. Cepat saya melakukan refleksi cara saya membimbing, ternyata memang benar saya salah membimbing, saya lebih banyak mengintervensi kreativitasnya, saya terlalu mengatur menentukan warna. Saya pun sadar bahwa dia yang belajar bukan saya.
Indonesia sedang belajar, belajar berdemokrasi, belajar menguasai teknologi yang dikenal dengan transfer ilmu, belajar bertoleransi, belajar mengerti kesulitan dan tekanan rakyatnya, belajar memperbaiki diri dan bersolek atau merias diri, belajar menyempurnakan tatanan kehidupannya serta belajar banyak hal untuk membawa negara ini menuju kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya.
Masalahnya sekarang adalah tidak sekalipun penyelenggara negara berteriak seperti yang dilakukan oleh anakku "kami yang belajar bukan anda". Terhitung sudah 70 tahun Indonesia merdeka, tenaga ahli di semua bidang terutama bidang industri, ekonomi dan pertahanan keamanan serta bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh asing. Bahkan kini pekerjaan yang seharusnya milik masyarakat Indonesia mulai di isi oleh tenaga kerja asing termasuk pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian.
Kalau fenomena ini terus terjadi dan berlanjut maka Indonesia tidak akan pernah "berdikari", Indonesia akan terus ketergantungan. Dengan demikian walaupun Indonesia telah merdeka tetapi Indonesia masih jauh dari kata "berdaulat" apalagi mengharapkan keadilan dan kemakmuran. Oleh karena itu mari kita bersatu untuk mengatakan KAMI YANG BELAJAR BUKAN ANDA.
Belum ada tanggapan untuk "Aku yang belajar bukan anda"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung