Program akselerasi dapat membantu siswa yang memiliki kecerdesan istimewa, tetapi memperhatikan sistem perekrutan yang dilakukan oleh tim akselerasi di Indonesia perlu dikaji ulang apalagi rata-rata yang di akselerasi adalah kelasnya. Dari sekian banyak siswa yang diakselerasi dengan sistem kelas akselerasi, hanya sebagian kecil yang berhasil sedangkan yang lainnya sama dengan rata-rata pada umumnya bahkan kualitasnya jauh dibawah siswa yang mengikuti program reguler.
Di negara-negara Eropa pada umumnya yang diakselerasi adalah mata pelajarannya, dasarnya adalah siswa yang memiliki kecerdasan istimewa umumnya hanya menonjol pada mata pelajaran tertentu saja artinya tidak dapat digeneralkan ke semua mata pelajaran sehingga negara-negara Eropa yang diakselerasi hanyalah mata pelajarannya.
Kondisi ini sangat berbeda dengan di Indonesia. Program akselerasi lebih pada akselerasi kelas bukan mata pelajaran dengan alasan untuk mata pelajaran yang dianggap tidak menonjol akan dilakukan pendampingan khusus. Padahal kalau tim akselerasi mempertimbangkan aspek minat dan bakat maka seberapa besarpun usaha pendampingan dilakukan, ketika tidak sesuai dengan minat dan bakat hasilnya tetap tidak akan maksimal.
Faktor minat dan bakat sangat menentukan keberhasilan pembinaan peserta didik, inilah mengapa hanya sebagian kecil peserta didik yang mengikuti program akselerasi yang berhasil atau mampu menunjukkan kualitasnya sebagai siswa yang memiliki kecerdasan istimewa.
Akan lebih baik program akselerasi hanya difokuskan atau ijin akselerasi hanya untuk mata pelajaran yang dianggap paling menonjol dan sesuai dengan minat dan bakat siswa, mata pelajaran lainnya tetap mengikuti program reguler. Program reguler apabila dilaksanakan dengan baik, hasilnya tidak akan berbeda dengan program akselerasi, perbedaannya hanya pada waktu tempuh, akselerasi dipercepat sedangkan program reguler tahap demi tahap. Bila psikologi siswa tidak terlalu siap dengan program akselerasi maka hasil atau outputnya tidak maksimal sementara program reguler sebenarnya yang paling akurat karena dilaksanakan dengan pematangan atau ketuntasan bagian per bagian materi sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Indikator tidak berhasilnya program kelas akselerasi adalah peserta OSN mulai dari tingkat kota/Kabupaten sampai dengan tingkat nasional bahkan internasional. Rata-rata peserta OSN berasal dari program reguler di sekolahnya masing-masing bukan dari kelas akselerasi, beberapa peserta OSN berasal dari pembinaan khusus yang dilakukan perguruan tinggi, artinya yang dibina adalah hanya mata pelajaran tertentu. Ini menunjukkan bahwa akan maksimal hasilnya kalau yang diterapkan pada program akselerasi adalah akselerasi mata pelajaran bukan akselerasi kelas.
Belum ada tanggapan untuk "Kelas Akselerasi, Berhasil atau Gagal"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung