Secara fisik, rakyat Indonesia tidak kalah dengan China, Thailand, Jepang, Brazil, Argentina, Korea Selatan dan lain-lain, bahkan rakyat Indonesia memiliki keunggulan dari negara tersebut seperti mental dan jiwa nasionalisme. Akan tetapi jika dipandang secara khusus dari semua aspek kehidupan, rakyat Indonesia tertinggal jauh dari yang lain. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Indonesia?
Baik SDM maupun SDA, Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa, Indonesia merupakan salah satu negara yang berlimpah dalam semua aspek kehidupan. Akan tetapi mengapa pula Indonesia masih dalam kategori negara berkembang, levelnya pun masih belum jauh meninggalkan level negara miskin.
Padahal semua syarat untuk menuju negara maju dan sejahtera telah terpenuhi. Bayangkanlah, Indonesia memiliki jutaan ton emas yang menjadi simbol devisa negara, Indonesia memiliki ribuan tenaga kerja yang siap mengisi berbagai jenis pekerjaan, Indonesia memiliki luas wilayah yang mampu memberi ruang gerak kepada rakyatnya untuk memainkan perannya sesuai dengan keahliannya, Indonesia memiliki ribuan obyek wisata yang siap melepas kejenuhan setiap rakyatnya setelah bergelut dengan pekerjaannya, Indonesia memiliki sumber pangan, sandang dan papan yang siap memenuhi kebutuhan rakyatnya, Indonesia memiliki sumber air yang melimpah, wilayah laut yang luas. Intinya, Seharusnya Indonesia menjadi negara mandiri, negara yang segala kebutuhannya bisa terpenuhi didalam negeri tanpa harus menggantungkan hidupnya dengan negara lain.
Ironisnya lagi, untuk mengisi skuad tim nasional sepakbola yang jumlahnya hanya 11 orang, Indonesia justru kalah dengan negara kecil misalnya Singapura, Brunei, Vietnam, dan kini Kamboja. Padahal jumlah rakyat Indonesia sekitar 200 jutaan. Apa yang sebenarnya terjadi?
Berdasarkan pengamatan saya, salah satu yang membuat Indonesia tidak bisa berkembang dengan baik adalah akibat terlalu memandang sesuatu sebagai sebuah proses untuk meraih prestasi dan keuntungan pribadi. Kita terlalu bangga ketika memperoleh penghargaan, lihatlah dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah daerah, semua berlomba melakukan segala sesuatu demi untuk mendapatkan penghargaan, maka ditempuhlah berbagai macam cara.
Hal ini pula berimbas pada perkembangan olahraga, semua cabang olahraga tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang, pembinaan hanya ditujukan untuk mendapatkan prestasi sehingga melupakan karakter dan kepribadian bangsa. Lihatlah sepakbola, tidak ada karakter khusus yang dimiliki, bandingan dengan negara-negara yang sudah berprestasi seperti Jerman, Spanyol, Brazil, Argentina, Italia, Belanda, dan lain-lain. Di Asia ada Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi kini Cina mulai merangkak naik. Khusus Asia Tenggara, Thailand sangat sulit sekali dikalahkan, kini Malaysia, Philipina, Vietnam dan Singapura sudah mulai meninggalkan Indonesia. Mereka memiliki karakter masing-masing, Indonesia?
Masalah sepakbola Indonesia adalah bukan karena minim prestasi, melainkan karena tidak adanya karakter yang dimiliki, pola permainan monoton, kurang variatif, dan lebih banyak tindakan yang tidak sportif. Semua yang terlibat dari manajemen, pemain bahkan pemerintah hanya menatap satu tujuan yakni prestasi.
Jika pemerintah dan semua insan sepakbola ingin meraih prestasi yang tinggi maka budayanya dulu yang mesti diperbaiki. Selama ini sepakbola dan termasuk olahraga lain hanya diperhadapkan dengan kata “menang atau kalah”, itu sudah terbentuk sejak usia dini. “Yang namanya pertandingan pasti ada yang menang dan ada yang kalah”, jika ini terus dibiarkan maka sudah dapat dipastikan Indonesia susah untuk berprestasi.
Paradigma ini mesti dirubah, olahraga sebagai prestasi harus dirubah. Mengapa demikian? Karena ternyata telalu besar beban dan tekanan yang diterima para atlet atau pemain saat menghadapi pertandingan, fokus mereka hanya satu yakni prestasi tanpa memperhatikan siapa lawan mereka dan bagaimana pula kemampuan mereka. Konsentrasi ini membuat para atlet atau pemain menjadi tidak maksimal.
Seharusnya, olahraga diarahkan sebagai hiburan, jika perlu semua olahraga menjadi hiburan rakyat. Semua pemain atau atlet yang bertanding semata-mata hanya untuk menghibur rakyat, bukan mengejar prestasi. Jika olahraga sudah berkembang menjadi hiburan rakyat maka dapat dipastikan perkembangan olahraga semakin pesat, pembinaan mudah dilakukan karena bibit muda terus tumbuh seiring munculnya kebanggaan menjadi penghibur bagi masyarakat umum melalui olahraga.
Olahraga menjadi hiburan rakyat, dapat menggerakkan sektor ekonomi kecil, ekonomi kerakyatan sehingga pada akhirnya dapat melahirkan jutaan lapangan pekerjaan. Ekonomi kreatif akan tumbuh bersama tingginya gairah masyarakat setiap menyaksikan pertandingan-pertandingan olahraga, hal ini hanya bisa terwujud bilamana olahraga diarahkan menjadi hiburan bukan prestasi.
Coba banyangkan seandainya para pemain sepakbola melakukan aksi-aksi brilian, memainkan si kulit bundar dengan sangat apik, melewati para pemain lawan yang kebingungan menyaksikan aksi itu, pemandangan ini akan sangat menghibur para penonton dari pada memperoleh “bola gol” dengan jalan “diving” di kotak penalti lawan dengan harapan memperoleh hukuman penalti.
Ketika olahraga telah menjadi hiburan rakyat, masyarakat tidak akan segan-segan mengeluarkan biaya untuk menyaksikan setiap aksi para pemain. Mereka pun rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar seseorang demi mendapatkan hiburan. Brazil pada awalnya menjadikan sepakbola sebagai hiburan, kepuasan penonton nomor satu, prestasi nomor terakhir. Akan tetapi dampaknya justru dengan begitu kualitas para pemainnya menjadikan mereka selalu berada di puncak prestasi dunia sepakbola. Kini perubahan di Brazil telah menurunkan prestasi mereka, yang awalnya hanya hiburan menjadi mengejar prestasi. Akibatnya, Jerman mampu mempermalukan mereka dikandang sendiri dengan skor telak pula.
Memandang olahraga, tidak bisa dipandang dari sudut prestasi melainkan dari sudut hiburannya. Semangat diciptakannya berbagai bentuk permainan bukan untuk prestasi tetapi untuk menghibur rakyat dan menciptakan pola pikir sehat. Olahraga prestasi dapat menghilangkan tujuan itu, beban dan tekanan bagaikan virus yang setiap saat siap melahirkan penyakit baru bagi para atlet dan pemain olahraga termasuk para penontonnya akibat rasa penasaran dan tidak siapnya menerima kekalahan.
Coba seandainya olahraga dipandang sebagai hiburan. Siapapun yang menang, bukan itu tujuannya karena yang diharapkan hanyalah sisi hiburannya. Semakin baik para atlet atau pemain menunjukkan kemampuannya maka semakin puas para penontonnya, semangat kedaerahan yang selama ini terlalu mengintervensi sportifitas permainan tidak akan tampak pada saat olah raga telah menjadi huburan. Hiburan yang baik adalah ketika yang bertanding sama-sama mengeluarkan keahlian dan keterampilannya dengan maksimal. Yakinlah, kedepan olahraga dengan sendirinya akan melahirkan banyak prestasi sebab para atlet dan pemain terbiasa ingin menunjukkan yang terbaik dan maksimal kepada para penonton.
Belum ada tanggapan untuk "Pentingnya merubah orientasi olahraga dari olahraga prestasi menjadi olahraga hiburan rakyat"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung