Tidak mudah membangun citra, butuh konsep jenius agar seseorang dapat meningkatkan popularitasnya. Visi dan misi yang lemah membuat para kepala daerah mengambil jalan pintas, membuat kegiatan seremonial tanpa memperhitungkan untung ruginya.
Sebagai pemimpin, konsep menjadi sangat penting, konsep harus berakar dari nilai-nilai karakter lokal, konsep merupakan miniatur dari sumber daya di daerah yang dipimpinnya. Tanpa memperhatikan karakteristik daerah, apalagi lahir dari plagiat daerah lain maka konsep hanya sebatas konsep, tidak akan ada tindakan yang merupakan manifestasi dari konsep itu.
Banyak kepala daerah terjebak pada hal ini, sehingga tidak mampu menjabarkannya dalam bentuk program kerja termasuk tindakan nyata.
Motivasi mempertahankan kekuasaan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang ditujukan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan popularitas, maka kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti seremonial terus digencarkan, mereka pun berusaha tampil menjadi yang terdepan, menunjukkan dirinya, mensosialisasikan dirinya dengan harapan dikenal dan dikenang.
Padahal, semakin banyaknya pemimpin yang gagal membangun daerahnya telah memberi pembelajaran yang cukup berarti dan bermakna bagi masyarakat bahwa perubahan dan perbaikan hidup baik secara individu maupun berkelompok atau secara keseluruhan tergantung kepada bagaimana pemimpinnya.
Olehnya itu, untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya menebar pesona dan pencitraan tetapi dengan menunjukkan kerja nyata. Sebab masyarakat saat ini sudah paham dengan demokrasi setelah banyak belajar dari tiap-tiap kegagalan.
Belum ada tanggapan untuk "Demi popularitas akhirnya ingkar janji"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung