Beranda · Pendidikan · Politik · Pemerintahan · Kesehatan · Ekonomi · Life · Manajemen · Umum

Cara agar pot bunga jenis plastik tidak mudah pecah/retak

Salah satu elemen penting dalam merawat bunga adalah pot. Umumnya pot yang dipakai berbahan plastik, semen dan bahkan aluminium. Khusus pot yang berbahan plastik, daya tahannya hanya berkisar antara 2 - 5 tahun. 

Agar pot bunga berbahan plastik tersebut dapat dipakai lama, atau tidak mudah pecah maka cara berikut bisa mengatasi permasalahan ini.

Hal yang harus dilakukan adalah membungkus pot bagian dalam dengan kertas aluminium foil, tujuan agar air untuk menyiram bunga tidak membasahi pot, karena air tersebut dapat menurunkan daya tahan pot yang berbahan plastik.

Dengan cara ini, pot dapat bertahan sampai diatas 10 tahun, selain itu, penggunaan bahan aluminium foil juga memudahkan kita pada saat mengganti tanah. Ingat, penggantian tanah secara berkala sangat membantu pertumbuhan bunga. Salah satu faktor yang membuat bunga mengalami stres adalah karena tanah pada pot tidak lagi memberi kenyamanan pada bunga.

Itulah trik khusus yang selama ini saya gunakan sehingga pot bunga yang saya miliki, awet sampai sekarang. Selamat mencoba

Artikel keren lainnya:

Tolong Berhentilah berlindung di balik isu sensitif

Di tengah tingginya sentimen negatif terhadap pemerintah, menurunnya tingkat kepercayaan msyarakat terhadap pemerintah, lemahnya penerimaan negara, pencabutan subsidi, pajak semakin tinggi dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola utang negara telah memicu gejolak sosial. Hal ini berdampak luas, ekonomi terganggu, politik gaduh, sampai pada kedaulatan negara tergadai, mengakibatkan program pembangunaan berjalan kurang maksimal.

Melihat situasi dan kondisi yang seperti sekarang ini maka wajarlah jika masyarakat merasa khawatir, beberapa keputusan DPR tidak dijalankan oleh eksekutif, disisi lain kebijakan pemerintah terutama terkait hajat hidup orang banyak diputuskan tanpa sepengetahuan DPR. Misal, pencabutan subsidi BBM, kenaikan TDL , impor bahan pangan, perpanjangan kontrak Freeport dan lain sebagainya.

Kekhawatiran pun semakin menjadi-jadi jika menilik semakin agresifnya pemerintah melalui berbagai perppu, berbagai tindakan kepolisian yang tidak memberi rasa adil. Hukum hanya tegak pada kelompok masyarakat tertentu, sementara kelompok lain memperoleh keistimewaan berupa perlindungan hukum.

Pada masa lalu, semua lembaga negara saling bersinergi, saling menguatkan dan selalu menjaga komunikasi sehingga tetap taat pada etika maupun etiket dalam bernegara. Pejabat negara selalu menjaga lisannya, menjaga amanah dengan baik, bekerja untuk semua kelompok dan lain sebagainya.
Sangat berbeda apabila dibandingkan dengan sekarang ini, tong kosong nyaring bunyinya. Pencitraan bunyi dimana-mana, kekuasaan begitu dominan mengakibatkan kehidupan bernegara menjadi terganggu. Semangat kebhinekaan dan toleransi menjadi isu politik yang paling ampuh untuk membungkam kelompok lain. Di sini semangat berdemokrasi dipertanyakan!

Negara wajib memiliki pemerintahan, pemerintahan merupakan sistem yang dibangun atas dasar kebersamaan guna menjamin kehidupan bernegara. Pemerintahan lahir melalui semangat berdemokrasi, olehnya itu ketika demokrasi terganggu atau demokrasi menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan maka sistem pemerintahan tidak dapat berjalan normal. Olehnya itu diaturlah sistem ketatanegaraan untuk menjamin setiap warga negara mendapatkan keadilan.

Akan tetapi ketika pemerintah yang berkuasa melakukan tindakan dengan menabrak sistem tersebut, itu menunjukkan bahwa negara sedang mengarah pada sistem monarki, walaupun berbungkus demokrasi. 

Sudah pasti dapat menimbulkan gejolak sosial yang mengganggu jalannya pemerintahan. Untuk bisa menjalankan program kerjanya, pemerintahan seperti ini biasanya menggunakan isu-isu sensitif dengan harapan baik kontrol maupun pengawasan terhadap kebijakan yang menyimpang luput dari perhatian publik.

Apa yang terjadi saat ini sudah memberi gambaran, isu sara sengaja dikembangkan. Inilah sehingga negara kita selalu gaduh, disisi lain pemerintah justru melakukan tindakan yang tidak populis seperti pencabutan subsidi BBM, perpanjangan kontrak Freeport, kriminalisasi ulama, terbitnya beberapa perppu yang membuat rancuh hukum pada sistem ketatanegaraan, perlindungan hukum bagi kelompok tertentu, utang yang tidak jelas peruntukannya dan lain sebagainya.

Strategi ini merupakan produk lama, dimasa kerajaan, strategi ini cukup ampuh untuk membungkam rakyat jelata sehingga mereka mau menyerahkan upeti, tenaga, waktu bahkan hidupnya kepada penguasa saat itu. Perbedaannya, waktu itu menganut sistem monarki sedangkan sekarang menganut sistem demokrasi modern. 

Adalah suatu kemunduran apabila demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah ini harus kembali ke masa lampau. Sistem monarki atau kekuasaan bersifat absolut tidak akan pernah berhasil bila diterapkan di negara demokrasi. Mungkinkah neraca keuangan negara yang negatif ini adalah dampak dari dipaksakannya sistem monarki? Andaikan benar maka untuk menutipi defisit anggaran harus melalui utang G to G atau melalui cara lain seperti terbitnya SUKUK dan SUN berjangka juga bernama utang.

Artikel keren lainnya:

Karena cintanya di tolak keluarga, akhirnya dia menjadi jutawan karena melakukan ini. Keluarga pacar pun menyesal!

Nasib seseorang memang tidak ada yang tahu, misalnya saja Subhan. Maaf karena ini kami angkat dari kehidupan Subhan yang sebenarnya sehingga kami harus mengikuti kemauan beliau dalam menulis cerita ini diantaranya adalah merahasiakan tempatnya.  

Sebelum kehidupannya berubah, Subhan sehari-hari menghabiskan waktunya di salah satu pulau kecil, pulau tersebut merupakan salah satu destinasi wisata di daerahnya. Di pulau ini, berdiri beberapa resort atau villa milik turis mancanegara dan kaum tajir di daerahnya. Keunggulan pulau ini adalah selain memiliki pantai dengan pasir putih yang mengelilingi pulau, lautnya memiliki terumbu karang yang terjaga kelestariannya, sampai hari ini terumbu karangnya masih asli. Keindahan lainnya adalah warna lautnya, laut disekitar pulau ini terdiri atas tiga warna yakni biru, hijau dan merah.

Di pulau ini, Subhan bekerja dengan sukarela membersihkan sampah yang berserahkan di pantai dan sampah plastik yang di laut. Dia melakukannya tanpa terpaksa, tanpa mengharapkan imbalan, tanpa ingin dipuji tetapi dia melakukannya semata-mata karena kecintaannya pada alam karena dia merasa bahwa peristiwa pahit yang pernah dialaminya adalah bagian dari kurangnya rasa syukur terhadap nikmat Tuhan yang diberikan padanya. Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana dengan kehidupannya? 

Subhan pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis dikampungnya, gadis tersebut dipacarinya sejak SMP. Rencananya setelah sang pacar menyelesaikan pandidikan SMA nya, Subhan akan melamarnya. Namun karena melihat kondisi Subhan yang tidak sekolah, dari keluarga kurang mampu, membuat keluarga sang pacar tidak merestui hubungan mereka. Segala cara dilakukan agar hubungan mereka putus. Mulai dari menyekolahkan pacarnya jauh dari kampung halamannya, menyita HP sang pacar dan lain sebagainya. Bahkan kembali mengungkit strata keluarga, dimana keluarga Subhan dianggap dari strata yang hina sementara sang pacar dari keluarga dengan strata bangsawan.

Hubungan mereka sebenarnya tetap bertahan walaupun mendapatkan rintangan bertubi-tubi dari keluarga sang pacar. Hingga akhirnya kejadian memilukan terjadi, gadis yang dipacarinya sejak SMP dipaksa menikah oleh keluarganya. Kemudian mereka pindah ke daerah lain atas saran dari keluarganya. Peristiwa ini rupanya membuat Subhan kehilangan harapan hidupnya, pada akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang orang lain tidak mungkin dilakukannya. Dia memutuskan untuk menghambakan dirinya pada ciptaan Tuhan yakni alam, maka mulai saat itulah dia bekerja membersihkan pantai dan laut di salah satu pulau wisata tersebut, dengan harapan suatu saat dia bisa melihat kembali sang pacar ketika mereka ingin berwisata di pulau tersebut.

Tuhan memang maha tahu apa yang direncanakannya pada hambanya, Subhan sangat dikenal di pulau tersebut, setiap hari dia mendapatkan makanan dari para turis atau orang-orang tajir yang memiliki resort atau villa di tempat tersebut. Bahkan Subhan pula, dihadiahi sebuah speed boad untuk menunjang pekerjaannya. Sampai suatu ketika, karena ketekunan dan kerajinannya, karena kesukarelaannya selama menjalani aktivitasnya, seorang turis memberi dia sebuah amplop.

Amplop tersebut sangat tipis, sehingga oleh Subhan dianggapnya sebagai surat biasa. Namun raut muka Subhan berubah ketika tiba dirumahnya. Subhan kaget bukan main saat membuka amplop tersebut, ternyata isinya adalah selembar cek, nilainya tidak main-main yakni Rp. 250 juta rupiah. Subhan teringat dengan pesan turis tersebut “Subhan, baca baik-baik isi amplop ini, kalau sudah paham tolong gunakan dengan sebaik-baiknya, karena ini adalah untuk kamu”.

Woow…artinya 250 juta itu untuk saya?” kata Subhan dalam hati.

Ternyata, bukan hanya turis tersebut yang memberi hadiah kepada Subhan, tetapi hampir semua para pemiliki resort dan villa dipulau tersebut ikut melakukannya. 

Sungguh rahasia Tuhan tidak ada yang tahu. Subhan yang sebenarnya tidak berpendidikan, dari keluarga sederhana, dan seorang yang tidak memiliki masa depan kini menjadi jutawan. Semua orang yang pada awalnya mencibir beliau kini menaruh hormat padanya termasuk keluarga sang pacar yang tidak merestui hubungan mereka.

Artikel keren lainnya:

Resufle kabinet lagi, 2 tujuan resufle kabinet yang saya pahami

Saya masih ingat bagaimana guru SD dulu selalu menyuruh kami untuk menghafal nama-nama menteri, bagaimana dengan sekarang? Sepertinya anak SD kesulitan menghafal nama-nama menteri, apalagi pemerintahan sekarang yang doyan ganti-ganti menteri.

Entah sudah berapa kali pergantian kabinet, yang jelasnya pergantian kabinet biasanya dimaksudkan untuk 2 hal:

  1. Resufle kabinet dimaksudkan untuk melakukan penyegaran kinerja kabinet yang dianggap lemah. Selain itu, kabinet yang dinilai sudah jenuh karena padatnya pekerjaan meembutuhkan suntikan tenaga baru dan pemikiran baru. Suatu pemerintahan dalam rentang periode tertentu dalam kerjanya selalu mengacu pada visi dan misi presiden, sehingga dibutuhkan pembantu-pembantu presiden yang memahami konteks dari visi misi tersebut.
  2. Di era demokrasi yang menganut sistem pemilihan presiden secara langsung, dibarengi dengan kompromi politik, masing-masing kelompok memiliki target yang harus dicapai, target tersebut diwujudkan melalui komunikasi politik yang outputnya antara lain pembagian jatah menteri, proyek dan lain sebagainya.


Fenomena saat ini dimana kembali digulirnya isu resufle kabinet dapat dicurigai sebagai bagian dari poin 2 di atas, apalagi pemilihan presiden tidak lama lagi, sehingga kesepakatan awal mesti direalisasikan.

Artikel keren lainnya:

Generasi asam

Sejatinya setiap manusia memiliki identitas, kepribadian yang berbeda secara karakter, sikap dan perilaku yang berbeda pula. Namun dalam perkembangannya, kehidupan menuntut kita untuk melakukan hal yang sama, bahkan diluar kebiasaan, norma dan adab yang berlaku dalam struktur masyatakat sosial.

Perubahan budaya masyarakat mendorong kita melakukan penyesuaian terhadap pola hidup yang sebenarnya bertentangan dengan struktur budaya kita. Hal ini melahirkan budaya baru, sebuah budaya yang mampu merubah sendi-sendi kehidupan, yang bisa mempengaruhi cipta, rasa dan karsa manusia. Budaya yang memisahkan kearifan lokal dengan kepribadian bangsa. Budaya inilah yang dimaksud dengan budaya asam.

Gaya hidup modern menyajikan unsur erotisme yang tinggi, tanpa ada filter ketat akan berdampak pada ketimpangan perilaku sosial, minimal terjadi perselingkuhan budaya. Nilai-nilai yang seharusnya di tumbuhkembangkan melalui proses pelestarian dan pembiasaan sirna oleh pemenuhan kebutuhan hartaisme, sehingga lambat laun merubah pola pikir masyarakat yang pada akhirnya timbul kebiasaan baru di masyarakat.

Budaya baru yang lahir ditengah masyarakat modern, cukup mendapat respon positif bahkan terkesan menggulung budaya tradisional. Sikap dan prilaku masyarakat yang lebih terbuka terhadap adanya gaya hidup baru mendorong cepatnya daya terima masyarakat. Apalagi pola pikir masyarakat yang semakin liberal semakin memburamkan budaya leluhur yang telah menjadi kepribadian bangsa sejak dulu.

Apabila budaya asam terus berkembang tanpa dibarengi dengan kontrol maupun pengawasan melekat pada diri setiap manusia maka dapat dipastikan bahwa kedepan kita akan kehilangan karakter dan kepribadian bangsa. Upaya pemerintah melalui pendidikan karakter dan revolusi mental tidak akan memberi pengaruh terhadap berkembangnya budaya asam.

Sementara disisi lain, berbagai kebijakan jauh dari semangat kearifan lokal, tidak memperkuat sisi karakter dan nilai-nilai kepribadian bangsa. Kebijakan umumnya bernafaskan nilai-nilai liberal, terlalu kuat kepentingan kelompok tertentu terhadap jalannya pemerintahan, hal ini sangat berdampak pada program pembangunan. Program pembangunan tidak menjawab persoalan bangsa, bahkan cenderung menimbulkan konflik baru dalam kehidupan sosial, negara menjadi alat atau sarana demi melegalkan kepentingan tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa setiap program tidak menyentuh persoalan dan kebutuhan bangsa yang paling mendasar.

Sebagai lakon utama dalam pembangunaan, generasi muda diharapkan mampu memainkan peran strategis, sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak, sudah saatnya generasi muda yang mengelolanya. Namun demikian, dalam pengelolaannya harus selalu memperhatikan asas manfaatnya sehingga tidak justru menjadi alat bagi kepentingan kelompok tertentu. Generasi muda diharapkan jauh dari pengaruh budaya asam agar tidak menjadi generasi asam dimasa mendatang.

Artikel keren lainnya:

Cara menambah jumlah subscribe di Youtube, facebook dll, paling spektakuler, mudah dan gratis

Mengelola chanel di Youtube sangat menarik, beberapa dokumen video anda dapat disimpan secara gratis tanpa memerlukan biaya perawatan. Akan menarik lagi apabila channel tersebut disukai banyak orang, banyak yang melakukan subscribe terhadap channel anda.

Lalu apa keuntungan banyak subscribe pada channel di youtube? Subscribe bisa dikatakan sebagai pengikut, video-video yang anda upload langsung dikirim kepada subscriber, sehingga memungkinkan mereka untuk membuka video anda. Ketika video banyak yang tonton, dapat menambah gairah dan memuaskan hati kita sebab video mendapat pengakuan dan disukai banyak orang. Artinya apa yang kita bagikan tidaklah sia-sia.

Nah…lalu bagaimana menambah subscribe secara cepat? Ada website yang bisa membantu kita untuk mengatasi masalah ini, fungsinya memang dibuat hanya untuk membantu kita untuk menambah subscribe atau pengikut.

Catatan: anda juga dapat memperbanyak follower di Twitter, google+ bahkan di facebook.

Adapu caranya adalah:
  1. Buka websitenya dengan cara Klik YOULIKEHITS
  2. Setelah website youlikehits terbuka, anda harus mendaftar, isikan email, username, dan password. Jangan lupa isi pula nomor uniknya.
  3. Apabila proses pendaftaran anda berhasil, maka selanjutnya buka email anda, disana akan secara otomatis anda mendapatkan email balasan dari youlikehits, email ini memuat alamat untuk melakukan verifikasi akun anda di youlikehits, serta nomor kode yang harus anda isikan nanti pada saat anda login di youlikehits
  4. Selamat anda telah memiliki akun di youlikehits


Sedangkan bagaimana cara penggunaannya?

Pertama-tama anda diberi bonus poin sebanyak 50 point, empat hari berturut-turut anda aktif maka akan mendapatkan bonus point sebanyak 400 point.
  1. Untuk menambah point, anda tinggal membuka menu earn point
  2. Kemudian akan muncul beberapa pilihan misalnya youtube, twitter, google+ dan lain-lain
  3. Pilih salah satunya
  4. Kemudian anda akan ditampilkan deretan pilihan yang harus anda pilih, misalnya anda membuka pilihan youtube, dipilihan terdapat beberapa pilihan lagi, misalnya anda memilih like
  5. Akan muncul beberapa daftar video yang harus anda buka dengan memilih like
  6. Kemudian akan muncul jendela baru yang menampilkan video
  7. Anda tinggal mengklik “like” kemudian tutup jendela baru tersebut
  8. Sampai disini anda akan mendapatkan point yang sesuai dengan yang tertera pada daftar yang tersedia.


Langka selanjutnya adalah BAGAIMANA MENAMBAH SUBSCRIBE di Youtube?

Adapun caranya adalah:
  1. Pilih menu Add/Edit Site
  2. Pilih Youtube – subscribe
  3. Kemudian klik “add Channel”
  4. Masukkan ID Channel youtube anda
  5. Jika tidak tahu ID Channel youtube anda, dapat anda lakukan dengan meng-klik tulisan “ https://www.youtube.com/account_advanced” yang berwarna biru, anda akan dibawa ke akun youtube anda.
  6. Setelah memasukkan ID Channel Youtube anda, klik “Add Channel”
  7. Selanjutnya, disebelah kiri terdapat sebuah kota yang berisi channel anda, masukkan berapa point yang ingin anda berikan kepada orang yang ingin men-SUBSCRIBE channel anda, sebagai saran masukkan 9, 
  8. Selamat channel anda sudah terdaftar, channel dapat lebih dari satu

Untuk mengetahui sudah berapa yang melakukan subscribe pada channel anda maka pilih menu Activity, dapat pula anda buka channel youtube anda di Youtube.com

Itulah cara cepat menambah jumlah subscribe yang paling spektakuler.

Artikel keren lainnya:

7 Fakta dibalik kekuatan kalimat “aku cinta kamu” yang menarik untuk dipahami

Adalah hal biasa apabila kita mendengar seseorang mengatakan “aku cinta kamu” kepada orang lain, kata tersebut ternyata memiliki kekuatan yang mampu merubah sikap seseorang kepada orang lain. Sekeras apapun sikap seseorang, ketika terlibat dalam situasi dan kondisi ini maka kekerasan hati pasti luluh juga. 

Inilah 7 kekuatan yang terdapat pada kalimat “aku cinta kamu”.

1. Penyerahan diri
Kalimat “aku cinta kamu” merupakan bentuk penyerahan diri kepada orang lain. Menyerahkan segalanya demi kebahagiaan orang lain, mulai dari tenaga, waktu, pikiran, jiwa, raga dan semua yang kita miliki. Apa yang dilakukan ini merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia normal yang tidak bisa dijelaskan dan digambarkan melalui kata-kata melainkan hanya dapat dilakukan melalui tindakan dan perbuatan semata. Tindakan dan perbuatan itu berwujud penyerahan diri kepada orang lain sepenuh hatinya.

2. Toleransi
Salah satu sikap yang sulit diterapkan bagi manusia adalah sikap toleransi, hal ini disebabkan oleh adanya idealism dan egoisme yang terdapat dalam diri manusia, selain itu segala bentuk persaingan dan tekanan hidup dalam upaya bertahan hidup juga berperan dalam menciptakan suasana intoleransi pada diri manusia. Olehnya itu, menciptakan sikap toleransi sebenarnya tidaklah mudah. Namun kekuatan “aku cinta kamu” mampu merubahnya, manusia menjadi terbuka dan menerima segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. 

3. Menerima pribadi lain
Hal yang juga tidak mudah dilakukan adalah menerima pribadi lain dalam kehidupan kita, kesulitan inilah sesungguhnya yang menyebabkan hubungan pertemanan menjadi terbatas. Siapapun pasti memiliki teman yang banyak namun hanya satu atau dua oranglah  yang dapat dikatakan sebagai teman akrab, mengapa demikian? Karena hati selalu menolak kehadiran pribadi lain dalam kehidupan kita kecuali yang sesuai dengan hati kita. Kalimat “Aku Cinta Kamu” mampu melebur kekerasan hati tanpa ada perlawanan apalagi ada perasaan yang sama, sehingga memudahkan pribadi lain mengisi kehidupan kita.

4. Mengalah pada diri sendiri
Jika sesuai dengan keinginan dan hati mungkin tidaklah memberatkan namun bagaimana dengan situasi yang sebaliknya? Tentunya harus ada pengorbanan, salah satunya adalah bagaimana mengalahkan diri sendiri. Hampir semua orang menghadapi situasi ini, “Aku Cinta Kamu” bagaikan serangan yang tidak memberi pilihan selain memutuskan untuk mengalah pada diri sendiri dan inilah yang dialami oleh banyak orang, sehingga ada orang yang marahan berakhir dengan saling mencintai, ada orang yang saling mengejek dan menghina berakhir dengan saling mencintai dan lain sebagainya. 

5. Wujud kesempurnaan manusia
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia bukan hanya dalam bentuk laki-laki ataupun wanita, manusia dimaksudkan adalah dalam bentuk laki-laki dan perempuan, artinya kesempurnaan hanya dapat diperoleh apabila terjadi penyatuan antara laki-laki dan perempuan. Penyatuan dimaksud tentunya dalam bingkai cinta, yang diwujudkan dalam ikatan pernikahan. Ikatan ini berawal dari kalimat “Aku Cinta Kamu”, kemudian timbullah daya tarik kedua belah pihak yang memutuskan untuk menyatu dalam ikatan pernikahan, barulah manusia dikatakan sebagai makhluk sempurna.

6. Pengorbanan
Pernahkah anda terpikir untuk mengorbankan segala sesuatu yang anda miliki? Hanya kekuatan kalimat “Aku Cinta Kamu” yang mampu membuat pikiran anda untuk berani mengorbankan segala sesuatu yang berharga yang anda miliki. Bayangkan ada perempuan, dimana hari-harinya sebagian besar digunakan untuk merawat tubunya, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, waktu, tenaga dan pikiran habis hanya untuk memoles tubuhnya agar terlihat cantik. Namun apakah itu untuk kepuasan dirinya? Ternyata semua yang dilakukannya hanya untuk dinikmati oleh orang lain yang menyatakan “Aku Cinta Kamu”. Inilah salah satu pengorbanan yang saya maksudkan, masih banyak pengorbanan yang menghiasi kalimat “Aku Cinta Kamu” baik dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki. Salah satu contohnya adalah bangunan Taj Mahal yang dibangun atas dasar kekuatan cinta.

7. Perubahan Pola Pikir
Sehebat apapun orang lain dalam merubah pola pikir orang, tidaklah sebanding dengan kekuatan kalimat “Aku Cinta Kamu” dalam merubah pola pikir orang lain. Merubah pola pikir yang umumnya terjadi hanya mampu merubah pada aspek tertentu saja sedangkan kalimat “aku cinta kamu” mampu merubah pola pikir orang lain dalam semua aspek kehidupannya bahkan dapat terjadi secara serentak termasuk menciptakan suasana baik sedih, gembira, maupun mengambang atau bahkan membuat orang lain gila.

Artikel keren lainnya:

Dampak Globalisasi bagi Kehidupan Masyarakat

Globalisasi telah melanda pada hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Dalam kaitan ini globalisasi dipandang sebagai suatu tantangan sekaligus sebagai suatu proses yang dapat menimbulkan banyak akibat. Sebagai suatu proses, globalisasi berlangsung begitu cepat dan banyak mendatangkan kekacauan. Industri manufaktur ditinggalkan segera digantikan dengan perusahaan multinasional yang bergerak dalam industri dan jasa yang merambah berbagai penjuru dunia tanpa mengenal batas-batas negara nasional. Sebagai akibatnya pengangguran meningkat dan di pihak lain terbuka kesempatan kerja yang sangat luas, yang tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar anggota masyarakat kita karena menunutut kualifikasi tingkat tinggi. Dari sinilah kemudian muncul istilah the loser dan the winner, yang menempatkan masyarakat negara berkembang sebagai pecundang dan masyarakat negara maju sebagai pemenang (Micklethwait & Wooldridge, 2000: xx).

Untuk dapat menempatkan diri sebagai pemenang, maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sesuatu yang sangat penting artinya sebagai prasyarat mengantisipasi perubahan-perubahan agar suatu bangsa tidak ketinggalan. Perlu pula dinyatakan, bahwa eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi sangat diwarnai oleh perlombaan untuk mencapai puncak ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan itu Hatten & Resenthal ( 2000: 5) menyatakan, bahwa penguasan bidang ilmu dan teknologi dalam kadar yang memadai sangat diperlukan agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan kreativitas, pengembangan, dan penerapan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) sebagai tuntutan yang mutlak dalam kehidupan global.

Sebagai konsekuensi dari perkembangan yang terjadi, pemerintah dituntut untuk melakukan inovasi sistem pendidikan tinggi sesuai dengan tuntutan perubahan dalam suatu pola pembinaan, yang menempatkan pendidikan tinggi sebagai: 1) bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah, 2) penghubung antara dunia iptek dan kebutuhan masyarakat, 3) upaya pengembangan pola analitik yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan pandangan masa depan, 4) bentuk partisipasi dalam perbaikan dan pengembangan mutu kehidupan dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan penerapannya, pengertian dan kerja sama internasional dalam upaya mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia, 5) upaya yang memungkinkan pengembangan seluruh kemampuan serta kepribadian manusia, mobilitas dalam memperoleh pengalaman pendidikan, diversifikasi, demokratisasi dalam pendidikan, proses belajar, mobilisasi sumber masyarakat untuk pendidikan dan petumbuhan kegairahan kegiatan penelitian (Brodjonegoro, 2001: 143 ) 

Dalam era globalisasi dewasa ini perubahan berlangsung begitu cepat. Masyarakat yang sadar akan tantangan masa depan, sehingga berusaha membekali diri melalui penguasaan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dalam kaitan itu pula manusia Indonesia dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat dalam segala lapangan kehidupan. Kiranya hanya dengan cara itulah masyarakat kita dapat memacu diri agar tetap eksis. Dalam kenyataannya globalisi memang menuntut setiap orang untuk selalu meningkatkan kemampuan diri agar dapat memberi respon yang cepat dan tepat terhadap berbagai tantangan yang dihadapi. Di samping itu harus pula memiliki harga diri dan kepercayaan kepada diri-sendiri berdasarkan iman yang kuat. Semua itu akan memungkinkan kesanggupan untuk mandiri untuk berprakarsa dan bersaing, baik secara lokal maupun secara global (Kartasasmita, 1991: 18-19).

Pada dasarnya globalisasi yang berkembang cepat didorong oleh tiga faktor penting yang sering disebut three engine of globalization, yang meliputi teknologi, modal, dan manajemen. Ketiganya merupakan perangkat yang saling terkait satu sama lain. Perkembangan teknologi baru telah dapat memudahkan perpindahan dan perluasan modal dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara itu dengan manajemen modern para ahli ekonomi telah mampu menyiapkan perusahaan dan mengatur strategi dalam rangka bekerja sama atau untuk memenangkan persaingan dengan didukung oleh modal dan teknologi. Manajemen modern yang canggih sudah tentu dapat mendorong para manajer untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik pula (Micklethwait & Wooldridge, 2000: 29).

Dalam era globalisasi telah terjadi paradigma yang sangat besar dalam sektor produktivitas yang menyangkut kekayaan suatu negara. Pada masa lampau kekayaan suatu negara dipandang berkait erat dengan sumber-sumber kekayaan alam yang dimiliki. Akan tetapi untuk ukuran sekarang, kekayaan suatu negara sangat ditentukan oleh kamampuan sumber daya manusia yang mampu mengubah sumber-sumber alam itu menjadi produk atau jasa yang berharga berdasarkan ilmu pengetahuan, investasi, gagasan, dan inovasi. Banyak sumber eksternal yang dulu menguntungkan suatu negara kini telah hilang karena arus perkembangan globalisasi (Harrison & Huntington, 2000: 5).

Dengan demikian penguasaan ilmu dan tekologi dalam era globalisasi sangat penting artinya sebagai prasyarat untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan, sehingga suatu bangsa tidak ketinggalan. Tidak heran jika berbagai bangsa dewasa ini juga diwarnai oleh perlombaan untuk menggapai puncak ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan itu Hatten & Rosenthtal (2000: 5) menyatakan, bahwa penguasaan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan dalam kadar yang memadai dapat melahirkan kemampuan kreativitas, mengembangkan dan menerapkan pengetahuann itu sebagai suatu tuntutan yang mutlak dalam era globalisasi.

Konteks baru dalam peningkatan daya saing antar bangsa adalah kebutuhan untuk mengetahui segala perubahan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan penguasaan yang memadai bidang ilmu pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu tidak heran jika berbagai bangsa dapat kita saksikan sangat antusias berlomba dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, termasuk menciptakan, mengembangkan, dan menggunakannya dalam rangka mencapai kesuksesan yang kompetitif. Bagi suatu bangsa maupun organisasi bisnis, penguasaan ilmu pengetahuan baru sangat penting artinya untuk dapat berpartisipasi dalam era global. Pihak yang pantas menjadi pemenang dalam persaingan global adalah mereka yang mengetahui (knowing) bagaimana cara bertahan hidup dan mengetahui bagaimana mengembangkan kemampuan berorganisasi (Hatten & Rosenthtal, 2000: 7).

Kemudian untuk mencapai itu semua diperlukan banyak jalan. Salah satu yang dipandang sangat penting adalah pendidikan. Dalam kaitan ini pendidikan merupakan unsur penting yang harus mendapat prioritas utama. Pendidikan diharapkan dapat memberi sumbangan perkembangan seutuhnya bagi setiap orang, baik jiwa, raga, intelegensi, kepekaan, estetika, tangung jawab, dam nilai-nilai spiritual. Melalui pendidikan, setiap orang hendaknya dapat diberdayakan untuk berpikir mandiri dan kritis. Dalam dunia yang terus berubah dan diwarnai oleh inovasi sosial dan ekonomi, pendidikan tampak sebagai salah satu kekuatan pendorong untuk meningkatkan kualitas imajinasi dan kreativitas sebagai ungkapan dari kebebasan manusia dan standarisasi tingkah laku perorangan. Kesempatan perlu diberikan kepada generasi muda untuk melakukan percobaan dan menemukan sesuatu yang baru (UNESCO, 1996: 94).

Lebih jauh Ohmae (1990: 195), menyatakan, bahwa setiap pemerintah yang bertanggung jawab akan mempersiapkan diri agar rakyatnya dapat memasuki era global dengan kesiapan yang mantap. Cara yang mungkin dapat ditempuh adalah menyelenggarakan pendidikan yang memungkinkan rakyat mendapatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan yang diperlukan. Penguasaan informasi dan penguasaan sebanyak mungkin pilihan pengetahuan akan memantapkan suatu bangsa untuk berkompetisi dalam era global.

Dengan demikian proses pendidikan bukan semata-mata untuk memperdalam pengetahuan, tetapi juga ditekankan untuk mempertinggi sikap kritis dan daya kreatif peserta didik. Hal ini sangat perlu mengingat keanekaragaman tantangan di masa depan sangat menuntut kemampuan semacam itu. Selain itu, kita juga sering dituntut untuk mampu memberi jawaban dalam response time yang pendek dan sering kali suatu tantangan memerlukan beberapa jawaban sekaligus (Soedjatmoko, 1991: 87).

Artikel keren lainnya:

Peran Guru dalam Era Globalisasi

Masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara internal, tetapi juga dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan aneka sektor kehidupan lain yang semakin kompleks (Danin, 2002: 17) Oleh sebab itu perlu program pengembangan pendidikan tenaga kependidikan yang dirancang secara cermat dan tepat. Berkaitan dengan itu Ibrahim (1998: 2) menyatakan, bahwa pendidikan harus dirancang sedemikian rupa, dengan cara menindak lanjuti pertanyaan penting, yaitu: 
  1. Bagaimana kita harus menyiapkan anak didik agar mereka mampu menghadapi kehidupan modern sekaligus mampu mengembangkannya ?
  2. Bagaimana kurikulum sekolah harus disusun agar relevan dengan tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ?
  3. Bagaimana mendayagunakan fasilitas yang ada untuk mengefektifkan proses pembelajaran ?
  4. Metode pebahan mbelajaran apa yang tepat digunakan, sesuai dengan perubahan pola kehidupan dewasa ini ?


Masih banyak pertanyaan lain yang semuanya mendorong insan pendidikan untuk selalu berupaya mencari jalan keluarnya.

Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat.Hal ini disebabkan, pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Secara spesifik tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan dinyatakan dalam Undang-Undang R I No. 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No. 20 tahun 2003).”

Untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, maka individu-individu dalam organisasi pendidikan harus memiliki kemampuan. Guru sebagai bagian dari organisasi sekolah memiliki kewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas sesuai dengan fungsi yang harus dijalankannya. Sebagai seorang manajer PBM guru berkewajiban memberi pelayanan kepada siswanya terutama dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran dan pembimbingan kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka guru tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan yang maksimal. 
(Suhardan, 2007: 4)

Kemudian untuk mencapai keberhasilan pendidikanan pada era global, UNESCO menetapkan dasar-dasar yang harus dijadikan pijakan bagi semua bangsa. Tidak terkecuali Indonesia sebagai bagian dari bangsa-bangsa di dunia sangat perlu untuk mencermati dan menggunakan dasar-dasar pendidikan yang telah dicanangkan UNESCO. Dalam uraiannya yang bertajuk Learning: Treasure Within (1996: 85-89) UNESCO menetapkan The four pillars education (Empat pilar pendidikan) sebagai landasan pendidikan pada era global, sebagai berikut: 

1) Learning to know, 
Bukan sekedar mempelajari materi pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah mengenal cara memehami dan mengkomunikasikannya. 

2) Learning to do, 
Menumbuhkan semangat kreativitas, produktivitas, ketangguhan, menguasai kompetensi secara profesional, dan siap mennghadapi situasi yang senantiasa berubah. 

3) Learning to be, 
Pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin, dan tanggung jawab. 

4) Learning to live together, 
Pemahaman hidup selaras seimbang, baik nasional maupun internasional dengan menghormati nilai spiritual dan tradisi kebhinekaan.

Dalam rangka melaksanakan 4 pilar pendidikan, Indonesia berbenah diri melalui serangkaian kebijakan pendidikan. Salah satu kebijakan itu dapat disimak Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen yang mengarah kepada peningkatan sumber daya guru. Hal ini mengingat guru yang diperlukan harus memiliki karakteristik tertentu, yang dapat mengarahkan peserta didik kepada empat dasar pembelajaran tersebut. Menurut analisis Widayati, dalam karyanya yang berjudul Reformasi Pendidikan Dasar (2002: 29) karakteristik guru yang diperlukan adalah: 1) Memahami profesi guru sebagai panggilan hidup sejati (genuineness), 2) Selama proses pembelajaran mengupayakan positive reward, sehingga siswa mampu malakukan self-reward, 3) Sikap guru tidak hanya simpatik, tetapi juga perlu berempatik, 4) Menyadari bahwa sebagai guru di era global hendaknya memiliki ability to be a learner (long life learning) dan bukan hanya berprofesi yang ambivalen. Dengan demikian kersadaran penuh tentang pekerjaan sebagai profesi merupakan karakter yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Dalam kaitan itu, kajian yang dilakukan oleh Tilaar juga tidak dapat diabaikan. Dalam tulisannya yang bertajuk Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (1999: 312-314) menyatakan, bahwa dalam transformasi sosial era globalisasi, profesi guru yang bertugas mempersiapkan sumber daya manusia untuk hidup dan berkarya dalam perubahan sosial juga menuntut perubahan-perubahan yang sesuai. Dalam hal ini guru memperoleh premis-premis baru agar dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Lebih jauh dinyatakan, bagi bangsa Indonesia ada tiga fungsi baru yang disandang, yaitu:
  1. Guru sebagai agen perubahan. Dalam era transformasi yang begitu cepat, sosok guru dapat berfungsi secara efektif sebagai agen perubahan. Dengan armada sebesar 1,5 juta orang, guru sangat dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu generasi muda menghadapi proses transformasi tersebut.
  2. Guru sebagai pengembang sikap toleransi dan saling pengertian. Di dalam era global diperlukan saling pengertian dan toleransi antar seluruh umat manusia. Sikap itu dikembangkan mulai dari lingkup yang kecil, dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dapat dinyatakan, begitu besar peran guru untuk menumbuhkan saling pengertian di antara peserta didiknya, yang kemudian meningkatkan saling pengertian dan toleransi tersebut pada tingkat nasional, regional, maupun internasional.
  3. Guru sebagai pendidik profesional. Dalam era global peran sekolah semakin dituntut untuk berperan sebagai pusat pengalaman belajar. Hal ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga memerlukan sosok guru yang mmengusai ilmu pengetauan dan teknologi dan menguasai metologi pembelajaran yang modern pula. Oleh sebab itu guru perlu meningkatkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat


Berdasarkan pernyataan di atas dapat kiranya ditegaskan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan, guru merupakan unsur yang sangat penting. Pandangan tersebut mendorong Pemerintah Republik Indonesia berupaya memantapkan posisi guru dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan. Pada Bab XI Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain dinyatakan, bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembibingan dan pelatihan. Kemudian pada Pasal 39 ayat 3 dinyatakan: Guru merupakan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar maupun menengah. 

Dengan mencermati hal tersebut di atas, maka posisi guru secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Bab II Pasal 2 ditegaskan: Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pada Pasal 4 dinyatakan, bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik, jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat ditinjau dari kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar kelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional guru menujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan pada keahlian atau ketrampilan tetentu serta bersifat mandiri. 

Berdasarkan paparan di atas maka dapat dinyatakan, bahwa sosok utuh kompetensi profesional guru merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimilki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (kurikulum), tuntutan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya prestasi seorang guru ditandai dengan pencapaian kompetensi profesinal tersebut.
Widayati dalam karyanya yang berjudul Reformasi Pendidikan Dasar (2002: 29) menegaskan, bahwa kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi ketrampilan proses dan penguasaan pengetahuan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Kompetensi Proses Pembelajaran
Merupakan penguasaan kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yang meliputi kemapuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, serta kemampuan dalam menganalisis, menyusun program perbaikan dan pengayaan, serta menyusun program bimbingan dan konseling khusus untuk guru Sekolah Dasar.

2. Kompetensi Penguasaan Pengetahuan 
Merupakan penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman pengetahuan. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik 

Serara lebih rinci Ditjen Dikti Depdiknas (2006: 4) menetapkan, bahwa Standar Kompetensi Guru berkaitan dengan sosok utuh kompetensi profesional guru, terdiri atas kompetensi akademik dan kompetensi profesional yang dalam realisasinya merupakan kemampuan terintegrasi, yang terdiri dari: 

  1. Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam, yang meliputi pemahaman secara mendalam tentang karakteristik intelektual, sosial emosional, dan fisik, serta latar belakang peserta didik sebagai landasan bagi guru agar dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. 
  2. Kemampuan menguasai bidang studi, yang meliputi penguasaan substansi dan metodologi bidang ilmu (diciplinary content knowledge) yang bersangkutan, serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan peserta didik (pedagogical content knowledge). 
  3. Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang meliputi kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan mengases (menilai) proses dan hasil pembelajaran, serta kemampuan menindaklanjuti hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran secara berkelanjutan. 
  4. Kemampuan mengembangkan kompetensi profesional secara berkelanjutan, yang menekankan pada kemampuan guru dalam menfaatkan setiap peluang untuk belajar meningkatkan profesionalitas, sehingga pembelajaran yang dikelolanya selalu mengedepankan kemaslahatan peserta didik.


Artikel keren lainnya:

Pentingnya melatih kemampuan berbahasa Indonesia bagi siswa tingkat dasar dan menengah

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah dasar. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada murid berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya (kurikulum pendidikan dasar) tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah. 

Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk kemampuan membaca, menulis, mendengarkan (menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka penelitian ini akan difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi metode dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran.

Sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi (negara), usia bahasa Indonesia sudah lebih separuh abad. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam rentang usia tersbeut mestinya sudah mampu mencapai tingkat “kematangan” dan “kesempurnaan” hidup, sebab sudsah banyak merasakan liku-liku dan pahit-getirnya perjalanan sejarah.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis pun bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu? 

Sementara itu, jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Para penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri) sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing – padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Agaknya pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. 

Untuk itu, maka perlu dikembangkan berbagai metode dalam rangka meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat Dasar dan Menengah. 

Artikel keren lainnya:

Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pembangunan dunia pendidikan

Pembangunan bidang Pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat fundamental dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan, di samping juga merupakan faktor penentu bagi perkembangan sosial dan ekonomi kearah kondisi yang lebih baik. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana paling strategis untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa. Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan bagi kehidupan masyarakat, maka pemerintah dewasa ini sangat memperhatikan segala aspek pendidikan yang ada untuk dikembangkan. Dengan harapan, agar pendidikan di Indonesia bangkit dari keterpurukan dan menjadi garda yang terdepan dalam pembangunan bangsa. Bentuk perhatian ini secara khusus tercermin dalam kebijakan pemerintah, antara lain yang berupa pemenuhan sarana perundang-undangan, peningkatan anggaran pendidikan, sampai pada upaya penyempurnaan berbagai regulasi yang berlaku untuk memajukan pendidikan nasional. 

Kerja keras semacam itu tentu tidak lepas dari upaya melaksanakan amanat konstutusi yang diidamkan oleh para founding father negara ini. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Dasar1945 mengisyaratkan, bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Sementara itu pada Pasal 31 ayat (3) menyatakan, bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidiksn nasional, yang meningkatkan keimanan da ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Sebagai upaya melaksanakan amanat konstitusi itulah, maka pada saat ini pemerintah pusat maupun daerah tengah berkonsentrasi secara penuh terhadap kemajuan dalam pembangunan pendidikan, dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang diyakini sebagai faktor penunjang akselerator kemajuan daerah. Pembangunan bidang pendidikan di setiap daerah bertumpu kepada tiga pilar Kebijakan Strategis Departemen Pendidikan Nasional, yaitu: 1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan, 2) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, dan 3) Tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik ( Depdiknas, 2008: 5). Ketiga pilar itulah yang menjadi dasar pengembangan sektor pendidikan yang menyeluruh di Indonesia dewasa ini.

Dengan digulirkannya otonomi daerah yang secara resmi dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, maka pengembangan pendidikan yang bertumpu pada tiga pilar itu juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah masing-masing. Hal ini sejalan dengan tuntutan reformasi yang secara bertahap mengarah kepada penyelenggaraan otonomi daerah yang semakin luas. Dalam bidang pendidikan, tuntutan reformasi lebih mengarah kepada proses desentralisasi pengelolaan pendidikan. Salah satu kendala dalam pengelolaan pendidikan dasar selama ini adalah kurangnya koordinasi antara Dediknas, Depdagri, dan Depag. Walaupun masing-masing memiliki tanggung jawab dalam hal pembinaan, namun koordinasinya kurang berjalan baik, khususnya antara Depdiknas dan pemerintah daerah setempat ( Supriadi, 2000: 142).

Olehnya itu, dalam membangun dunia pendidikan, pemerintah daerah harus menjadi penguat bagi kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat. Fungsi koordinasi perlu ditingkatkan sehingga kewenangan pengelolaan pendidikan dapat berjalan dengan baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Artikel keren lainnya:

Peranan Dunia Pendidikan Dalam Membentuk Karakter Pemuda Bangsa

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan setiap individu. Pendidikan bermula sejak manusia dilahirkan hingga menemui ajal. Dikembangkan dari himpunan individu dalam keluarga, berkembang sedemikian rupa dalam masyarakat. Dalam masyarakat inilah, kemudian kita mengenal pendidikan yang terbagi dua. Yakni pendidikan formal dan informal. Pendidikan sendiri meliputi aspek rohani, jasmani, akal, dan sosial. Saking pentingnya pendidikan, diyakini, tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah berkembang dan maju, tak dapat bersaing, hingga akhirnya tidak mustahil menjadi terbelakang.

Pemerintah Indonesia melihat pendidikan nasional sebagai sebuah hal yang sangat penting dan bersifat fundamental, terlihat dari dicantumkannya kalimat:’’.... memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa...’’, pada pembukaan UNDANG-UNDANGD 1945. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah menyusun kurang lebih 30-an peraturan perundang-undangan mengenai pendidikan. Di antaranya Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan sendiri didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1).

Keberhasilan sebuah sistem pendidikan dalam sebuah bangsa dan negara, dapat dilihat singkat pada produk nasional, hasil pendidikan di suatu negara tersebut, dan ketercapaian atas tujuan-tujuan pendidikan. Di Indonesia, tujuan pendidikan adalah, pertama, membuat setiap individu dan masyarakat menikmati hak dan tanggung jawab, meningkatkan demokrasi, membentuk masyarakat yang bertanggung jawab dan peduli, serta menekankan pentingnya falsafah pendidikan. Kedua, memecahkan masalah global yang relevan seperti kemiskinan dan pembangunan,isu lingkungan, etika kesehatan, kesetaraan gender, pertumbuhan penduduk, serta keragaman budaya.

Di Indonesia, bisa saja banyak pihak mengklaim bahwa pendidikan nasional yang sedang berjalan saat ini berhasil. Namun, tak sedikit pula yang menganggap pendidikan nasional jalan di tempat, bahkan cenderung menurun. Baik secara prestasi maupun kualitas. Bisa dilihat, kini pendidikan nasional Indonesia dinilai sudah tertinggal dari sistem pendidikan negara tetangga. Seperti, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Negara-negara yang merdeka setelah Indonesia, yang dulu bahkan mendatangkan tenaga-tenaga pengajar dari Indonesia, saat ini sudah jauh melampaui Indonesia dalam hal kualitas pendidikan. Bahkan kini, justru Indonesia lah yang mengimpor tenaga pengajar dari negara-negara tersebut.

Artikel keren lainnya:

Cara Menumbuhkan perasaan cinta terhadap orang lain

Pernahkah anda menemukan kasus misalnya ada orang yang mencintai anda namun anda sendiri tidak mencintainya? Biasanya ini terjadi pada perempuan, kejadiannya saat di tembak pertama kalinya. Umumnya perempuan akan menjawab “saya pikir-pikir dulu” dan lain sebagainya. Jawaban ini muncul karena saat itu tidak ada perasaan cinta dalam hati anda. Yang menembak anda seolah orang asing dalam kehidupan anda. Dan memang demikian, karena merasa asing, merasa masih membutuhkan banyak informasi tentang dia sehingga rasa terhadap dia tidak muncul pada saat itu.

Berbeda halnya apabila anda diam-diam memiliki rasa terhadap dia, adalah sebuah kejutan besar apabila dia dengan keberaniannya menembak anda. Percayalah pada saat itu anda dengan spontan akan menjawab “Iya, saya mau” atau “saya juga mencintai kamu”, kenapa? Karena dalam hati anda sudah ada rasa terhadap dia.

Akan tetapi tidak semua kejadian “menembak” berjalan dengan mulus, tulisan saya ini, mencoba memposisikan diri saya dalam keadaan di “tembak”oleh dia.

Salah tingkah, mungkin itu yang kita alami. Ketahuilah bahwa sikap salah tingkah itu merupakan hal biasa, mengapa demikian? Karena pada saat itu kita tidak memiliki persiapan menghadapi situasi “tembakan” dari dia. Dalam situasi ini, sedapat mungkin mencoba membuat diri kita santai, jangan terpancing pada situasi, apalagi harus tegang. Usahakan kuasai kondisi, tetap tersenyum, kemudian sampaikan pendapat anda dengan baik-baik. Saya yakin, hati anda menginginkan sebuah jawaban “apakah saya mencintainya juga?”.

Seandainya kondisi memaksa anda harus menerima dia sebagai bagian dari hidup anda, biasanya ini terjadi pada pernikahan yang di “jodohkan” oleh orang tua, tentunya ini merupakan sebuah beban yang sangat berat karena hubungan itu, anda alami tidak berdasar pada rasa cinta melainkan karena kondisi yang mengharuskan anda membangun hubungan tersebut.  

Tentunya kita membutuhkan formula yang tepat yang dapat membangkitkan rasa cinta terhadap dia, namun pertanyaannya adalah bagaimana rasa cinta itu bisa ditumbuhkan dalam hati? Ini bukan perkara mudah karena berbicara pada rasa dan hati. Belum lagi bila dikaitkan dengan idealisme, sikap dan posisi pergaulan kita selama ini. Semua itu akan sangat berpengaruh pada kualitas hubungan kelak. 

Untuk masalah di atas, menumbuhkan rasa cinta membutuhkan beberapa tahapan pembiasaan. 

1. Perbanyak pertemuan
Membuat anda sering bertemu dengan dia akan mendorong anda untuk mengetahui sikap dia luar dalam, kebiasaan bertemu pada prinsipnya, anda sedang melatih diri untuk memiliki ketergantungan pada dia. Sementara ketergantungan pada dia dapat memicu tumbuhnya rasa dalam hati, misalnya anda sering melihat senyumannya, semakin lama dan sering melihat senyumnya maka senyuman tersebut semakin terekam dalam ingatan anda. Yakinlah rekaman senyuman akan hadir disaat anda sedang dalam keadaan sedih, sendiri, dan dalam keadaan mendapatkan tekanan maupun masalah. Bila itu terjadi, maka percayalah bahwa rasa cinta sedang tumbuh dari dalam hati anda, yang pada suatu saat akan mengontrol anda untuk melangkahkan kaki menuju kedalam pelukannya yang tidak mampu anda tolak apalagi menghindarinya.

2. Temukan sesuatu yang ingin anda miliki dari dia
Pekerjaan ini tidaklah mudah, namun apabila poin pertama anda lakukan maka saya yakin untuk menemukan sesuatu yang ingin anda miliki dari dia tidaklah sulit. Hal ini ditujukan untuk menciptakan sebuah ikatan batin yang tidak bisa dijelaskan ataupun diungkapkan dengan kata-kata melainkan hanya dengan tindakan.

3. Perbanyak posisi berhadapan
Jangan pernah menganggap remeh posisi berhadapan saat berkomunikasi. Ketahuilah bahwa didalam tubuh manusia ada energi positif dan energi negatif. Kedua energi ini akan mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap diri kita. Ketika yang keluar dominan energi negatif maka citra diri kita pasti jelek di mata orang lain, namun apabila energi positif yang dominan maka citra diri kita pasti baik. Untuk mendapatkan energi positif dari orang lain maka anda harus memancing energi itu dengan energi positif dari diri anda. Apa kaitannya dengan rasa cinta? Hal ini dilakukan untuk mendorong dia mengeluarkan energi positifnya sehingga anda dapat menerima banyak energi positif dari dia, dari orang yang ingin anda cintai. Semakin banyak anda menerima energi positif dari dia maka semakin baik pandangan anda terhadap dia, semakin baiknya pandangan anda terhadap dia dapat menumbuhkan rasa cinta dari hati anda terhadap dia.

4. Cobalah untuk maka sepiring
Jangan lakukan ini apabila dia belum “menembak” anda, bagi yang sudah ditembak oleh dia maka cobalah cara ini. Makan sepiring dapat menggelikan hati anda, apalagi ini adalah pengalaman pertama anda. Dan memang hati mesti dirangsang, tidak adanya rasa karena tidak ada yang memicunya, tidak ada yang menyentuhnya sehingga hati seperti beku. Memicu hati atau merangsang hati tidak dengan cara menyentuhnya seperti meraba hati melainkan melalui tindakan-tindakan diluar kebiasaan secara normal misalnya dengan makan sepiring tadi.

5. Hilangkan keragu-raguan
Tidak tumbuhnya rasa cinta karena ada yang menghalanginya, salah satunya adala keragu-raguan misalnya kurang percaya diri, tidak sesuai dengan keinginan, tidak seperti harapan, tidak seperti yang diperoleh teman, dan sebagainya. Semua itu adalah pemicu dari keragu-raguan kita. Selama keragu-raguan ini masih ada dalam hati anda maka selama itu pula rasa cinta tidak akan bisa tumbuh dihati anda. Bagaimana mengatasinya, yah… dengan membiasakan point 1 sampai dengan point 4 di atas.

Itulah 5 poin yang bisa menumbuhkan rasa cinta anda terhadap dia, sebelum saya akhiri tulisan ini saya ingin berpesan kepada anda bahwa dalam memilih pasangan perhatikan betul latar belakangnya, karena akan menentukan perjalanan dan kualitas hubungan anda. 

Artikel keren lainnya:

Manfaatkan kekuatan ini agar memudahkan langkah anda mencapai tujuan yang diinginkan

Ketika anda menyukai seseorang, apa yang pertama kali anda lakukan? Umumnya yang dilakukan adalah dengan cara menatap orang itu, misalnya ada seorang cewek yang anda sukai, pasti anda menatapnya sembari dalam hati mengatakan “aku suka padamu”. Sangat sederhana, namun demikian ketahuilah bahwa itulah kekuatan yang tiada bandingnya, kekuatan yang bisa diserupakan dengan ledakan bom nuklir yang sangat mematikan.

Akan tetapi apakah anda sering menggunakan kekuatan ini? Yang pasti, tidak semua orang menyadari bahwa kekuatan ini merupakan salah satu kekuatan yang ada dalam diri kita.

Tatapan mata mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Jangan dulu anda berpikir bahwa yang saya maksudkan adalah “hipnotis”. Sesungguhnya saya tidak tahu bagaimana itu hipnotis, yang saya bicarakan disini adalah kekuatan tatapan mata tanpa mantera. Kekuatan tatapan mata lebih dahsyat dari pada kekuatan kata-kata, kata-kata butuh kemampuan untuk mengargumentasi pesan yang ingin disampaikan agar orang lain mengikuti kemauan kita. Hasilnya pun belum tentu seperti yang diharapkan, banyak orang terjebak dengan dogma bahwa kata-kata merupakan cara penyampaian pesan paling jitu dan dahsyat, apabila anda termasuk didalamnya maka berikut mungkin bisa merubah cara anda yang terlalu percaya dengan kehebatan kata-kata.

Diawal saya sudah mengilustrasikan tatapan seorang cowok kepada cewek sembari mengatakan “aku suka padamu”. Dan pada saat yang sama, cewek akan merasa bahwa ada cowok yang suka saya, uniknya apabila si cewek suka pula dengan cowok tersebut maka dengan spontan ceweknya akan membalas tatapan si cowok sambil dalam hati mengatakan “aku juga suka kamu”, sambil tersenyum. Kok bisa sama? Itulah sebuah misteri kekuatan tatapan mata.

Mengapa bisa terjadi demikian? Inilah sebenarnya yang membuat kekuatan tatapan lebih dahsyat dibandingkan dengan kekuatan kata-kata. Kata-kata yang kita dengar akan berproses melalui pendengaran kemudian dianalisis oleh otak dalam bentuk pikiran, jika sesuai logika berpikir maka akan mempengaruhi perasaan atau hati seseorang dan apabila tidak sesuai dengan logika berpikir kita maka informasi yang diterima berhenti pada otak atau alam pikiran saja.

Bandingkan dengan kekuatan tatapan, misalnya pada saat tatapan cowok bertemu dengan tatapan cewek, dalam hati cowok mengatakan “aku suka kamu”, sebenarnya cowok sedang mengirim pesan ke cewek melalu tatapan mata, apa isi pesannya? Yakni “Aku suka kamu”. Komunikasi atau penyampaian pesan melalui tatapan mata tidak melalui proses di alam pikir atau tidak melalui logika pikir manusia melainkan langsung kepada perasaan atau hati. Akibatnya pesan yang disampaikan tersebut merangsang hati orang lain yang menerima pesan, karena tidak melalui pertimbangan logika pikir manusia, maka respon si penerima pesan selalu sesuai dengan tujuan pesan itu disampaikan.

Sayangnya, cara ini hanya digunakan pada saat ingin mendapatkan respon dari cewek atau cowok. Olehnya itu, belajar dari pengalaman anda atau ilustrasi yang saya gambarkan melalui komunikasi cewek atau cowok di atas, apakah kita bisa menggunakan tatapan mata pada saat menyampaikan pesan pada kondisi lain? Bisa. Saya sendiri seringkali melakukannya, saya juga jarang mendapatkan kegagalan ketika ingin menyampaikan pesan kepada orang lain.

Bahkan, adik saya yang berprofesi sebagai sales yang menjual mobil telah menerapkan cara ini. Dia menemui instansi tertentu, kemudian melakukan presentasi, pada saat tertentu dia menatap seseorang yang sekiranya memiliki kemampuan untuk membeli mobil sambil dalam hati mengatakan “mobil ini cocok buat bapak/ibu, saya tunggu anda sebentar beli mobil”. Benar saja, setelah presentasi, orang tersebut menelpon adik saya untuk ditemani beli mobil karena dia tidak tahu mana mobil yang cocok buat dia. Mudah kan?
Jadi apapun profesi anda, silahkan gunakan kekuatan tatapan mata apalagi komunikasi melalui tatapan mata tidak akan membuat orang lain tersinggung, yang penting dilakukan dengan sopan. Pesan yang disampaikan jangan terlalu panjang mengingat durasinya sangat pendek, kira-kira hitungan detik saja. Jika anda percaya silahkan coba, kalaupun anda tidak percaya maka yang jelasnya bukti sudah berbicara banyak. Apakah mungkin saya harus memberi contoh lainnya? 

Baiklah, jika ada tayangan yang menampilkan seseorang sedang menangis, apakah anda terharu? Tidak, bagaimana kalau matanya berair yang ditayangkan? Pasti akan terbawa suasana, mengapa demikian? Karena sebenarnya orang tersebut sedang menyampaikan pesan melalui matanya, anda pun tidak sadar bahwa pesan tersebut langsung mempengaruhi perasaan atau hati anda. Kesadaran hanya bisa diketahui apabila pesan atau informasi yang diterima melalui alam pikiran kita, sementara yang langsung menyentuh perasaan atau selalu tidak membuat orang sadar. Itulah maksud saya.

Artikel keren lainnya:

Strategi pemasaran telah berubah, kenalilah agar tidak terjebak kedalam jeratannya!

Sebelum saya mengungkapkan strategi pemasaran masa kini, maka tidaklah salah apabila kita menengok kembali ke masa lalu. Pada awalnya kita mengenal prinsip ekonomi “modal kecil, penghasilan besar”, kira-kira seperti itulah. Prinsip ini dalam beberapa dekade dipegang teguh oleh para pelaku ekonomi sampai pada waktu Bill Gates merubahnya.

Melalui perusahaannya yang dikenal dengan Microsoft, Bill Gates merubah prinsip tersebut dengan “modal besar, penghasilan besar”. Hal ini mendapatkan tanggapan beragam, namun Bill Gates membuktikannya dengan kesuksesan yang luarbiasa, prinsip ini telah menempatkan perusahaan Microsoft menjadi salah satu perusahaan raksasa dunia dalam waktu singkat. Apa yang dilakukan oleh Bill Gates? Beliau meningkatkan biaya promosi dengan nilai yang cukup fantastis, tidak tanggung-tanggung nilainya sampai milyaran dollar. Pada awalnya banyak yang mencibir, namun setelahnya banyak mengadopsi kejeniusan Bill Gates, maka sejak saat itulah konsep pemasaran berubah sampai saat ini.

Konsep Bill Gates tersebut tentunya berpengaruh besar pada perkembangan media, baik media cetak maupun media elektronik karena omset yang diperoleh melalui jasa iklan meningkat tajam. Saat ini, media menjadi salah satu senjata mematikan dalam melakukan propaganda, merubah pola pikir masyarakat bahkan menciptakan budaya baru dengan mudah. Media merupakan satu-satunya alat kampanye yang tidak mengenal ruang dan waktu, tidak mengenal batas Negara dan tidak mengenal batasan budaya, suku, ras, agama dan sebagainya.

Perkembangan dan perubahan gaya hidup masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh media. Begitu penting dan efektifnya peran media maka komunikasi dan pesan yang disampaikan melalui media mampu menciptakan perubahan dalam waktu singkat. Siapa yang tidak kenal dengan media sosial, misalnya twitter, facebook, google+ dan lain sebagainya, jangankan seputar gaya hidup, dunia politik sekalipun tunduk pada media sosial.

Atas dasar peran media inilah, maka para pelaku ekonomi masa kini mulai merubah strateginya. Strategi pemasaran saat ini bukan lagi bagaimana melakukan promosi terhadap produk yang ditawarkan secara besar-besaran melainkan bagaimana merubah pola pikir, gaya hidup dan budaya di masyarakat. Lihatlah sinetron, film, dan acara-acara lainnya semua diarahkan pada penciptaan budaya baru. Belum lagi beberapa public  figure misalnya artis, kehidupannya mulai dari pakaian, makanan dan semua kebutuhannya disponsori oleh para pelaku ekonomi. Tujuannya adalah agar para penggemarnya mengikuti gaya hidup artis tersebut.

Sederhananya, saat ini strategi pemasaran bukan lagi pelaku ekonomi yang aktif mencari konsumen tetapi konsumen yang mencari produk untuk memenuhi gaya hidupnya atau merubah masyarakat menjadi masyarakat konsumtif terhadap produk tertentu. “Apa yang anda butuhkan, sudah kami siapkan”, kenapa? Karena gaya hidup dan budaya anda saat ini merupakan hasil dari rekayasa yang disusun oleh para pelaku ekonomi dengan memanfaatkan peran media. Inilah jebakan yang telah di desain secara matang, terprogram, dan sistematik agar masyarakat menjadi ketergantungan terhadap produk-produk yang ditawarkan, tidak menutup kemungkinan kita semua termasuk orang yang terjebak dalam rencana mereka.

Sesuai dengan judul di atas, strategi pemasaran yang berkembang saat ini adalah “merubah pola pikir, budaya konsumen, dan gaya hidup masyarakat agar terkondisi sesuai tujuan yang diharapkan” dalam memenangkan persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Faktor kualitas bukan lagi unsur utama dalam pengambilan keputusan melainkan seberapa besar kebutuhan yang harus dipenuhi. Sementara kebutuhan saat ini telah terkondisi sedemikian rupa sesuai harapan para pelaku ekonomi.

Dampaknya sangat besar, termasuk sulitnya pelaku ekonomi baru dalam memasuki pasar kecuali mengikuti grand design yang berkembang. Maka kemudian pelaku ekonomi baru jangan pernah berharap untuk memenangkan persaingan karena masuknya pelaku ekonomi baru hanya memperkuat pelaku ekonomi lama apabila tidak memiliki kemampuan untuk memisahkan diri dari system pasar yang terkondisi tersebut.

Bagitulah strategi pemasaran saat ini, konsepnya mengadopsi system kerajaan, dimana kehidupan rakyatnya harus mengikuti kemauan sang raja yang berkuasa, mulai dari pola pikir, budaya, ekonomi dan sebagainya, yang jelasnya semua telah diatur dan terkondisi dalam satu paket desain besar agar harapan dan tujuan dapat tercapai. Selanjutnya kekuasaan terus mencengkeram sehingga tidak ada ruang yang dapat dimanfaatkan untuk berkembang diluar system tersebut. 

Kondisi inilah yang terjadi saat ini, kekuasaan mengikuti kemauan para konglomerat, disisi lain rakyat mengikuti budaya dan gaya hidup yang mereka ciptakan. Demi hidup dan kehidupan maka segala macam batasan hidup yang selama ini mengatur proses kehidupan bermasyarakat ditinggalkan bahkan dirubah sesuai dengan pola-pola yang tidak bertentangan dengan grand desain besar tersebut. Hukum dan segala macamnya diperkuat untuk melindungi kekuasaan mereka, yang bertolak belakang dengan grand desain tersebut diperhadapkan dengan hukum, maka muncullah berbagai macam rekayasa dengan harapan dapat mendiamkan gejolak perubahan yang ingin melepaskan diri dari cengkeraman system yang terkondisi. 

Jadi, jika ingin bermartabat dan berbudaya sesuai kepribadian luhur kita, maka tinggal gaya hidup komsumtif seperti saat ini. 

Artikel keren lainnya:

The Nature of Speaking Ability

Brown (in Islamiyah, 2007, p. 14) states that speaking is a productive skill that can be directly and empirically observed, those observations are invariably collared by the accuracy and fluency. While, he also states that speaking is the product of creative construction of linguistic strings, the speakers make choices of lexicon, structure, and discourse.

Poerdarminta (in Islamiyah, 2007, p. 14) states that the classical meaning of speaking is the ability to talk, and to speak. The main purpose of speaking is to send the message for the other one or to be able to communicate about something in language and understood by someone who becomes a listener. 

Tarigan (in Islamiyah, 2007, p. 14) states that speaking is one of the language skills in oral form to express the speakers’ ideas to everybody else. While, speaking is the informal interchange of thought and information by spoken words. 

Artikel keren lainnya:

Pahami kurikulum melalui video animasi berikut

Membahas tentang kurikulum mungkin tidak akan pernah habis, ya memang harus seperti itu karena pendidikan harus selalu berkembang dan berkembang. Tentunya perkembangan dimaksud merupakan tindakan atau gerakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Dalam dunia pendidikan memiki suatu pedoman yang harus dijadikan sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran atau proses belajar mengajar. Pedoman dimaksud adalah Kurikulum, saat ini kita telah melewati beberapa pergantian kurikulum, setiap terjadi pergantian kurikulum, berpengaruh pula pada dinamika yang terjadi di sekolah sebagai basis pendidikan yang utama.

Hal ini juga sangat berpengaruh pada pola pikir guru dan segalanya, untuk menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang baru. Disinilah letak masalahnya, bahwa untuk merubah sesuatu yang sudah menjadi budaya tentunya sangat sulit, termasuk ketika pemerintah memberlakukan kurikulum 2013.

Ada banyak guru yang kurang paham dengan kurikulum, apalagi disodorkan dengan sejumlah bundel tentang kurikulum seperti dokumen SKL, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian. Semua itu menjadi asing bagi guru, olehnya itu melalui video berikut mungkin bisa membantu guru untuk menyadari bahwa betapa pentingnya dokumen kurikulum untuk dipahami.

Berikut video yang saya maksudkan, jangan lupa pula untuk di SUBSCRIBE agar pembuatnya terus menunjukkan inovasinya dalam membantu dunia pendidikan khususnya menganai masalah-masalah yang sulit sehingga bisa menjadi sederhana seperti yang ditampilkan dalam video berikut



Artikel keren lainnya:

The Meaning and The Function of Speaking Ability.

Speaking ability consists of two words are speaking and ability. To avoid misunderstanding about the meaning of speaking ability, it will clarify one by one. According to Poerwadarminta (1985, p. 109). It is also stated by Hornby (1990, p. 51) that ability’s potential capacity of power to do something physically or mentally. Those description may concluded that ability is capability of human which identical with ability. According to Djiwandono (in Munir, 2005, p. 16) speaking is the activity to express thought and feeling orally.

Speaking is an articulation of sound to express thought. Tarigan (1990, p.15), says that speaking is the capability in pronouncing sound or word to express or convey though, idea or feeling” opinion and wish. Another expert says that speaking is talk or speaks (Haryanto in Sunardi, 2004, p. 13). If both speaking and ability are combined, so it means a capability to utter the articulation of sound to express or to deliver thought, opinion and wish to the other person.

Brown and Yule in Fauzi (2012, p. 4) also describe a useful distinction between two basic language function. These are the transactional function, which is primarily concerned with the transfer of information, and the interactional function, in which the primary purpose of speech is the maintenance of social relationship. 

Another basic distinction when considering the development of speaking ability is between monologue and dialogue. They ability to give an uninterrupted oral presentation is very clear from interacting one people and another speakers for transactional and intersectional purpose, while, all native speakers can and do use language interaction, not all native speaker have the ability to be extempore on a given subject to group of listeners. Furthermore, Brown and Yule in Fauzi (2012, p. 4) suggest that most language teaching is concerned with developing skills in short intersectional exchanges in which the learner is only required to make one or two utterance at a time.

Based on the above statement, Bygate in Fauzi (2012, p. 5) distinguishes that “between motor-perceptive skill, which are concerned with correctly using the sound and structures of language, and interactional skill, which involves motor perceptive skill for the purpose of communication” motor perceptive skill are developed in the language classroom through activities such as model dialogues, patterns practice, oral drills and so on, until relatively recently, it was assumed that the mastery of motor perceptive skill was that needed all one, in order to communicated successfully.

Artikel keren lainnya:

The Aspect of Speaking Ability

Darmodihardjo in Fauzi (2012, p. 7) states about the aspects of speaking that is “the requirements of effective speaking such as: intonation, phonetic transcription and environment expression”

The opinion above describes that, to able communicate effectively, it must be considered that situation of sound utterance, pronunciation and physical. On the other hand, Valetto in Fauzi (2012, p. 7) says that “The elements which are in speaking cover phonetic transcription, grammar, vocabulary, the effective and speaking”

Meanwhile, Haris in Fauzi (2012, p. 7) clarifies as follows:
“Like writing speaking is complex skill requiring the simultaneous use of number of the different abilities which often developed of different rates either four of five components are generally recognized in analyze of the speak process: (a) pronunciation concluding the segmental features vowel, and consonants, vocabulary, stress and intonation pattern the flow speech, (b) grammar, (c) vocabulary, (d) fluency (the case and speed of the flow speech). The solve probably be added, (e) comprehension for oral communication certainly requires a subject the response to speak as well as imitation."

Based on the statement above, it can be concluded that the aspects of the speaking ability in this research are: (a) pronunciation competence, (b) grammatical ability, (c) vocabulary mastery, (d) the fluently of speaking, and (e) the understanding of the topic of speaking.

Artikel keren lainnya:

Teaching Speaking in English Class

Most Indonesian students think that English is difficult to study, especially speaking. Facing this problem, English teachers must make the way of teaching speaking easy for the students. They should avoid becoming over-critical of the students’ performance. As stated by Cameron (2001: 53), speaking is the active use of language so that other people can make sense of them. William T. Littlewood (1984: 97) states that the English teachers should try to create space for each student to express himself in the speaking class and work to produce a relaxed classroom atmosphere with cooperative relationship. 

The purpose and function of English teaching are to gain the communicative competence. The stress is on the meaningful and functional communication, so that the teaching process has to be related to the context and the situation of the language activities. The process of teaching should be directed to make students able to communicate in English instead of memorizing the grammatical forms. 

As one of the language activities, speaking or conversation is also aimed to enable the students to apply their English in real life for communication. Paulston and Bruder (1975: 55) state that the purpose of teaching speaking is to use language in communication as social interaction.

Classroom is one of the communication settings. There are teachers, students, and educational media used for the classroom activities. English teachers should provide proper activities which can promote communications among students in the classroom. A language classroom in which communication is the objective should include student-centered activities. It means that the students should be active participants.

As stated by Jeremy Harmer (2002: 271): 
We can ask our students to act out scenes from plays and their course books, sometimes filming the results. Students will often act out dialogues they have written themselves. This frequently involves them in their speaking ability. We need to work to create the right kind of supportive atmosphere in the class. We need to give students time to rehearse their dialogues before they are asked to perform them. 

We can go through the student’s presentation as if we were directors, drawing attention to appropriate stress, intonation, and speed. By giving students motivation before they give their final performances, we ensure that presentation in front of the class is both learning and a language producing activity.

Besides providing proper materials, the teacher also creates positive condition for having a good communication in the classroom. The situation should encourage interaction and communication between the teacher and the students especially among the students themselves.

Spontaneous communication and free interaction are possible in any language only when teachers and their students have built up a warm, uninhibited, confident, sympathetic relationship and when such a relationship exists among the students themselves. (Rivers, 1983: ix)

Paulstan and Bruder (1975: 55) state that the purpose of teaching speaking is to use language in communication as social interaction. Speaking is one of the components of language, besides phonology / orthography, structure and rate and general fluency. Students who want to learn a target language in this case English, of course, have to learn those elements. In teaching speaking, we may be able to get a better understanding of how our learners learn to speak a foreign language through this new method.

There are many ways in teaching speaking. One of this is using little bazaar activity. According to Chang Feng Hsin and Chen Shih Jin, techniques that can be used in teaching English speaking are:
  1. Retelling activities.  In this practical teaching technique, the students will have opportunities to active participation in speaking English. 
  2. Using dialogues. “Fill in” dialogue is particularly appealing to students. The technique deals with the interaction aspects of speaking. On the dialogue, it plays a rule to practice functions of language like greeting, agreeing, disagreeing, and asking from information and suggestion. 
  3. Role play. As we all know, “role play” is frequently employed to practice speaking. 
  4. Drama. Drama can be used to encourage general oral fluency, or to train students for specific situations especially where they are studying English.
  5. Description. Names of persons and things that are known are written on pieces of paper, which are distributed among the students.
  6. Discussion. Discussion is essential device for our oral communication. In this case, the writer used discussion as a teaching technique.



Artikel keren lainnya:

Pentingnya Balanced Scorecard bagi perusahaan dalam mengukur kinerja pegawai menghadapi persaingan yang semakin kompetitif

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan tidak baik, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 :245).

Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis.

Artikel keren lainnya:

Cara mengobati kholesterol dan melancarkan sirkulasi darah serta meningkatkan stamina dan daya tubuh anda


Badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT) membuat terobosan baru di bidang kesehatan. BPPT menemukan cara baru untuk menyebuhkan beberapa penyakit misalnya  menurunkan kholesterol, kadar gula dara, asam urat, tekanan darah, melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh dengan memanfaatkan bahan baku alami yang banyak terdapat di Negara kita.

Salah satu produk yang dimaksud adalah Black Garlic atau dikenal dengan Si Hitam, produk ini diperoleh melalui pengolahan fermentasi bawang putih yang dilakukan pada suhu dan kelembaban terkontrol dalam waktu yang cukup lama yakni 30 hari, sehingga menghasilkan bawang hitam (black garlis) dengan tekstur, rasa dan manafaat lain yang tidak terdapat pada bawang putih.

Black Garlis memiliki kandungan senyawa organesulfur yang larut dalam air seperti S-Allyl-cysteine (SAC) dan S-Allylmercoptocystelne (SAMC). Senyawa lainnya adalah senyawa arganosulfur yang larut dalam lemak ; Diallyl sulfide, Trallyl Sulfide, Diallyl disulfide. Kemudian adapula senyawa Antioxidants ; Na (1-deoxy-D-Fructose-1yl)-L-Arginine, Allixin, Selenium, Tetrahidro-beta-carbolines.

Black Garlis juga memiliki kandungan yang padat nutrisi misalnya protein, lemak, karbohidrat, energi, gula, natrium dan selenium.

Keuntungan dari produk ini adalah merupakan hasil dari penelitian yang dikembangkan oleh BPPT, dimana BPPT merupakan sebuah badan Negara yang berisi para ahli termasuk ahli kesehatan. Jadi produk ini tidak diragukan lagi kualitasnya dalam menyembuhkan penyakit.

Untuk mendapatkan produk ini, silahkan ke kantor BPPT 

Artikel keren lainnya:

Pair Work and Group Work

John Mark King in jorabek.com defined pair and group work as the act of dividing students so that they work cooperatively with only a small number of their classmates on a specific task assigned by their teacher. According to him pair and group work first came into usage in the 1970s when teachers first noticed that more than 80% of all classroom talk was teacher talk. Dr Bilash in education.alberta.ca suggested that pair work and group work can all be effective, if used at the right times and if structured in an appropriate way. For teachers, pair work and group work can be excellent tools to promote student interaction. As a teacher it is important to vary groupings depending on the goals and context of the activity and it is important to know what supports to offer students for each situation. A benefit of students working together is that, by explaining a concept or idea to peers, that idea or concept becomes clearer to the student doing the explaining. 

Penny Ur recommends that teachers working with large classes should divide them into five groups which is the most effective organization for practising speaking. (Ur, 1996, p.232). When learners work in pairs or groups it is impossible for the teacher to listen and correct all the mistakes they make and this is not the purpose of the activity. However, he/she can reduce the number of mistakes before the students start working by demonstrating the activity to the class first and by asking pairs or groups to perform in front of the class afterwards and discussing what they said and pointing out the most common mistakes.(Doff, 1988, p.141).

Benefit of pair work is students have the chance to work with and learn from their peers; struggling students can learn from more capable peers; it is especially useful for students who prefer interpersonal learning settings. The challenge of the pair work, If students are not matched up well (low students together, high students together, a higher student with a low student but they don’t work well together) pair work won’t be useful; the ability of the students to work in this way needs to be taken into consideration. When it is suitable giving it and getting it activities, Inductive learning activities.

There are many problems with pair work, but there are also many ways to solve them successfully. Some more tips are suggested by Byrne. (1989:34-35) To prevent problems with pair work Byrne suggests several points to keep in mind:
  1. Divide the students into pairs in the most convenient way possible.
  2. Make sure the students know exactly what they have to do.
  3. Keep activities simple.
  4. Don’t let activities go on too long.
  5. Carry out selective checking.
  6. Control the noise level as necessary.
  7. Provide feedback.

Group type of student work also have benefits and challenges. It involve benefits such as it provides more opportunity for practice, an increased variety of activities is possible and an increased student creativity. The challenges may be that as with pair work, the groups must be carefully selected to ensure students can work productively; not all students are able to work to their full potential in this situation; assessment of student progress can be challenging. It is suitable when there is assessment of learning as described by Dr. Bilash in education.alberta.ca. By dividing the class into groups students get more opportunities to talk than in full class organization and each student can say something.

Definition of Pair Work

Pair work is a type of classroom interaction when students are working with another student. This may be to discuss something, to check answers, to do a communicative activity, etc. Pair work is an important component of the communicative approach, and is also a form of collaborative learning. Moon (2000:53) defines pair work as a strategy “to organize those (students) in ways that will maximize opportunities for learning”. Pair work means that students collaborate with their pairs to accomplish tasks and reach its aim. Lightbown and Spada (1999:56) said that in an interactive environment, children are able to advance to a higher level of knowledge and performance than they would be capable of independently. Working in pairs could help to promote meaningful interaction between the learners and as a result that will increase their interest. This view is echoed by Lightbown and Spada (1999:56) when they state that “positive attitudes and motivation are related to success in second language learning”. Hence, introducing pair work is an effective strategy that could lead to success in language learning because it helps to increase students’ interest in term of the oral tasks.

Based on the explanation above, pair work is a classroom activity in which the whole class is divided into pairs. Advantages and Disadvantages of Pair Work
The advantages of pair work according to Watcyn-Jones (2002:9) in the points below:
  1. Pair work gives everyone a chance to speak in non-threatening environment, i.e. with a fellow-student rather than in front of the teacher and the whole class. Students will learn from one another in a natural way that approximates more to the world outside and gets away from someone of the constraints of the classroom.
  2. Pair work activities are students-centered rather than teacher centered. Once an activity has been explained (and perhaps demonstrated), the students work independently of the teacher and at their own pace. This means the students really have an opportunity to see how well they can communicate in English. Byrne adds that it teaches them how to lead and be led by someone other than the teacher. (Byrne, 1989:31)
  3. The language produced during pair work is generally more natural and authentic than in teacher-led sessions. It is also more personalized and, subsequently, more memorable for the students. Byrne says that students can face and talk directly to one another, so it is much closer to the way we use language outside the classroom. (Byrne, 1989:31)
  4. Pair work activities encourage co-operation between students since, in order to complete a task successfully, they have to work together and help create a very positive learning atmosphere in class – one where they genuinely want to work with others. It also normally leads to students being less afraid of making mistakes. In addition, most students grow in confidence as they discover that they can complete a task successfully without constant help from the teacher.
  5. Many pair work activities (especially of the ice-breaker type) lead to greater personalization and students begin to express their own personalities in a more natural and less inhibited way. This again contributes to creating a better learning atmosphere in class plus a positive group feeling. Byrne adds that pair work allows students to mix with everyone in group. (Byrne, 1989:31)
  6. Many pair work activities are a lot more fun to do than more traditional exercises. Students who enjoy what they are doing are more likely to learn than those who find the work boring.
  7. Pair work is dynamic and active. Learning cannot really take place unless the students are actively involved in the process. Pair work keeps them active which increases their ability and desire to learn. It corresponds to Byrne’s idea that pair work provides some variety during the lesson. (Byrne, 1989:31)
  8. Finally, pair work gives teachers a break from being the center of attention, from having to ‘perform‘, be dynamic, interesting, and so on. Instead, the teacher can stand back, listen more actively and think up strategies for helping the students increase their knowledge and confidence. (PW Watcyn-Jones 2002:9)

According to Lie (2005:46) the disadvantages of pair work :
1. Many groups that report and need to be monitored.
2. Fewer ideas emerge.
3. If there is a dispute, there is nomediator.

Definition of Group Work

According to Killen, group work is a learning strategy that having students work together in groups rather than describing the classical.

Group work strategy is defined as a teaching strategy used by the teacher to improve the students’ achievement in which all the students are involved in group activities and become expert on a part of an instructional material they learning about. Any time two or more of our students are working together, other than when we are using whole-class instruction, you can be said to be group work strategy (Killen, Roy: 1996: 59).

Based on the explanation above, group work is the student working together in groups that consist of three or more students.

Advantages and Disadvantages of Group Work

Advantages of group work :
  1. Group work encourages students to express their ideas. It can help them understand the subject matter .
  2. Students who understand this will explain to his friend can help the understanding of the members of the group for the completeness of the subject matter .
  3. Group work actively involve students in learning, and this can boost their performance .
  4. Group work helps students to respect other students either clever or weak and cooperate with each other .
  5. Group work provides an opportunity for all students to contribute ideas and finish materials in a cozy atmosphere .
  6. Judging from the pedagogical; activities of the group will get a quality of personality of learners such as cooperation, tolerance, critical thinking, discipline and so on.
  7. In terms of psikologo; arising positive competition between the groups as they work on each group.
  8. In terms of social; smart kids in the group can help children who are less proficient in completing the task.

Disadvantages of group work :
  1. Sometimes it can lead to unhealthy competition among the students in the group.
  2. The task of educators will become more numerous and varied.
  3. The tasks given sometimes only be done by a handful of learners capable and industrious, while learners are lazy submit to his duties within the group.


Artikel keren lainnya: