Beranda · Pendidikan · Politik · Pemerintahan · Kesehatan · Ekonomi · Life · Manajemen · Umum

Pendekatan Biologis, jalan memahami perilaku agresif

Dalam pandangan biologis, perilaku agresif disebabkan oleh karena meningkatnya hormon testosterone (Tieger dalam Dunkin, 1995). Walaupun, peningkatan hormon testosteron saja ternyata tidak mampu memunculkan perilaku agresif secara langsung. Hormon testosteron dalam hal ini bertindak sebagai anteseden, sehingga perlu ada pencetus dari luar. Hasil kajian mengenai peningkatan hormon testosteron terhadap meningkatnya perilaku agresi ini tidak konsisten. Pada anak lelaki memang meningkat perilaku agresinya tetapi tidak ditemukan pada anak perempuan (Brigham, 1991; Baron & Byrne, 1994). 

Dalam pandangan biologis yang lain, perilaku agresif juga bisa disebabkan karena adanya abnormalitas anatomis, misalnya kelainan pada jaringan syaraf otak. Ada beberapa perspektif agresif yang mencoba untuk menjelaskan perilaku agresif dari sisi pendekatan biologis ini, yaitu perspektif etologi, sosiobiologi serta genetika perilaku. Dalam perspektif Etologi, perilaku agresif disebabkan oleh karena faktor instingtif dalam diri manusia dan perilaku ini dilakukan dalam rangka adaptasi secara evolusioner (Brigham, 1991; Dunkin, 1995). 

Perilaku agresif yang dikembangkan biasanya merupakan upaya untuk mempertahankan teritori dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam konsep ini dikenal dengan agonistic aggression (Brigham, 1991) yaitu suatu perilaku agresi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan teritori dan hirarki dominasi. Bahkan Zastrow (2008) masih meyakini dan beranggapan bahwa manusia itu sama ada halnya hewan, yang juga memiliki naluri (instinct) bawaan yang sifatnya agresif. Pendapat ini menyiratkan bahwa naluri (instinct) merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan yang bisa membangkitkan perilaku agresif. Perilaku ini akan muncul manakala kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs) tidak terpenuhi, seperti halnya kebutuhan akan makan, rasa aman dan kebutuhan dasar lainnya. 

Perspektif sosio-biologi percaya bahwa perilaku agresif berkembang karena adanya kompetisi sosial yaitu kompetisi terhadap sumber daya yang terbatas. Dalam pandangan ini, manusia diharapkan bertindak agresif ketika sumber daya yang penting itu terbatas, ketika mengalami ketidaknyamanan, ketika sistem sosial tidak berjalan dengan baik, dan ketika ancaman dari pihak luar (Dunkin, 1995). Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Tindakan ini dilakukan manusia agar tetap survive, untuk tetap menjaga dan mengembangkan kemanusiawiannya ataupun membangun dan mengembangkan komunitas.

Tanpa agresi manusia akan punah atau dipunahkan oleh pihak lain (Wiggins, Wiggins & Zanden, 1994; Zastrow, 2008). Perilaku agresif menurut perspektif ini merupakan sesuatu yang fundamental karena merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya. Dalam pandangan lain, kecenderungan perilaku agresif merupakan bagian dari sifat bawaan genetic individu yang diwariskan dari orang tuanya (hereditary). Pandangan semacam ini dikenal sebagai perspektif genetika perilaku. Individu-individu yang berhubungan secara genetis memiliki kecenderungan agresif yang satu sama lain lebih serupa, dibanding individu-individu yang tidak memiliki hubungan secara genetis (Krahe, 2001). 

Hal demikian didasarkan pada bukti empiris bahwa pada kebanyakan anak yang diasuh oleh orang tua biologis yang memiliki hubungan genetis dengannya, maka pengaruh-pengaruh sifat bawaan (nature) dan pola asuh (nurture) dalam perkembangan individu biasanya berjalan seiring. Penjelasan “nature” dirumuskan oleh Charles Darwin pada abad kesembilan-belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian naluri (instinct) yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. 

Naluri inilah yang membangun individu dalam berperilaku berdasarkan pengalaman. Namun, perspektif ini mendapatkan banyak tentangan, salah satunya daripada Dewey (Wiggins, Wiggins & Zanden, 1994), yang mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan - “situasi kita” - termasuk tentunya orang lain.

Artikel keren lainnya:

1 Tanggapan untuk "Pendekatan Biologis, jalan memahami perilaku agresif"

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung