Beberapa hari lalu saya terlibat diskusi dengan beberapa orang. Berawal dari cerita biasa sampai akhirnya menyinggung persoalan pesta. Saya kaget ketika salah seorang teman diskusi yang baru saja mengawinkan anaknya menyatakan bahwa pesta ibarat arisan.
Tahukah anda apa itu arisan? Semua orang pasti tahu arisan. Ada arisan dalam bentuk uang dan ada juga dalam bentuk materi. Arisan bersifat gotong royong namun mengikat, mengikat yang saya maksudkan adalah dapat menjadi utang bagi penerima arisan. Utang harus dibayar, jika lalai membayar utang maka dalam agama sudah dijelaskan konsekuensinya.
Kembali ke pernyataan teman saya di atas tadi bahwa pesta sama dengan arisan, adalah kewajiban kita untuk hadir ke pesta yang dilaksanakan oleh orang-orang yang pernah kita undang, sampai disini saya masih mengganggapnya benar karena memang sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi undangan. Namun kalau sampai mengibaratkan seperti arisan maka yang ini perlu kita diskusikan.
Katakanlah kita pernah mengundang seribuan orang untuk menghadiri pesta kita, ini berarti kita telah berutang sekitar seribuan kali yang harus kita bayar. Pertanyaannya adalah bisakah kita membayar utang tersebut?
Saya sangat pesimis akan hal ini, bagaimana kalau selama hidup kita belum bisa membayarnya? Berarti kita masih menunggak sejumlah hutang karena belum menghadiri semua pesta yang menjadi kewajiban kita. Dengan demikian di akhirat kelak kita bakal dituntut dengan sejumlah tumpukan hutang.
Fenomena seperti di atas, sekarang sudah menjadi budaya. Pemikiran liberal yang memandang semua hal berdasarkan materi telah mengaburkan hubungan kita dengan sang pencipta yakni Tuhan yang maha esa. Kita lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat. Sehingga semuanya dinilai dengan materi, kehadiran kita di pesta pernikahan terdorong oleh rasa ingin di tahu, isi amplop bahkan melebihi ribuan kali jumlah uang yang kita sisihkan untuk mengisi kotak amal.
Dulu undangan dan dekorasi pelaminan selalu tertulis "mohon doa restunya", sekarang "berapa isi amplopmu". Maka jangan heran kalau rumah tangga pada jaman dulu rata-rata berjalan seumur hidup sehingga dapat dikatakan sebagai keluarga "sakinah mawadah warahma" sebab banyak yang mendoakan, bayangkan sekarang yang doakan hanyalah "penghulu", belum setahun sudah bertengkar, pisah ranjang bahkan berakhir dengan perceraian.
Belum ada tanggapan untuk "Waspada kalau anda menganggap hal berikut ibarat arisan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung