Tahun ini, kurang lebih 300-an daerah akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, beberapa calon bersaing memperebutkan kursi 01, persaingan begitu ketat sehingga segala cara dilakukan guna memuluskan setiap langkahnya. Siapakah mereka yang pantas dipilih?
Kalau anda perhatikan spanduk, baleho dan jumpa konstituen atau pemilih, hampir tidak seorangpun calon kepala daerah yang menyajikan program, janji dan bentuk lain yang tidak menarik. Semua mengandung optimisme tinggi dan bahkan melampaui batas logika berpikir dan batas kenormalan serta kewajaran. Uniknya, pemilih umumnya tertarik dengan pemanis kata tersebut sehingga seolah-olah calon kepala daerah itu bagaikan manusia super yang bisa menuntaskan semua harapan sesuai bunyi dan kalimat pada alat peraganya.
Kita seharusnya sudah banyak belajar dari pengalaman selama ini, bukannya saya pesimis namun kenyataan menunjukkan bahwa kegagalan selalu didahului dengan optimisme yang berlebihan oleh ajaran agama disebut dengan takabur. Ketika calon pemimpin sudah takabur maka pertanda bahwa dia tidak membawa kebaikan bagi yang dipimpinnya. Jadi, jangan menyesal ketika harapan tidak sesuai kenyataan sebab membuat harapan menjadi nyata tidak semudah menuliskan kata-kata di sebuah baleho, spanduk atau alat peraga kampanye lainnya.
Lalu siapakah yang pantas dipilih? Apakah yang dimaksud adalah pemimpin yang merakyat? Baiklah, kalau ada calon kepala daerah dalam slogannya adalah pemimpin yang merakyat, jangan di pilih karena itu adalah bentuk kesombongan seseorang, belum ada sejarahnya pemimpin yang merakyat yang berhasil memimpin suatu daerah atau negara. Yang ada adalah rakyat yang menjadi pemimpin, mereka adalah orang-orang yang dibesarkan dibawah tekanan dan kesulitan, mereka sangat memahami harapan rakyat kecil karena mereka mengalaminya sendiri, mereka selalu berusaha agar rakyat tidak mengalami apa yang telah dia rasakan, mereka adalah termasuk orang-orang yang terbiasa bekerja. Mereka tidak pernah mengatakan "ayo kerja, kerja dan kerja" tetapi mereka mengatakan "mari kerja", segala ucapannya mengandung contoh dan teladan, mereka menghindari "mengajak" orang lain tetapi mereka memulai sesuatu dan menyelesaikannya sampai tuntas.
Saya seringkali mengatakan pada teman-teman bahwa pemimpin yang berhasil dapat dilihat dari cara kerja tim suksesnya, penempatan alat peraganya, dan seberapa besar modal yang dimilikinya dalam membiayai pencalonannya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik tergantung niatnya, calon pemimpin yang akan gagal dalam memimpin adalah mereka yang melakukan segala cara demi mencapai tujuannya. Tim suksesnya di dorong untuk bekerja dengan cara-cara tidak baik yang berujung pada kampanye hitam, untuk menarik dan mendekatkan dirinya kepada pemilih maka mereka akan menempatkan alat peraga kampanyenya disembarang tempat. Membeli suara rakyat, calon pemimpin yang membeli suara rakyat adalah tipe pemimpin pembohong, mereka memaksakan kemampuannya melebihi kesanggupannya. Pada umumnya mereka telah menggadai daerah ke pemilik modal besar, tentunya ada deal-deal politik yang menguntungkan bagi donatur ketika terpilih, yang rugi adalah rakyat kecil. Masihkah kita memilih pemimpin demikian? Sangat disayangkan karena sebagian saudara kita hanya memandang selembar uang merah bukan kepentingan daerah, mereka belum memiliki kesadaran sehingga harga dirinya dipertaruhkan dan mau merendahkan dirinya sebagai manusia yang bermartabat.
Sebagai pemilih pandai-pandailah membaca situasi dan karakter calon pemimpin dan jika perlu telusuri rekam jejaknya. Calon pemimpin banyak yang seperti bunglon, mereka berusaha mengambil hati rakyat dengan segala cara, karakter asli di sembunyikan untuk mengelabui para pemilih. Lihatlah bagaimana kelakuan para anggota dewan pada pemilihnya setelah terpilih, bagaimana pula dengan para kepala daerah yang terpilih setelah menduduki jabatan atau para pejabat negara. Hanya pada saat membutuhkan dukungan pemilih mereka tampak peduli dan simpati serta tenggang rasa dengan pemilihnya, selebihnya mereka takkan tersentuh.
Cukupkanlah pengalaman masa lalu sebagai pelajaran, jadikanlah momen pilkada serentak ini sebagai langkah menuju masa depan yang lebih baik buat kita dan anak cucu kita. Ingatlah, perbuatan kita akan menjadi gambaran yang dirasakan oleh anak cucu kita, semakin baik maka semakin baik pula kehidupan mereka kelak sebaliknya kita berperan meredupkan senyum mereka dengan warisan keburukan dan kehancuran. Wassalam.
Belum ada tanggapan untuk "Pemimpin yang pantas di dipilih dalam pilkada serentak"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung