Pada kunjungan kerjanya di pelabuhan tanjung priok, presiden Jokowi sempat marah karena proses bongkar muat tidak sesuai harapannya. Jokowi sempat melontarkan pernyataan " ....bisa saja menterinya saya ganti" apakah ini indikasi bahwa dalam waktu dekat akan ada resufle kabinet?
Banyak pengamat menganggap kemarahan Jokowi merupakan upaya pengalihan isu, dimana saat ini ekonomi Indonesia melemah, investasi lesu dan daya beli masyarakat menurun. Pendapat ini bisa ada benarnya dengan melihat tidak adanya kebijakan pemerintah yang dapat mengembalikan kepercayaan publik yang sudah luntur akibat tidak adanya terobosan yang mampu mengendalikan pergerakan ekonomi.
Slogan "kerja,kerja dan kerja" ternyata tidak cukup membawa perubahan nyata. Malah pencitraan semakin menggila, tidak presiden, menteri dan aparat pemerintah, semuanya hanya sukses di media tetapi jauh dalam hal yang nyata. Apakah ini bentuk kegagalan "Jokowi-JK adalah kita"?
Saya pernah membaca sebuah buku bahwa keberhasilan tergantung bagaimana kita memulainya. Sejak pemerintahan Jokowi-JK, apa yang sudah dimulai? Bagi kami rakyat kecil yang tidak mengetahui tentang hukum-hukum ekonomi, jelas indikator kami adalah harga terjangkau, BBM terbeli, mudah dapat uang, dan semua yang membuat kami dapat hidup layak, nyaman, dan damai. Artinya kami dapat menikmati hidup walaupun hanya sehari saja.
Namun apa yang terjadi sekarang? Uang Rp 100 ribu hanya sekali belanja ke pasar. Uang tersebut hanya bisa beli ikan untuk sehari konsumsi, sementara gaji kami hanya berkisar 700 ribu sampai 800 ribu per bulan. Berarti kami hanya bisa makan ikan maksimal hanya seminggu lebih dan pada minggu selanjutnya "puasa ikan". Apakah kondisi ini termasuk dalam program penghematan?
BBM sudah diserahkan kepada pasar, keuntungan yang diperoleh dinamakan kompensasi BBM, program ini untuk meringankan hajad hidup masyarakat ekonomi lemah atau kelompok masyarakat pra sejahtera. Bagaimanakah kabar kompensasi BBM? Sudahkah tersalurkan? dan apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan kompensasi BBM agar tekanan hidup yang kian sulit akibat kenaikan BBM bisa teratasi? Ataukah kami rakyat kecil tidak layak lagi berada di Indonesia seperti para pedagang kaki lima yang tidak bisa lagi beroperasi di wilayah monas? Sementara disisi lain memberi ruang kepada pengusahan besar mengelola monas?
Disaat susu sudah tidak terbeli, Iwan Fals justru kehilangan daya kritisnya, mungkin karena beliau tidak perlu lagi membeli susu karena tidak butuh lagi, Iwan Fals hanya sebagian kecil orang-orang yang dulunya sangat kritis demi rakyat kecil, sekarang apakah mereka sudah kehilangan nuraninya atau sudah buta matanya sehingga tidak bersuara lagi?
Kalau dulu orang-orang yang mengaku aktivis dan bahkan yang baru mengaku aktivis sangat kritis terhadap segala bentuk ketidakadilan, apakah sekarang sudah berubah definisi adil sehingga yang tampak semuanya sudah adil? Bahkan yang bersuara lantang pun ternyata hanya tau kata "setuju" pada saat membahas masalah rakyat. Baru kemudian begitu semangat ketika berbicara tentang kekuasaan. Apakah seserakah itu mereka? Bukankah itu bentuk perbuatan zalim?
Keluarga saya banyak yang berprofesi sebagai petani, hasil panen bisa dikatakan melimpah namun tetaplah sulit untuk dipasarkan. Dimanakah uang yang dulunya berkeliaran di pasar? Apakah mungkin ajakan perbankan yang menghimbau masyarakat supaya banyak menabung telah berhasil? Kalau hanya untuk dikonsumsi, bagaimana mereka bisa meningkatkan kesejahteraannya? Bagaimana pula dengan pendidikan anak-anaknya? Kalau bisa biaya sekolah dibarter dengan hasil tani, mungkin sedikit bisa membantu mereka.
Yang jelasnya, harapan yang tinggi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, semoga marahnya Presiden Jokowi di pelabuhan tanjung priok dapat membawa perubahan bukan hanya sebagai pencitraan.
Belum ada tanggapan untuk "Jokowi marah di tanjung priok"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung