Hari ini saya baru saja pulang dari kantor, terasa capek dan lelah campur letih pula. Sedang duduk-duduk istrahat terdengar hujan turun, lebat sekali sampai-sampai bicara pun harus pakai urat leher kata teman agar bisa didengar karena tertutup bunyi atap.
Terasa udara semakin lama semakin hangat, yang tadinya panas bukan main. Didepan rumah mulai muncul genangan air, tak lama berselang bermunculan anak-anak memperebutkan genangan air tersebut. Percikan air mengenai tubuh mereka, maka basah kuyuplah mereka. Melihat mereka memperebutkan air, saya terpikir mengapa mereka tidak berusaha menampung air hujan agar setelahnya langsung menceburkan diri dalam bejana penampung air hujan?
Pada sudut pandang saya yang lain justru mengingatkan saya bahwa kita bagaikan anak kecil tadi, untuk mendapatkan rejeki hanya memperebutkan genangan rejeki tanpa harus berusaha untuk membuat bejana untuk menampung rejeki dimaksud. Misalnya penerimaan CPNS, jumlah pelamar selalu ramai bagaikan tidak ada lagi pekerjaan lain yang bisa di kerjakan.
Sementara sebagian kecil orang berusaha untuk menampung air hujan alias rejeki. Mereka tidak memilih untuk memperebutkan genangan air yang nilainya sangat sedikit, mereka lebih memilih menampung air hujan, mereka pun membuat bejana.
Selama ini kita diracuni dengan kebiasaan yang salah, kebiasaan yang justru membuat kita terpenjara dalam pusaran kemiskinan, seperti kata Bung Karno bahwa kita adalah bangsa kuli.
Jika ingin maju, sejahtera dan terpenuhi kebutuhan serta mendapatkan pekerjaan yang layak maka rubah kebiasaan lama, kebiasaan yang hanya mengharapkan lowongan pekerjaan tanpa berusaha untuk menciptakan pekerjaan. Banyak sekali kesempatan untuk membuat bejana rejeki, hujan pasti selalu turun, tinggal kita yang menentukan pilihan, apakah memperebutkan genangan air atau membuat bejana untuk menampung air hujan alias rejeki.
Belum ada tanggapan untuk "Agar mudah dapat rejeki, rubah kebiasaan lama"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung