Saya masih ingat pada saat pengiriman kontingen peserta Jambore Nasional, para peserta kontingen di dominasi oleh anak dan titipan dari para pejabat, atau mereka-mereka yang berperan di organisasi kepramukaan. Ada kebanggaan dari anak-anak tersebut karena telah mewakili daerahnya, ada kebanggaan pula dari para orang tua atau si penitip karena anak-anak mereka mengikuti kegiatan dimaksud.
Kondisi ini terjadi pada hampir semua bidang, anak dipaksa untuk melakukan sesuatu yang melebihi kemampuannya, mereka diberi beban yang sebenarnya belum mampu mereka pertanggungjawabkan. Dampaknya, secara perlahan dan tentunya tidak dapat dipantau perubahaannya karena terbungkus oleh perkembangan usia, anak-anak ini akan mengalami gangguan secara psikologis. Gangguan ini mempengaruhi kemampuan dan kecakapan hidupnya dalam melakukan sosialisasi diri, kemandirian, bahkan pada tataran tingkat kepercayaan dirinya.
Ego, harga diri dan ambisi serta kebanggaan telah mengorbankan masa depan anak, tujuannya baik yakni untuk melatih anak namun pengaruhnya justru menimbulkan kerusakan mental pada anak. Beban orang tua bukannya bertambah ringan dalam hal didikan melainkan justru bertambah berat karena mengajarkan anak tidak pada tempat anak itu seharusnya.
Marilah kita mengingat kembali bagaimana anak belajar jalan, seandainya orang tua terus menuntun anak belajar jalan tanpa pernah melepas mereka atau karena sayangnya terhadap anak sehingga selalu digendong karena takut terjatuh, maka apakah anak tersebut dapat jalan sendiri?
Posisi orang tua terhadap anak seharusnya adalah mengawasi, memantau, membimbing, mengarahkan dan mendidik bukan memberi jalan. Memberi jalan merupakan tindakan yang salah, karena memberi jalan pada prinsipnya menutup kemampuan anak untuk menemukan jalannya sendiri. Memberi jalan sama halnya dengan menciptakan manusia yang berjiwa robot, memiliki kemampuan melakukan sesuatu tetapi tidak mampu menciptakan perubahan pada dirinya.
Kebanggaan sesungguhnya adalah bukan bagaimana anak menjadi yang terbaik karena yang terbaik dapat dikondisikan sesuai kebutuhan atau keinginan tertentu tetapi bagaimana anak menciptakan perubahan. Kemampuan anak menciptakan perubahan merupakan indikasi bahwa anak tersebut dapat melakukan sesuatu yang berdampak positif bagi dirinya dan bagi orang lain termasuk orang tuanya. Kelemahan anak pejabat yang selalu diberi jalan oleh orang tuanya atau anak titipan yang selama ini terjadi adalah prilaku ketergantungan. Mereka selalu kesulitan memenangkan persaingan akibat sifat ketergantungan kepada orang tuanya. Secara emosional, mereka tidak matang, mereka tidak akan mampu menempatkan dirinya pada deretan orang-orang terbaik kelak. Persaingan hidup bukannya semakin ringan, persaingan hidup semakin berat. Deretan penghargaan yang dipaksakan tidak akan mampu memenangkan persaingan, pemenang dari persaingan sesungguhnya adalah segudang kompetensi yang dimiliki oleh anak tersebut.
Kompetensi inilah yang akan menopang anak untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya, yang akan membawa anak pada tempat sesungguhnya. Sebuah tempat yang “dirinya banget”, tempat yang dikuasainya. Hal ini akan membawa anak untuk selalu berada pada ruang dan waktu kehidupan yang sebenarnya.
Jadi, jangan pernah bermain-main dengan masa depan anak. Bentuklah anak anda sesuai dengan tingkat kemampuannya, jangan dipaksakan walaupun anda adalah seorang pejabat atau memiliki kesempatan untuk melakukannya. Jangan memberi sesuatu yang tidak seharusnya mereka miliki, jangan menjadikan mereka alat atau media kebanggaan atau luapan ego, harga diri dan ambisi sesaat. Saya katakan ini bukan karena cemburu tetapi saya hanya sedih karena begitu banyaknya anak pejabat yang pada awalnya membanggakan justru seiring waktu menuju kedewasaan anak tersebut tidak mampu melakukan sesuatu yang diharapkan. Sebagian lagi setelah sadar akan kemampuannya, anak-anak yang diperlakukan “istimewah” tersebut umumnya “menarik diri” dari kehidupan sosial akibat beban yang sangat berat ketika mengingat masa lalunya. Mereka memandang hidupnya bagaikan dalam penjara, terlalu banyak jeruji kehidupan menghalanginya, mereka melihat setiap tatapan seperti menanti sebuah tanggung jawab moral yang butuh pembuktian terbaik, jadilah mereka hidup diantara dua kondisi yang tidak mampu mereka ilustrasikan apalagi untuk menempatkan dirinya dalam “bagian kehidupan” yang sesungguhnya.
Belum ada tanggapan untuk "Inilah bahaya yang paling merusak bagi anak pejabat atau anak titipan karena pengaruh ego, harga diri dan ambisi sesaat"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung